Kumpulan Cerita Pendek dengan Alur Ringan dengan Akhir yang Bahagia / Bab 6 Cahaya di Balik Luka Malam 🩸 | 60.00%aru saj
suara sepatu yang menjejak genangan terdengar pelan. Langkah itu milik Lucien, lelaki berjas hitam dengan wajah yan
lai mengelupas. Hanya satu lampu yang masih menyala di dalamnya. Lucien menatap papan nama tua itu s
r. Rambutnya berantakan, ujung jarinya masih berlumur tinta dari buku y
nya lembut: "Anda dat
alam dan tenang: "Seperti biasa, ha
ersenyum kecil: "Anda pas
ya menatap jendela, di mana h
ris tak pernah berubah - tidak tampak lelah, tidak juga bahag
k buku klasik. Ia membuka satu buku
lirik ke arah pria itu. Setiap kali Lucien membuka halama
ri bicara: "Tuan Lucien, kenapa Anda
arena hanya pada saat seperti ini,
E
idak akan percaya, jadi anggap
Rhea muncul perasaan aneh. Ada sesuatu di
seharusnya tidak berdetak... bergetar sedikit.
as lewat lima belas. Rhea men
a buatkan teh
ia biarkan kosong di atas meja set
ela. Di sana, bayangannya tidak ada di pantulan kaca. Ia menarik napas panjang, kebiasaan yang seharusnya
secangkir teh hangat
dengan ujung jari. Air teh bergetar pelan entah k
"Lucien." Katanya pelan:
en
panjang... apakah r
akang, menembus semua darah, perpisahan, dan malam-malam panjangnya: "
ni
ereka, sesuatu mulai berdenyut bukan darah, tapi sesua
ulai terbiasa dengan suara bel pintu berdenting saat pukul sebelas l
tanpa jas panjangnya, hanya dengan kemeja hitam
li ini." Ucap Rhea sa
ien singkat, lalu menatap rak buku di sebelah
tau seseorang yang bel
ua dalam cahaya lampu. Rhea menunduk cepat-cepat,
langkahnya terhenti saat ia melihat jari Rhea terluka,goresan k
memabukkan. Selama tiga abad, ia menguasai dirinya dengan semp
hi: "Tuan Lucien, A
napas. "Janga
ap
enahan sesuatu. Rhea spontan mundur satu langkah. Ia baru
a segera mengambil tisu, menutup luka
diri. Dalam sekejap, luka itu sudah berhenti b
ya bicara, suaranya pelan: "Lucien
nyala dalam cahaya kuning toko. Ia tak menjaw
cahaya." Kat
hu itu bukan
pernah ia lihat: Bayangan Lucien yang tak pernah terlihat di kaca. Kulitny
enyataan?" Ia tertawa kecil sendiri: "Tidak mungkin." Bisikn
kali ini Rhea sudah menyiapkan dua cangkir teh dan satu p
enatapny
tahu siapa Anda sebenarn
ang anehnya tidak menyeramkan sama sekali: "Tidak.
ang v
Uap teh mengepul
lalu tertawa kecil: "Kau membac
Kata Rhea cepat: "Bayanga
di lantai kayu. Ia mendekat ke Rhea. "Dan kalau aku memang vampir.
ludah: "Saya.
u langkah: "Bagus. Karena tidak se
ketakutan... tapi sekaligus ingin bertemu lagi. Dan di luar, di bawah langit malam yan
u dekat denganku. Aku tidak ingi
rdetak pelan bukan jantung, tapi kenanga
i, menatap kota yang berkilau di bawah. Sudah tiga malam sejak Rhea menyebut kata "vampir." Dan sejak malam itu, setiap kali ia
rasakannya. Ada sesuatu yang bergerak di ant
s kecil di paruhnya. Ia mengambilnya pelan, membaca tulisan singkat dengan tinta merah: "Kami
at: "Tampaknya waktu dama
edip aneh. Hujan belum turun, tapi udara terasa seperti sebelum badai. Ia menatap pint
tu berdenting. Rhea menoleh cepat dan w
n tajam, seolah di bawah tekanan. Lucien menutup
n, ada
keras-keras.
ia
aca jendela. Lucien bergerak secepat bayangan, menutupi tubuh Rhea
terkejut: "It
enis manusia yang ta
mbu
k pelan: "Mereka
tubuhnya bergetar: "Ke
merah menyala: "Karena aku punya
wa senjata yang tampak seperti campuran busur dan senapan. Di antara mereka, seoran
salah satu lelaki dingin:
uk manusia. Ia menatap Rhea, lalu menghela napas panjang: "Kau
ap
k ada
cie
u lama hidup dalam malam. Tapi sejak mengenalmu, aku
es di kaca yang retak: "Kalau begitu jangan pergi sen
i hangat muncul lagi: "Gadis keras kepala." Gumamnya
uga tahu, tidak semua monster haus darah.
kilatan perak, suara angin dan darah di udara. Namun darah itu bukan milik m
kan monster, tapi bayangan anggun yang
Lucien, menahan
tu belakang, tapi i
esaat, waktu berhenti seolah dunia tahu, itu
"Kalau kau bertahan malam ini... kembali k
ar, lalu menghilang
nggam secarik kertas yang ia temukan di meja: "Jangan cari aku, Rhea. Tapi jika malam k
jatuh di ata
kaca jendela yang berembun, terlihat siluet samar
6

GOOGLE PLAY