ap inci tubuhku berdenyut. Aku kembali ke ranjang rum
u bergetar. Aku meraihnya dengan tangk Elara Anindita?" tan
jawabk
dapat... perhatian khusus di sini. Seseorang membaya
rcekat. Kep
itu, suaranya tanpa simpati. "Tulang rusuknya pata
ggamanku, jatuh ke lantai
a tampak lelah, tapi wajahnya tidak menunj
ta
" yang membayar p
ritaan ke leher dan punggungku. "Bagaimana bisa?" bisikku, suaraku pecah.
presinya mengeras. Dia membungkuk dan mence
ah," geramnya, matanya sedingin es. "Kayla adalah orang baik.
matanya, mata yang pernah kucintai, dan
mengancamnya,"
tanya, suaranya turun me
luncur dari mataku dan mendarat di ta
ancur. "Jangan sakiti dia. Tolong, Bram. Aku
yakiti ibumu, Elara," katanya, suaranya melembut menjadi belaian yang akrab dan me
keningku. Aku tidak meras
u mengangguk, b
nya, penjara
meni
arena pendarahan internal yan
engerian menyelimuti pandanganku. Aku melihatnya terbarin
anku gemetar terlalu hebat
serak dan seperti bina
sama. Aku mengadakan pemakaman kecil
uk ke pesan suara. Aku menelepon
Dia berada di sebuah konser yang ramai dan berisik, tertawa dan menari. Kamera berg
ke konser denganku, dan dia selalu menolak
ongan
dari bibirku. Aku
eli sebuah liontin perak sederhana.
adaku. "Aku akan membawamu pe

GOOGLE PLAY