rena ia sudah sampai di apartemen Egi. Sungguh tak nyaman rasanya berada di dalam ruang
ia duduk sambil mengedarkan pandangan ke sekelilin
et tentunya. Di samping kanan tempatnya duduk, Rania bisa melihat ada ruangan kecil yang sepertinya adalah ruang membaca, karena di depan ruangan itu berdiri sebuah lemari tinggi berukuran sekitar dua meter bercat hitam yang penuh dengan buku-buku. Lalu bergerak semakin ke kiri, di mana ia melihat sebuah pintu kaca ganda dengan pinggiran kusen berwarna hitam. Rania yakin, di balik pintu kaca itu adalah sebuah balkon. Ia melanjutkan penjelajahan
," ucap Egi, menjawab kebingungan Rania.
at pintu kamar. Kulkas dan lemari gantung yang berada di atas wastafel pun berwarna hitam. Sepertinya Rania tidak akan menem
setelahnya terdapat pintu. Sepertinya itu toilet. Di samping lorong itu juga terdapat lemari pendek yang di atasnya televisi datar duduk deng
uman ringan. Rania hanya menatap minuman itu tanpa berniat mengambilnya. "
i. Sejak kecil Bunda selalu melarangku memakan atau meminum minuman yang
mbali beranjak ke dapur dan kembali dengan segelas air putih
elah meminum minumannya. "Di dalam sana sudah ada handuk. Jika kau butuh
untuk dimasak. Tapi nihil. Ia hanya menemukan sebutir telur dan selebihnya hanya minuman ringan beserta tiga buah apel dan sekresek buah jeruk. Akhirnya ia memutuskan u
an televisi tersebut, mencari chanel yang menarik dan pilih
ak
egera beranjak dari tempat duduknya, menghampiri pintu toilet. Dan ter
," cicit Rania dengan semburat merah di pi
panjang yang lumayan kecil di tubuhku. Mungkin itu muat
u tidak memiliki itu." Egi berkata dengan nada santai, berbeda dengan Rania yang wajahnya sudah memerah. Hal tabu baginya me
ahu, Kak." Rania
dulu baju ini, kebetulan di seberang gedung ini ada butik. Ak
membalasnya dengan senyum tipis lalu membalikan badan. Menghilang dari panda
*