/0/23570/coverbig.jpg?v=d49bb5dfb7118260c48abeb919bffbbb)
Zevan, seorang pebisnis sukses yang tampak memiliki kehidupan rumah tangga yang sempurna dengan istrinya, Clara, yang telah dua tahun menikah, tiba-tiba dihadapkan dengan kenyataan yang menghancurkan. Semua yang dia percaya tentang pernikahannya runtuh ketika dia menemukan bukti pengkhianatan yang tak terduga. Clara, yang selalu ia anggap setia, ternyata telah berkhianat dengan pria lain. Puncak kemarahan Zevan meluap, dan tanpa pikir panjang, dia menyeret Clara ke kamar tidur mereka, membiarkan amarah dan perasaan sakit menguasai dirinya. Di tengah kekacauan itu, dia merasa seolah dirinya menjadi orang yang terhina. Namun, pagi setelahnya, Zevan terbangun dengan kepala yang berat dan perasaan kacau. Ketika matanya membuka, dia terkejut mendapati seorang wanita muda yang tidak dikenalnya, tanpa pakaian, terbaring di sampingnya. Wanita itu bukanlah Clara. Baru saat itulah Zevan menyadari bahwa wanita yang dia anggap istrinya dalam kegelapan semalam ternyata adalah Amanda, pembantu baru yang baru beberapa hari bekerja di rumahnya. Kekacauan ini membuat Zevan semakin terperangah. Tidak hanya masalah perselingkuhan istrinya, tetapi sekarang dia terperangkap dalam situasi yang semakin rumit. Frustrasi dan bingung, dia harus memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Apakah dia akan mencari cara untuk membalas dendam, ataukah ada hal yang lebih besar yang harus dia pertimbangkan sebelum keputusan terakhirnya?
Zevan Aldridge duduk di ruang kerjanya yang luas, menatap layar laptop dengan pandangan kosong. Pikirannya terpaku pada pesan yang baru saja diterimanya. Pesan itu datang dari seorang sumber yang tidak dikenalnya, tetapi pesan itu mengungkapkan sebuah kebenaran yang membuat dunia Zevan hancur seketika. Istrinya, Clara, yang telah dua tahun ia anggap sebagai wanita yang paling ia cintai, ternyata menyimpan rahasia gelap yang tak terungkapkan.
Dua tahun pernikahan mereka, dua tahun yang tampak sempurna, dua tahun yang penuh dengan kebahagiaan yang ditunjukkan kepada dunia luar, kini menjadi sebuah kebohongan besar. Zevan merasa tubuhnya gemetar, hatinya hancur, dan jantungnya berdegup kencang seolah menuntut jawaban. Pesan itu jelas, tidak ada ruang untuk kebingungannya lagi: Clara telah berselingkuh.
Perasaan marah menyelip ke dalam dirinya, lebih cepat dari yang bisa ia kendalikan. Ia mencoba untuk berpikir jernih, mencoba untuk menemukan penjelasan lain yang bisa membenarkan segala sesuatunya, tetapi semuanya terasa sia-sia. Tidak ada yang bisa menghalangi gelombang amarah yang datang begitu mendalam. Zevan menghapus pesan itu tanpa berpikir panjang dan bergegas keluar dari ruang kerjanya.
Clara sedang duduk di ruang makan, menyeruput kopi pagi dengan tenang, seolah tak ada yang berubah. Tapi Zevan tahu, kali ini, segala sesuatunya sudah berbeda. Wajahnya tanpa ekspresi, namun matanya yang menatapnya begitu kosong, menyadarkan Zevan bahwa istrinya telah jauh darinya. Saat ia mendekati meja makan, Clara menoleh, memberikan senyum yang tampak dipaksakan, namun tidak ada kehangatan di dalamnya.
"Ada apa, sayang?" tanya Clara, mencoba mencairkan ketegangan yang tidak bisa disembunyikan oleh keduanya.
"Jangan pura-pura. Aku tahu," jawab Zevan, suaranya rendah, namun penuh tekanan. "Kau... Kau selingkuh."
Clara terdiam sejenak, ekspresinya berubah. Mata Zevan menatapnya tajam, menginginkan penjelasan yang tidak akan pernah datang. Namun, Clara tidak berbicara, tidak ada penyesalan di matanya. Keheningan yang terjalin membuat suasana semakin menyesakkan. Zevan merasakan dirinya tenggelam dalam amarah yang meluap, emosi yang terpendam begitu lama kini keluar begitu saja.
"Jangan coba berbohong lagi. Aku sudah tahu semuanya," kata Zevan, suaranya bergetar oleh amarah yang tak terkontrol. "Aku tahu siapa pria itu. Apa kau tidak pernah merasa cukup dengan aku?"
Clara tidak menjawab. Ia hanya menatap Zevan dengan pandangan yang sulit dibaca, wajahnya penuh kebingungan dan mungkin rasa bersalah, tetapi itu tidak cukup untuk menghentikan dorongan amarah yang menguasai Zevan. Satu-satunya yang bisa ia rasakan adalah penghinaan yang dalam-pengkhianatan yang tak termaafkan.
"Tidak ada yang bisa membenarkan ini!" Zevan berteriak, mengerutkan keningnya dengan wajah penuh kebencian. "Kau membuatku merasa bodoh! Kau membuatku merasa seperti lelaki yang tak berarti bagimu!"
Clara terdiam, tidak bisa berkata-kata. Pada akhirnya, Zevan tahu bahwa kata-kata apapun tidak akan pernah cukup untuk mengungkapkan rasa sakit yang ia rasakan. Ia merasa dipermalukan, dihancurkan, dan yang paling parah-dikhianati oleh wanita yang ia percayai sepenuhnya. Clara berusaha untuk berdiri, tetapi langkah Zevan begitu cepat, mendekatkan dirinya ke arahnya, seolah-olah ia tidak bisa menahan amarah yang begitu dalam.
"Jangan coba pergi dari sini!" teriaknya, menggenggam pergelangan tangan Clara dengan kasar. "Kau tidak akan pergi begitu saja setelah apa yang kau lakukan padaku."
Clara terlihat terguncang, namun tidak ada yang bisa ia lakukan selain menghadapinya. Zevan menariknya menuju kamar tidur mereka dengan kekuatan yang tak terbendung, meninggalkan segala keheningan dan kebingungannya di belakang. Ketika pintu kamar ditutup dengan keras, Zevan mendekatkan wajahnya ke Clara, dan ia bisa merasakan getaran tubuh Clara yang ketakutan, namun ia tidak peduli. Amarahnya menguasai seluruh dirinya.
"Ini adalah balas dendamku!" teriaknya dengan suara yang kasar, menundukkan Clara ke ranjang dengan kekuatan yang penuh. Tanpa peringatan, dia mengambil alih segala kendali. Clara hanya bisa terdiam, tidak berdaya dalam cengkeramannya yang begitu kuat. Ia merasa seperti seluruh dunia runtuh di sekitarnya, tubuhnya terasa terasing, dan semuanya terasa sangat jauh dari yang ia harapkan.
Namun, keesokan harinya, Zevan terbangun dengan perasaan hampa yang mendalam. Pagi itu, sinar matahari menyinari kamar tidur yang kacau, dan di sampingnya, seorang wanita muda terbaring telanjang, tubuhnya terbungkus selimut tipis. Zevan terbangun dengan kepala yang berdenyut, seolah-olah seluruh dunia terasa kabur.
Dia menoleh ke samping, dan untuk sesaat, ia merasa bingung. Wanita itu bukan Clara. Wanita yang terbaring di sampingnya adalah seorang gadis yang ia kenal, tetapi tidak pernah menyangka akan berada dalam posisinya saat ini. Amanda-pembantu rumah tangga yang baru beberapa hari bekerja di rumahnya-terbujur di sampingnya, tubuhnya telanjang.
Zevan terkejut, kepalanya terasa pusing. Kenapa dia ada di sini? Bagaimana semuanya bisa berakhir seperti ini? Dia mencoba merangkak dari tempat tidurnya, panik. Perlahan-lahan, kenangan semalam mulai meresap kembali. Tapi semuanya terasa kabur, seolah-olah dia tidak sepenuhnya mengingat setiap detailnya. Dalam kegelapan kemarahan dan kebingungan, ia telah kehilangan kendali atas segalanya.
Kepala Zevan terasa berat, dan saat dia menatap Amanda yang terbaring di sampingnya, perasaan malu dan kebingungannya semakin dalam. Apa yang sebenarnya terjadi semalam? Mengapa dia bisa begitu jauh kehilangan kendali hingga berakhir dengan gadis itu?
Amanda terbangun perlahan, mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan mata penuh kebingungannya. "Zevan..." suara lembutnya terdengar bingung, seperti dia sendiri tidak mengerti apa yang sedang terjadi. "Apa yang terjadi?"
Zevan menatapnya dengan mata yang penuh kecemasan. "Aku... Aku tidak tahu apa yang terjadi. Ini... bukan yang aku inginkan."
Namun, masalahnya tidak selesai di situ. Semua kekacauan semalam hanya memperburuk keadaan yang sudah sulit. Clara yang telah berselingkuh, dan sekarang Amanda yang terlibat dalam masalah ini. Zevan merasa semakin terperangkap dalam kebohongan, pengkhianatan, dan rasa sakit yang tak terhitung jumlahnya. Semua yang ia anggap benar, semua yang ia bangun, seolah runtuh di hadapannya.
Frustrasi menyelip di hati Zevan. Apa yang seharusnya ia lakukan sekarang? Apa yang bisa ia lakukan setelah semuanya berubah begitu cepat? Namun, satu hal yang pasti-kehidupan rumah tangganya tidak akan pernah sama lagi.
Dua tahun sudah berlalu sejak Eleonore Duvall, pewaris tunggal kelompok bisnis Duvall Enterprises yang dijuluki "nona sombong", terperangkap dalam pernikahan yang tidak diinginkannya dengan Kaelan Ravenswood, pria misterius yang ia sebut sebagai parasit. Kaelan, yang seharusnya menjadi suami dari kakaknya yang telah meninggal, adalah sosok yang paling dibencinya. Eleonore meyakini bahwa Kaelan adalah dalang di balik kematian keluarganya. Namun, di balik ketegangan dan perang dingin antara Eleonore dan Kaelan, siapa yang menyangka bahwa keduanya pernah menghabiskan satu malam bersama, jauh sebelum mereka menikah? Peristiwa itu menanamkan obsesi dalam diri Kaelan, membuatnya bertekad untuk melakukan apa saja agar pernikahan mereka tidak berakhir dengan perceraian. Mengapa peristiwa itu bisa terjadi? Apa yang membuat Eleonore membenci Kaelan begitu dalam? Dan rahasia apa yang disembunyikan Kaelan, siapa dia sebenarnya? Akankah Eleonore berhasil membuktikan tuduhannya terhadap Kaelan, mengungkap kebenaran tentang kematian keluarganya, dan mempertahankan semua yang dimilikinya, termasuk dirinya sendiri? Tetapi, bagaimana jika gejolak cinta mulai tumbuh di saat yang paling tak terduga?
Karena sebuah kesalahpahaman yang mendalam, Darius membenci Sienna dengan sepenuh hati. Sienna adalah anak dari wanita yang selama ini ia anggap sebagai selingkuhan ayahnya. Rasa benci yang sudah mengakar dalam diri Darius terhadap Sienna dan ibunya membuatnya bertekad untuk menghancurkan hidup mereka. Salah satu cara yang ia pilih adalah dengan merenggut kehormatan yang selama ini dijaga oleh Sienna. Darius percaya, setelah menghancurkan harga diri Sienna, hidup wanita itu akan berakhir begitu saja, sama seperti penderitaan yang ia rasakan akibat perpisahan dengan ibunya. Dan, sayangnya, apa yang Darius harapkan pun terjadi. Kehidupan Sienna yang semula damai berubah menjadi kacau balau setelah kehormatannya direnggut dan ia hamil. Namun, hal yang paling menghancurkan hati Sienna adalah kenyataan bahwa ia tidak tahu siapa ayah dari anak yang sedang tumbuh di dalam rahimnya. Ketika kehormatannya direnggut, Sienna dalam keadaan pingsan, telah dibius oleh Darius tanpa sepengetahuannya. Lalu, bagaimana jika pada akhirnya Sienna mengetahui bahwa Darius adalah ayah dari anak yang ia kandung? Pria yang selama ini ia anggap sebagai musuh besar dalam hidupnya.
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."