Unduh Aplikasi panas
Beranda / Lainnya / Ranjang Panas Istri Kedua
Ranjang Panas Istri Kedua

Ranjang Panas Istri Kedua

4.3
34 Bab
16.5K Penayangan
Baca Sekarang

Bella menggeliat di bawah tubuh Bram, kedua tangannya mencengkeram erat sprei yang sudah kusut. Nafasnya terengah, bibirnya tak berhenti mengeluarkan desahan. "Ahh... Bram... ahhh... lebih dalam..." suara itu pecah, bercampur antara kenikmatan dan keputusasaan. Tubuhnya bergetar setiap kali Bram menghantam, membuatnya semakin terhanyut. "Ahh... enak sekali... jangan berhenti..." rintih Bella, matanya terpejam, wajahnya memerah diliputi panas yang semakin membakar. Bram hanya terkekeh rendah, melihat bagaimana istrinya tenggelam dalam permainan mereka. Semakin Bella mendesah, semakin cepat gerakannya, membuat kamar itu penuh dengan suara ranjang yang berderit, bercampur dengan panggilan dan rintihan Bella yang semakin tak terkendali.

Konten

Bab 1 Part 1

Bella mendesah pelan, wajahnya memerah, napasnya mulai tersengal. Sentuhan itu membuat tubuhnya bergetar, ini kali pertamanya merasakan tangan seorang pria di bagian yang begitu sensitif dan pria itu adalah suaminya sendiri.

Bram menatap wajah Bella yang memerah, bibirnya terangkat membentuk senyum tipis. Tangannya tetap di dada Bella, menggenggam dan memijat perlahan, membuat denyut hangat menjalar ke seluruh tubuhnya. Perlahan ia menggeser tubuhnya, menunduk hingga napas hangatnya menyapu pipi sang istri. Bella memejamkan mata, menunggu apa yang akan terjadi.

"Mas..." suara Bella bergetar, setengah ingin menahan, setengah ingin menyerah pada sensasi itu.

Bram menangkup wajah Bella dan menempelkan bibirnya. Ciuman itu dalam, panas, dan mendesak. Lidahnya menyapu lembut bibir bawah Bella, memaksanya terbuka, lalu menyelip masuk dengan gerakan yang membuat napas sang istri tercekat.

Tangan Bram yang sudah berada di dada Bella kini bergerak lebih berani. Jemarinya menekan dan mengelus, sementara bibirnya mulai turun, menyapu kulit di sekitar payudara Bella dengan lembut tapi penuh hasrat. Bella menegang, napasnya tercekat, suaranya berubah menjadi lirih yang nyaris seperti erangan.

"Ahh... mas... lidah kamu..." rintih Bella, tubuhnya melengkung tak terkendali di bawahnya.

"Begini maksudnya?" bisik Bram rendah, suaranya berat dan menuntut, sementara bibirnya mencium, menjilat, dan menempel di kulit yang sensitif itu, membuat seluruh tubuh Bella bergetar hebat.

Bella menggigit bibirnya, mencoba menahan, tapi sensasi itu terlalu kuat. "Ahhh... geli... uh... panas..."

Namun di sela dekap itu, pikiran Bella mulai melayang. Bagaimana ia sampai di titik ini, berada di pelukan pria yang dulunya hanya nama besar yang menakutkan di desanya? Ingatan itu menyeruak begitu saja, membawa Bella kembali pada siang yang mengubah seluruh hidupnya.

---

Siang itu, udara panas menyelimuti desa. Terik matahari memantulkan cahaya ke tanah berdebu, membuat udara bergetar tipis. Di warung kecilnya yang beratap seng, Bella duduk di kursi kayu, menggenggam gelas teh hangat yang mulai kehilangan uapnya. Tak ada pembeli. Ia hanya melamun, memikirkan cara menambah pemasukan agar ibunya tidak terlalu lelah berjualan.

Langkah kaki terdengar dari luar, disusul dua pria asing yang berhenti di depan warung. Mereka saling bertukar pandang.

"Ini warungnya," ucap salah satu pria dengan nada datar.

"Iya, dia ada di dalam," jawab yang lain.

Bella berdiri, tersenyum ramah. "Ada yang bisa saya bantu, Mas?"

Salah satu dari mereka menatap Bella dari kepala hingga kaki, tatapan yang membuatnya tidak nyaman. "Ikut kami."

Bella mengerutkan kening. "Ngapain? Saya jualan di sini."

"Jangan banyak tanya. Ikut." Suaranya meninggi, dan sebelum Bella sempat mundur, pergelangannya sudah dicengkeram kuat.

"Mas! Lepasin! Saya nggak kenal kalian!" teriak Bella, mencoba memberontak. Tapi genggaman mereka seperti besi. Ia terseret keluar, langkahnya terhuyung, hingga pintu mobil hitam yang terparkir di pinggir jalan terbuka.

Tanpa diberi pilihan, Bella didorong masuk. Aroma pengap bercampur parfum menyengat menyergap hidungnya. "Mas... mau bawa saya ke mana?!" tanyanya panik. Tak ada jawaban, hanya tatapan dingin dari pria di kursi depan. Mobil melaju meninggalkan warung, meninggalkan hidup Bella yang sederhana.

Perjalanan tiga puluh menit itu terasa seperti seharian penuh. Sinar matahari siang menembus kaca, membakar kulit, tapi hawa di dalam mobil dingin dan kaku. Pandangan Bella kosong menatap sawah yang berlari mundur di luar.

Laju mobil melambat saat gerbang besi hitam setinggi dua kali orang dewasa terlihat di depan. Di baliknya, rumah besar berdiri angkuh dengan cat putih yang menyilaukan, kontras dengan rumah-rumah sederhana desa. Mobil masuk ke pelataran berkerikil putih, ban berderit pelan sebelum berhenti tepat di depan pintu megah.

Bella mengenali tempat ini. "Juragan Bram..." gumamnya pelan.

"Turun," perintah salah satu pria dengan nada datar.

Begitu kakinya menginjak lantai teras, panas siang menyerang kulitnya. Tapi genggaman di pergelangan tangan memaksanya melangkah ke dalam. Pintu besar terbuka, dan hawa sejuk dari pendingin ruangan menyambut, kontras dengan teriknya luar.

Di ruang tengah, beberapa orang berkumpul. Langkah Bella terhenti begitu matanya menangkap dua sosok yang sangat ia kenal.

"Ibu... bapak..." suaranya pecah. Ia berlari memeluk ibunya yang tubuhnya bergetar hebat.

"Jelaskan. Sekarang." Suara berat memotong momen itu.

Bram berdiri tak jauh, tegap dengan kemeja putih, mata biru dingin menembus siapa pun yang menatapnya.

Joko, ayah Bella, menunduk. "Maaf, Nak... bapak dan ibumu... kami enggak sanggup bayar hutang. Juragan... minta kamu sebagai gantinya. Kami enggak tahu lagi harus apa..."

"Bapak... bapak menukar aku... dengan hutang?" suara Bella bergetar.

"Bapak janji... kalau bapak punya uang... bapak akan nebus kamu."

Intan hanya menangis, air matanya membasahi bahu Bella. Bella memeluk ibunya erat. "Kalau ini jalan terbaik... aku ikhlas, Pak... Buk..." meski hatinya terasa jatuh ke jurang gelap.

Bram tetap diam, tatapannya sulit diartikan, antara puas dan penuh perhitungan. Dalam hati, ia sudah menetapkan: gadis ini sekarang miliknya.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 34 Part 35   10-14 10:16
img
img
Bab 1 Part 1
05/09/2025
Bab 2 Part 2
05/09/2025
Bab 3 Part 3
05/09/2025
Bab 4 Part 4
05/09/2025
Bab 5 Part 5
05/09/2025
Bab 6 Part 6
06/09/2025
Bab 7 Part 7
06/09/2025
Bab 8 Part 8
06/09/2025
Bab 9 Part 9
06/09/2025
Bab 10 Part 10
06/09/2025
Bab 11 Part 11
06/09/2025
Bab 12 Part 12
06/09/2025
Bab 13 Part 13
06/09/2025
Bab 14 Part 14
06/09/2025
Bab 15 Part 15
06/09/2025
Bab 16 Part 16
06/09/2025
Bab 17 Part 17
06/09/2025
Bab 18 Part 18
06/09/2025
Bab 19 Part 19
08/09/2025
Bab 20 Part 20
10/09/2025
Bab 21 21
11/09/2025
Bab 22 Part 22
14/09/2025
Bab 23 Part 23
15/09/2025
Bab 24 Part 24
04/10/2025
Bab 25 25
04/10/2025
Bab 26 Part 26
06/10/2025
Bab 27 Part 27
08/10/2025
Bab 28 Part 28
09/10/2025
Bab 29 Part 29
09/10/2025
Bab 30 Part 30
10/10/2025
Bab 31 Part 31
10/10/2025
Bab 32 Part 32
11/10/2025
Bab 33 Part 33
12/10/2025
Bab 34 Part 35
14/10/2025
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY