ng sempat berantakan. Wajahnya masih memerah, bekas ciuman Adrian masih t
drian sambil melirik Selina yang masi
inar penuh godaan. "Kenapa aku harus
an helaian rambut Selina yang jatuh di pipinya. "
rti. Godaan mereka terasa begitu ringan, tapi
a teringat sesua
tanya membesar. "Astaga, Adrian! Ibu mertua
begitu, aku harus berakting se
Adrian. Matanya tertuju pada ponsel pria itu yan
an?" tanya Adrian d
ebelum menyerahkannya kembali. "Menyimpan nomork
akin suamimu tidak akan cur
drian, membiarkan sentuhannya membuat pria itu mena
ni... dia tahu betul bagaimana
undur. "Aku pergi dulu. Kalau terlalu lama di dalam, ibu
ingai. "Tidak
m melangkah ke pintu. "Kita
nya langsung berubah menjadi ekspresi tenang dan lemb
dengan tatapan tajam langsung ber
Selina denga
pandangannya ke Adrian yang baru saja keluar dari
tor. Bayinya berkembang dengan sehat, tidak ada masalah apa pun.
resi puas. "Bagus. Aku ingin cuc
bagi Margareth, bayi ini lebih
, kami pamit
m mengangguk. "Tentu. Jangan ragu un
Oh, tentu saja, aku ak
klinik. Tapi pikirannya masih tertinggal di dalam ruangan itu-bersama
u, ini bar