g pesan terakhir dari Adrian. Senyum kecil masih tertinggal di bibirnya, matany
embuatnya buru-buru memadamkan layar po
gin, tak berperasaan, seakan keberadaannya di kamar ini hanyalah sebuah kewaji
ranya terdengar datar, tetapi ada
lalu menatap Nathaniel. "Ak
nya dan duduk di tepi ranjang. "Istirahatlah. Ka
lai merayapi dadanya. Bukan karen
ya singkat, mencob
k bicara. Selina masih duduk bersandar di kepala ranjang, m
ku, Nathaniel?" tanyanya pelan
Ia hanya menatap langit-langit kama
hirnya, tanpa ragu sedikit pun. "Jadi jangan berharap
k tajam, meski Seli
engandung. Apa salah jika aku i
mata. "Aku sudah memberimu apa yang kau butuhkan-
u yang aku be
ahan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya. Tapi ia s
engan suaminya. Namun, detik itu juga Nathani
" ucapny
erembun. "Aku hanya ingin manja dengan sua
oleh ke arahnya, ekspresinya tetap tanpa em
ngerti sekarang-tidak peduli seberapa keras ia menco
na berbalik dan ti
r peduli. Hanya Adrian yang
auhkannya, semakin ia ingi