ahwa hidupnya yang sempurna akan segera berantakan. Dia duduk di kursi kulit hitam, matanya menatap kosong ke layar laptop di depannya, nam
san dari Callista yang sudah ia lihat berulang kali, namun tak kunjung dia buka. Isi pesan itu tak pernah berubah, meski suda
l, Lys. I
ng perlahan merusak segala yang pernah ia percayai. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bagaimana bisa sahabat yang sudah
yang biasanya penuh ketegasan kini terlihat kosong, penuh keraguan, seolah sedang mencari sesuatu yang hilang dalam dirinya. Dia butuh kenyamanan, dia butuh seseorang untuk menggenggam tangannya, dan Lysandro-sebaga
tetapi ada pula keinginan untuk melarikan diri dari konsekuensi yang harus ia tanggung. Kin
setiap langkah besar hidupnya. Elowen yang sempurna, Elowen yang tak pernah mempertanyakan keputusannya, Elowen yang akan segera menj
ankan anak itu, dan di saat yang sama, ia juga berniat meninggalkan hidup Lysandro. "Aku akan pergi, Lys. Aku tidak ingin mengganggu hidupmu," kata Ca
tidak bisa membiarkan Callista pergi begitu saja. Dia tidak bisa membiarkan sahabat yang telah tumbuh bersama dengann
ah, tetapi tak ada pilihan lain. Namun, ada satu syarat: pernikahan ini harus tetap menjadi rahasia. Elowen tidak
warannya. "Aku akan menikahimu, Callista. Tapi hanya jika ini tetap menjadi rahasia. Elowen tidak
r. "Kamu yakin? Ini tidak akan mudah, Lys. Semua ini bukan hanya tent
ngan suara berat. "Tapi ini y
n. Mereka memutuskan untuk menikah tanpa kebahagiaan, hanya berdasarkan kewajiban, dan dengan beban yang semakin hari semakin terasa berat di ha
miliki Elowen dalam hidupnya-perempuan yang seolah menjadi segala-galanya dalam dunia Lysandro, yang selalu mendampinginya, yang selalu ada dalam setiap per
erlihat seperti pria dengan segudang rahasia. Callista, di sisi lain, mengenakan gaun putih sederhana yang justru terasa begitu m
an, tetapi entah kenapa, ada sesuatu yang mengikat mereka lebih kuat dari sekadar ikatan pernikahan. Setiap kali Lysandro melihat Callista, ada
mereka tahu bahwa ini bukanlah akhir da