asur, berusaha mencari sumber suara berisik yang mengganggu pagi harinya. Namun, benda yang dicari tak kunjung ditemukan. Helaan napas kesal meluncur dari bibi
kenapa dari tadi ngelus-ngelus kasur?" suara seorang
ang pintu dengan daster kuning bermotif bunga, rambu
h bantal," balas Nayla dengan tatapan menyipit, seolah berusaha menyelidiki san
taruh di meja. Emang kamu nggak denger Mama masuk?" Sita melangkah masuk,
. Aku nanti rapihin sendiri, Mama. Aku udah gede, bukan anak kecil lagi.
cil lagi." Sita tertawa kecil lalu mengelus rambut Nayla dengan lembut
pikan tempat tidurnya sendiri, lalu melangkah menuju
t dan margarin menguar di seluruh sudut rumah. Masakan sederhana yang selalu berhasil membangkitkan selera makan
rapi, dengan poni yang jatuh manis di kening. Wajah bulatnya yang mungil tampak segar meski baru saja bangun. Kulitnya kuning langsat, matanya besar dengan sorot polos dan sedikit ngantuk, dihiasi alis tebal yang hampir menyatu di tengah. Hidu
Baju olahraganya udah dibawa? Jangan lupa kayak minggu kemarin. Untung kemarin Reyhan belum berangkat, jadi bi
Dalam hati, ia berharap pagi ini berjalan biasa saja. Tapi nama Reyh
aa," jawab Nayla s
ang bikin." Sita mengedipkan sebel
Ia sangat puas dengan bento ala Mama yang selalu berhasil
amu bisa makan bareng teman-teman." Sita meletakkan
membawa piring bekas makannya ke wastafel. Setelah mencuci piring, ia membuka kulkas dan mengambil sepotong besar co
ngan lembut, lalu bertanya pelan
angan suruh aku bareng dia ya. Dan jangan juga
dari ujung rambut hingga sepatu. Rambutnya disisir rapi, tas ransel hitam
ang, tapi tetap menyelipkan nada khawatir. "Mama cuma lebih tenang aja kal
matanya tak lepas dari wajah putrinya ya
iak. Lagian... emangnya menjamin Reyhan nggak bakal macem-macem sama aku?" Nayla menyipitkan mata, lalu menambahkan dengan nada mengg
knya. Sebelum pergi, Nayla menghampiri
a, Ma. Semangat juga y
gumam Sita sambil menggeleng pelan. "Tapi jangan terlalu sinis sama dia. Kit
menjawab sambil ber
again sama malaikat," pesan Sita lembut saa
u!" seru Nayla sambil mengecup pipi sang ibu, lalu berl
-----
sama teman-temannya menuju sekolah yang berjarak sekitar sepuluh menit. Nayla terus berjalan sambil memikirkan tugasnya yang belum selesai, tugas esai tentang keluarga. Nayla bingung harus men
seorang pemuda berseragam putih abu-abu s
..." Nayla me
embuat Nayla reflek berlari ke arah gadis itu melewati banyak murid SD yang mengerubungi tukang jajanan di ruko depan pe
i. Gadis itu memiliki wajah oval, beberapa jerawat menghiasi pipinya, hidungnya tidak mancung, tapi juga tidak pesek, terlihat pas dan cocok
dis itu terlihat paling modis di antara yang lain, rambut bermodel bob keriting sebahu lengkap dengan poni membingkai wajah oval dengan dagu la
nya aja sih, Ka. Santai aja, Bu Ayu kan juga nge
ung apalagi yang harus ditulis di esai itu. Lo tau sendiri kan kehidupan gue ya gitu-gitu aja. Gak kayak ka
ja itu, tubuhnya besar dan sedikit berotot. Kulitnya sawo matang, rambut ikalnya dipotong pendek dan rapi, wajahnya cukup tampan d
bangku untuk empat orang. Para gadis pun menaiki angkutan i
k ada jawaban dari pria itu, hanya acungan salah satu jempolnya yang menjawab. N
pelajar seusia mereka. Sama seperti Arkan, pelajar itu bergelantungan di pintu angkutan umum dengan temannya dan mereka bercanda di dalam perjalanan. Kemu
olah yang cukup besar. Lebih dari separuh penumpang a
ke warung dulu." ucap Tania sambil memanggil Minna yang sudah berjalan ter
an sabun pemutih kulit, mereka akan mengurutkan warna kulit dari Della, Nayla, Minna, lalu Tania. Minna memiliki wajah berbentuk hati dengan dagu yang sedikit terbelah, gummy smile menjadi ciri khasnya, rambutnya bergelombang dengan warna coklat al
ri kelas 4 SD dan berlanjut s
SD Kencana yang berada tidak jauh dari perumahan tempat tinggal Nayla. TK Kencana berada di perbatasan antara perkampungan dan perumahan tempat tinggal Nayla, sedangkan SD Kencana berada di pintu masuk perumahan tempat tinggal Tania dan Arkan. SMP dan SMA Ken
lok, rumah mereka pun tidak jauh dari jalan utama. Ada dua orang lagi, Revan dan Tirta, mereka tinggal di perkampungan belakang perumahan Nayla. Mereka jarang berangkat bersama karena Revan diantar kakak perempuannya sedangkan Tirta terbiasa membawa motor sendiri. Walaup
enatap ke arah yang sama, terlihat seorang pria sedang menikmati s
awab Nayl
lo pas depan perumaha
manekin imut kayak gitu," sambar D
h aneh, kayak cewek," sahut Arkan, ikut menatap R
ya," bisik Nayla pelan, menahan malu saat mata
kan menyipit setiap kali dia tersenyum. Pipi chubby menjadi ciri khasnya, membuat penampilannya terlihat manis. Bibir penuhnya yang sedikit mengilap sering kali menjadi pusat perhatian setiap kali dia berbicara. Ram
gkat. Nayla kini duduk di kelas sembilan, sementara Reyhan kelas sebelas. Sejak awal perkenalan, Nayla merasa mereka bukan tipe yang cocok untuk dekat. Bukan karena Reyhan tidak menyenangkan, tapi diamnya terasa terlalu he
berjalan bersama. Jika Reyhan lebih dulu melihat Nayla saat mengendarai motornya, ia hanya menyapa singkat.
asing masing di lantai tiga. Nayla sekelas dengan Arkan dan Revan di kelas C
-----
u oleh Revan yang duduk di bangkunya
l membantu Nayla melepas tas sekolahnya dan
ir lo," balas Nayla sambil memberi isyar
nny tadi?" tanya
r tadi," jawab Revan sambil tersenyum l
" tanya Revan sambil membuk
a bukunya," ucap Revan cepat lalu menarik Arkan menuju bangku mereka. P
ncah mengambil sepotong ciki rasa keju favoritnya. Sambil mengunyah, pandangannya terus tertuju ke arah
samb