img Manisnya Ciuman Pertama  /  Bab 2 Bagian 2 - Jam Kosong | 40.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Bagian 2 - Jam Kosong

Jumlah Kata:1424    |    Dirilis Pada: 14/04/2025

engarah ke lapangan sekolah, tempat beberapa kakak kelas sedang bermain bola dengan semangat. Angin

mendadak. Jam ketiga dan keempat pun berubah menjadi jam kosong. Arya, ketua kelas yang biasanya cukup tegas kali ini memilih menyer

ng sekaligus peringkat satu untuk mata pelajaran bahasa di angkatan mereka itu sudah menuliskan semua jawabannya dan dengan senang hati membagi

aktu yang bersamaan. Dia tak pernah kekurangan energi untuk bergerak, berteriak, atau sekadar mengganggu sahabat-sahabat perempuannya. And

ai sahabat. Nayla masih ingat betul kejadian waktu mereka kelas tujuh, saat Revan mengalami kecelakaan motor. Dalam perjalanan menuju rumah Revan, Nayla menangis tanpa henti karena takut kehilangan s

lakang dan berdiri di sebelahnya. Dia ikut menatap lapangan denga

an, tapi tetap lebih tinggi dibanding Nayla. Rambutnya lurus dan hitam dengan warna kemerahan di bagian ujung karena terbak

jahnya dihiasi beberapa jerawat kecil di dahi dan sebuah tahi lalat kecil di bawah mata kirinya menjadi c

mam Nayla sambil menatap sisi jendela yang penuh coreta

Revan santai. "Masih Jumat ini, kan? Deadline-nya hari Minggu. Santai

caya. "Beneran mau bantuin? Gue baru bisa bik

af, gue bikin jadi satu novel," bal

ncubit lengan Revan yang melingkar santai di bahu

dah, tenang aja. Nanti gue bantuin kok. Sekarang jangan di p

sedang duduk melingkar bermain monopoli dengan riang. Meskipun Revan tahu betul bahwa Nayla bukan tipe yang

" Nayla menepis tangan Revan, lalu menyandarkan t

"Hmm... gue tau nih... pantesan betah banget di

" Nayla menatapnya de

di samping telinga Nayla, suaranya mengejutkan seluruh kelas. Ia

kup dekat dengan Reyhan karena mereka berada dalam ekskul yang sama yaitu sepak bola. Latihan ekskul gabungan antara siswa SMP dan SMA memang rutin dilakukan dan

memerah karena marah dan malu bercampur jadi satu. Tanpa pikir panjang, ia mulai

u meringkuk di bawah meja guru sambil menutupi tubuhnya dengan ala

usia salju aneh itu, hah?! Kapok nggak?!" Nayla menarik ke

akuan anjing-kucing khas Nayla dan Revan. Meski mulut mereka selalu saja berseteru, kedekatan mereka tidak perna

pooookk..." Revan terus berlindung di bal

ayla dan Revan. "Van, dicariin bang Reyhan tuh," katan

ah melindungi Revan membuat Nayla merasa dikhianati. Lelaki itu bahkan berdiri di d

ihak siapa!" Nayla mendekat rambutnya sudah acak-acakan

tral, nggak ikut kubu mana-mana. Gue masih sayang nyawa, nggak mau digebukin nenek ga

rena usianya, tapi karena kebiasaannya yang gemar mengomel tiada henti, seperti nenek-nenek yang kehilan

Reyhan muncul dengan seragam olahraganya, keringat masih menempel di pelipis namun senyumn

arnya tidak bisa ditahan. Sementara itu, Nayla dengan ekspresi sebal

kuda, cih." Nayla kembali duduk di

memanggil Revan dengan suara penuh semangat. Suaranya terden

ng nih, kita kurang orang. Hadiahnya keren banget, ada sponsornya

nanti nyusul ke lapangan." Revan menjaw

Revan sebentar. Lima belas menit lagi kan istir

-temannya yang sama sekali tidak merasa bersalah. Sebagai ketua kelas, Arya sudah

ikin berisik, godain Nayla mulu." Arya menunju

lu menoleh sebentar ke arah Nayla. Sebelum melangk

as lo dipasang tulisan

inggalkan kelas. Sementara itu, Reva

alak? Mana

ang ia temukan hanyalah Nayla, masih duduk di bangkunya dengan tatapan tajam yang seperti siap melemp

samb

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY