ng berdiri tergesa, wajahnya berubah salah tingkah. Tanpa berkata apa-apa, ia meni
an tontonan di layar, seakan tak sadar bah
nya Linda sambil mengusap layar pons
a... Eh, ngomong-ngomong, Mimih kamu itu te
ni, Mas. Sama kayak aku juga
masih heran. "Usia Mimih kamu berapa s
. Abah lebih tua lima belas tahun
a, Mimih kamu masih kelihatan canti
cantik kenapa? Naksir ya?" godanya,
p, menggaruk tengkuk
e arah Zidane. "Kalau naksir beneran, b
sedak. "Hah? Jang
bercanda. Tatapannya tenang, nada bicar
dalam-dalam. Otaknya penuh tanda tanya. Apa maksud Linda seben
n kepalanya di pundak Zidan
ya sama omo
... bingung aja,"
ng soa
mu bilang tent
ertarik, ya bilang aja. Di sini enggak semua hal mesti ditutupi
Linda, seteng
Abahmu
a proyek. Sekarang pun... ya, udah nggak bisa lagi 'ngapa-ngapain'. Abah tahu
si ini... tak biasa. Tapi di sisi lain, semuanya terasa begitu alami
n brtiga aja, Mas. Ka
bersetubuh dan punya banyak koleksi film dewasa
Linda mendadak berseru memanggil i
an berjalan ke arah mereka. Keringat di w
tanyanya sambil
p ibunya. "Ini lho, Mih... Mas Zidan
lu. Wajahnya memerah, bukan karena panas
mau dan serius, Mi
ukan hanya tersenyum kikuk, sedikit salah ting
Mandi dulu sana. Biar makin canti
kok," celetuk Zidane, membuat wajah Mimih se
ng indah harus ke Pasir Lendir. Mau gak ngenter ke sana?"
guk cepat. "Oh, boleh. A
g aja," jawab
u dan semak yang mulai mengering. Angin sore bertiup lembut, menyapu ram
t, dan petak sawah yang baru dipanen. Suara jangkrik d
kit kecil dengan puncak terbuka, menampakka
a namanya begitu," tambah
. "Namanya agak serem ya. Kampung Cip
, pikirannya ke mana-mana. Tapi em
-rumah-rumah kecil, sawah yang luas, dan
a di balik tempa
i Mas juga tahu... asa
rumputan liar. Dari atas bukit, mereka berdi
," gumam Zidane sambil
ng. "Mas Zidane li
apnya lancip
ya. Dulu, nggak ada
an terlalu mewa
tanya angker," ja
apa yang tin
kota, Om Aldo d
rani jug
ibayar mahal. Anak-anak muda yang dul
k. "Pantes kelih
am juga cantik, lampunya
menatap rumah itu dalam-dal
irik. "Ma
ng sebuah tempat menyimpan sesuatu. Rumah
un kelihatannya berubah, tapi dalamnya
oleh. "Kam
erapa hal lebih baik b
la besar memantulkan cahaya jingga
itu dibilang angk
Karena ada keyakinan
han..
dengar desahan itu, orang bisa jadi liar. Nggak peduli sia
ada Desahan
di rumah i
il. "Itu mitos, kl
nah ngalamin. Tapi orang tua di sini semua
Sekilas, ia melihat pantulan aneh dari je
umah itu bikin merinding, mes
. "Jadi Mas Zida
n. "Tapi sebagai penulis... aku nggak bisa nutup kemungkinan. Siapa ta
bilang Mas mau nulis
ngannya. "Mungkin aku balik lagi ke sini untuk d
apnya bingu
erpatri, dia harus menemukan jawaban, apakah itu mito
a mulai menuruni bukit. Langit barat berubah keemasan, baya
Linda, Zidane bergumam, nyaris tak terdengar, 'De
eh. "Mas ng
enyimpan ide yang bisa jadi awal dari kisah misteri barunya-terinspira
umah Linda sudah menyal
ne menoleh ke sekeliling. Gelap sudah mulai menyelimuti, dan rumah-rumah lain tampak jauh, tersembunyi d
n. Tetanggam
sini mah rumah jarang-jar
Dalam hati, ia tahu... ini bukan sekadar perjalanan mencari inspir
ng Sawang' jauh lebih mende
Linda masuk ke kamar berduaan. Pak Engkos maupun M
gannya mendorong tubuh Zidane, hingga tubuh mereka rebahan di atas karur. Linda pun melepas kaos
celana pendek Zidane, tiba-tiba ketu
mih ya?" t
Mimih udah siap nih?" jaw
aja, enggak diku
ak terkejut melihat Linda dan
i aja Mimih ke si
Namun Mimih hanya tertegun, sampai akhirny
percaya kalau wanita yang berdiri di dalam kamar itu seoran
n sama-sama kayak yang di fi
h ikut aja kalau Mas Zid
*
a, silahkan baca, "KETAGIHAN MAMA TEMANKU"
*