intip betis Linda yang basah terkena cipratan air. Dalam hati, ia tersenyum-perjalan
nikah, Mas," kata Linda sambil tetap berja
ngernyit. "Lagi sibuk main pet
kalau udah akil baligh, ya udah siap aja. Orang t
sekarang anak-anak di sana banyak yang lanjut sekolah, bahkan sampai ku
ribet lainnya,' pikir Zidane. Medannya ternyata beneran gak main-ma
atang sawah yang lebarnya cuma seukuran satu ubin. Zidane berjalan pelan, menyei
pa menoleh. "Kalau jatuh ke sawah,
bukan pencuri pupuk, hahahaha," balas Zidane, terta
a klakson, nggak ada debu beterbangan. Hanya angin sawah, suara burung, d
jernih. Di dalamnya, ikan-ikan kecil be
Di kota, air kayak gini ud
anya jangan kebanyakan di kota
ya, senyumnya, bahkan tawa ringannya-semua terasa tulus. Beda dari banyak perempuan kota
umur berapa?" t
wab Linda datar.
ga... tru
a kerjaannya cuma nongkrong. Ngopi, ngerokok, main ga
kin kamu
inda menatap ke depan. "Aku malah sene
l. Airnya kehijauan, tapi masih cukup jer
da, menunjuk ke rumah panggu
an rumah ini lebih luas. Di salah satu sudutnya ada bangunan kecil dari
ahnya tertutup kain, tapi tangan dan gerakannya terlihat tegas. Di tanga
ngumpulin batu buat d
an takzim. Palu besar itu terus
kerjaannya,"
ya tanganku kasar. Aku s
eda dari tempatnya tumbuh. Tapi justru karena
banyak bantu aku buat nulis cerita. Gak cuma s
nyak nanya soal cinta ya, Mas. Udah terla
mpah, biar aku tampung, aku tul
tuk pertama kalinya dalam waktu lama, Zida
da... dari Kota!" teria
bawah gubuk kecil menoleh sebentar. Keringat men
a, sebelum kembali mengangkat palu d
t kuat dan tangguh. Suara palunya seper
seorang pria tua duduk bersandar sambil m
"Ini Mas Zidane, tem
erlahan, tangannya kurus tapi kuat. I
rumahnya berantakan
bisa sampai sini," jawab Zidane, menjabat tan
derhana, dindingnya sebagian dari papan, lantainya s
as, satu kopi satu air putih
ai sendiri," katanya sambil duduk di sebe
nikmat. Udara perkampungan, peluh di punggung,
andi dulu? Biar s
t banget nih, dari ta
kamar mandi di belakang. "Airnya
ecil. "Sip. Saya
ya. Ia kembali ke ruang tengah. Tubuhnya lebih ringan.
, tanpa lengan, bahannya agak tipis. Mata Zidane sempat terpaku, tapi ia buru
a, yuk. Kasian, kelihatan c
dikit. "Eh, ya... k
ambil berjalan duluan.
ang, dan bau harum sabun dari Linda masih semerbak. Dari jendel
ami," kata Linda, duduk di ujung kasur. "Tiga b
perhatikan ikan-ikan y
.. batu
kadang-kadang," jawab Linda sambil tersenyum tipis. "Abah udah ga
ap Linda dengan campu
Untung masih selamat. Tapi sejak itu
antu banyak di rumah
ku gak sekolah tinggi. Tapi pengen
an ba
dengan cara k
Perempuan ini... nggak hanya
Linda, tersenyum menggoda. "Ayo r
, lalu perlahan mere
nya mau cari bahan buat tulisan. Tapi kayaknya...
lebih banyak pelajaran, tingga
an masih kuliah sambil kerja online juga sih. Sa
nak dipijitnya," ujar Linda, dan
iran baby oil ke seluruh punggung Zidane. Telapak tangan Linda terasa kasar di punggungnya, namun it
ut ke pundak. Pijatan tangan Linda terasa cukup bertenaga, hing
s enggak, Mas
p malah, biar pegel-pegelku
ecahin batu. Yah, mau gimana lagi, Mas, emang sudah keharusan. Kalau ng
ak, kayak ada rasa geli-geliny
Zidane bi
Zidane, terus merayap lebih ke atas
dane dalam hati. Tak terasa
ensitif Zidane. Otomatis kejantanan Zidane semakin keras ber
sedikit menyentuh pada testisnya. Zidane semakin gelonjota
rah Linda yang seda
pannya," ujar Linda, yang segera Zidane turut
. Zidane terlihat bangga karena Linda sepertinya sangat suka dengan
mulai memijitnya. Tak beberapa lama kembali Linda memijit di arah selangkangan, punggung. Jari
*