ana keluarga kecil kami. Di meja makan, sarapan telah tersaji nasi goreng
mata merah itu.Tidak, aku tidak ingin menceritakannya kepad
a, menikmati sara
m?" tanyaku lembut kepada Fati
bi," jawab Fatimah dengan suara
selalu mendapat perlindungan Allah," kata
mah, suaranya penuh sa
ecah.Fatimah tiba-tiba meletakka
k... W
untah di
langsung berdiri, mendekati
mencoba tetap tenang meskipu
.. tidak bisa menahannya," jawabnya
lapak tangan.Tidak panas, tetap
tirahat di rumah saja," ucap Aisyah sambil mem
sa melakukan apa-apa,
. Wuekkk.
i lebih
ke ruang makan, aku mengusap minyak itu di perut dan
at lemah.Pandangannya seperti koson
nti," ucapku kepada Aisyah, yang
dari sekadar mual biasa. Ada bayangan gelap yang kembali
untuk beristirahat. Istriku, Aisyah, segera mengambil minyak kayu p
i akan menelepon pihak sekolah," ucapku lembut kepada
ngambil ponsel dan men
aikum, Bu G
lah wabarakatuh," jawab su
ri ini Fatimah tidak bisa masuk sekolah k
as sembuh dan bisa kembali ke
tas doa panjenengan, Bu," k
salah satu pegawaiku di toko, Pak Dul, untuk m
aikum, Pak
b Pak Dul.Pegawai-pegawaiku biasa
burkan dulu karena anak saya, F
atimah.Saya akan sampaikan kepada yang
ssalamualaikum," ucapku
u, aku segera kembali ke kamar
kondisi Fatimah?" t
u putih. Tapi sebaiknya kita bawa ke dokter saja
ng. Umi siap-siap dulu, aku jaga
rapa perlengkapan dan obat-obatan untuk berjag
erangkat ke ruma
a menuju mobil.Di pelukan, tubuh Fatimah terasa begitu ringan, seolah menyiratkan betapa lemahn
kiranku, kenapa Fatimah tiba-tiba muntah setelah serangkaian peristiwa ganjil ya
ngan bisa membuat Fatimah mual dan muntah lagi," ucap Aisyah, s
ba meredam kegugupanku.Suaraku terdengar le
rik kaca spion tengah, memastikan keadaan Fatimah di kursi belakang.Ia tertidur dengan wajah yang ma
iku mencengkeram erat setir mobil, tapi pikiranku ter
ke belakang, memastikan kondisi Fatimah tetap stabil. Kami berdua diam, larut dalam doa masing-masing,
memanjatkan doa dalam hati, berharap agar peristi
taran pasien.Setelah mengambil nomor antrian, kami duduk di ruan
ra Fatimah terdengar lirih, nyaris seperti bisikan.Tubuh
. "Ayo, kita ke kamar mandi," ujarku sambil menoleh
ah, membawanya masuk ke kamar mandi. Sementara it
intu kamar mandi. Setiap suara itu terasa seperti tamparan keras d
. Umi di sini," suara lembut Aisy
gi. Aisyah memijat tengkuknya dengan lemb
dengan nada yang sangat lem
biar perut Fatimah hangat, ya, Nak," katanya sambil tersenyum lembut, mencoba memberikan kenyamanan.
Fatimah terlihat semakin pucat. Bibirnya sedi
gendong lagi," kataku, ber
egitu berat. Kami duduk kembali, menunggu panggilan. Namun, nomor antrian kami terasa begitu jauh. Waktu seolah ber
ng. Ia menggenggam tangan Fatimah, membisikkan doa-doa penuh harap. Di kepala
Awandini Tjakranegara," ucap r
Fatimah, didampingi istriku, Aisyah. Di pangkuanku, Fatim
salamku kepada dokter beg
" jawab dokter dengan ramah,
ba mual dan muntah terus-menerus," ucapku, m
il mempersiapkan peralatannya. "Anak cantik, berbar
sama, mendengarkan aliran napasnya, memeriksa bunyi pencernaan, tekanan darah, serta bagian perut, mata, dan mulut Fatimah.
kembali duduk di pangkuan Aisyah, t
aku dengan perasaan cemas
ngan ramah, berusaha menenangkan. "Semuanya normal saja, t
mencoba merasa lega, meskipu
dan vitamin. Fatimah harus banyak minum air
pku dengan nada syukur, meski dalam hati m
r tampaknya baik, tetapi hati kecilku tahu, masalah yang mengintai Fatimah bukanlah sesuatu yang bisa dijela
mah melalui spion. Tubuh kecilnya terkulai di pangkuan Aisyah, sementara tatapannya kosong, seola
waspada," bisikku
mi tahu, yang meneror keluarga kecil kami bukanlah sesua
a untuk beristirahat agar staminanya kembali pulih.Setelah memastikan Fatimah tertidur denga
yang meneror kita ini?" tan
u pasti, Yah. Yang aku lihat hanya sesosok bayanga
a, kali ini suaranya terdengar lebih putus asa. "Abi, apa kita pernah men
, Abi merasa kita tidak pernah berbuat jahat pada siapa pun
nya. "Jahat sekali orang yang tega melakukan ini kepada kita. Jahat dan tidak punya hati
asainya.Dalam hati, aku berdoa kepada Tuhan agar semua teror ini segera berakhir.Tak ad
rwudhu dan shalat as
p, ia berdiri dan berkata lirih, "Aku akan berwudhu." Aku mengangguk, memahami
an alam pun ikut menyaksikan kepasrahan kami kepada Sang Khalik.Dalam setiap sujud, kami memohon petunjuk dan pertolo
a.Namun, di balik suara yang bergetar itu, ada keyakinan yang koko
menembus dinding rumah yang mulai terasa dingin.Aku menatap ke arah jam dinding, mema
ngunkan anak kita," ucapku kepada istriku
ambil mengangguk, lalu ber
Aisyah menjauh. Rumah terasa sepi, hanya suara adzan yang terdengar jelas.Tapi entah kenapa
ciptakan suasana sunyi yang hampir terasa mencekam. Ia mendekati t
angun sudah Magrib,"
enggeliat pelan di balik selimut.Ia terlihat lemah, tap
a mual?" tanya Aisyah samb
memberi isyarat bahwa rasa mualnya sudah h
apakah kuat berjalan untuk ambil wudhu dan salat berjamaah?
awab Fatimah dengan suara
Aisyah, penuh kasih sayang. "Kalau nanti masih lemas, Fatimah shola
yang masih lemah.Langkah mereka lambat, tapi penuh ket
legaan menyelimuti hatiku. Melihat Fatimah yang sudah mulai
ng tidak biasa.Udara terasa berat, seperti ada sesuatu yang mengintai. Aku menoleh ke arah jendel
rib berjamaah. Fatimah duduk di antara kami, tubuhnya bersandar pada bantal kecil yang aku
ngan hitam melintas cepat di tepi ruang tamu.Aku berusaha mengabaikannya, tetap khusyuk da
sai.Matanya bertemu dengan mataku, dan
Aisyah kepada Fatimah.Aku masih melanjutkan dzikirku
ke dalam kamar tidur, k
dulu. Setelah itu, nanti ke sini l
timah dengan nada su
uk, tiba-tiba kran di dapur menyala, mengalirkan air dengan sendirinya.Aisyah menoleh ke ara
telinga kanannya.Seketika, bulu kuduknya merema
aku..." bisi
..." suara itu kembali terd
dan segera menca
sahutnya, suar
..." suara itu kembali
judmu!" Aisyah menantang,
erdengar di telinganya tawa m
bentaknya lantang, berusa
a istrinya yang tegang dan penuh kecema
apa?" tanya
e arah suaminya,
dapur mengalir sendiri, lalu aku mendengar sua
kan, "Suara itu bilang kalau di
wajah istrinya yang kini berkaca-kaca
ucap Aisyah lirih,membiarkan sesuatu terjadi pada anak kita
atimah pasti juga sudah lapar,
gera menghidangkan makan malam di atas meja mak
ah berjalan menuju kamar Fatim
l menaruh piring berisi makanan di at
bangunkan Fatima
etelah itu minum obat," kata Ais
engangkat tubuhnya untuk duduk. Ia masih
h kesabaran. Fatimah mengunyah pela
ada sosok bayangan yang tidak jelas
akan. Pikirannya masih dipenuhi kejad
an yang tidak masuk akal?" gumamny
ada makhluk gaib yang tersesat
engkan kepala, mencoba m
Mungkin ini hanya halusinasi saja," ucapnya, berusaha men
a, Putra.Mereka menyantap makan malam dengan hati ya
ang?" tanya Putra sambi
, Mas," jawab Aisyah
ta, "Sepertinya kita harus mencari tahu apa
tanya pada Abah, Mas? tadi Fatimah cerita perihal mimpinya, didalam mi
idak ingin merepotkan, apalagi
ke mana?" tanya Aisyah, mata
isik, "Aku juga bingung... jujur saja, aku
r-benar diteror oleh sesuatu yang tak ka
ndiri. "Ya Allah, berikan kami petunjuk
eninggalkan makanannya yang masih bersisa.Aisyah hanya bis
ya sudah membaik. Dengan hati-hati, ia mendekat dan menatap wajah Fatimah yang tampak tenang dalam tidurnya.
buhnya normal," ucap Pu
ga, menuang teh hangat ke dalam cangkir, lalu duduk sambil menatap kosong ke arah jendela. Namu
dengan cara seperti ini?" gumam Putr
ik, "Ya Allah, jika boleh, tukar saja
asuk ke ruang keluarga, memperhatikan sua
itu. Tidak baik," kata Aisyah
"Aku sek kepikiran... sek mikir kudu gek piye iki..." (Aku
ja, Mas, bareng Fatimah (Ya sudah, nanti siang kita silahturahmi ke Abah saja b
k di sampingya, membasahi keni
jaga Fatimah ning omah, ya..." uca
an, matanya masih tak lepas
ra Putra terdengar di balik pintu rum
tok..
um..." ulangny
aki terdengar mende
tua yang tak asing. Abah membuka pintu perlahan.Wajahnya ter
tangan mertuanya se
arnya?" tanyanya, be
k, Nak." sahut Abah
di ruang tamu, Abah
dan cucuku Fatimah
an. Ia tak ingin membuat A
ak badan. Tadi pagi kami sudah ke dokter. Sekarang dia is
nganggu
.. semoga lekas
aat, Putra menatap Abah
ini, di rumah terjadi kejadian-kejadian yang tidak bisa kami jelaskan secara logika. K
k berubah, tapi matanya m
Nak... Jangan d
ridor padahal tak ada siapa-siapa, bayangan hitam yang melintas di dapur, dan terutama... Fatimah. Betapa putri kecil itu be
nya menerawang, jauh k
..?" gumam Abah, n
ada kelainan fisik. Tapi Fatimah terus melemah.Wajah
i dengan sebuah tas kecil usang dari kulit.Dari dalamnya ia mengeluarkan
asa ada yang tidak beres sejak be
bisa,
ermimpi tentang seorang anak kecil yang memanggil dari dalam gelap.Suaranya seperti minta t
hernya menegang, b
liknya.Mungkin ada yang sengaja mengirim." lanjut Abah."Tapi kita jangan takut.
erahkan kitab keci
Fatimah saat ia tidur, dan jangan biarkan rumah kosong dari bacaan Al-Qur'a
at. Matanya mulai memerah. Di balik
kasih,
, kita panggil ustad langganan Abah. Kita cari
terasa lebih dingi
mohon bantu doanya...Assalamua
tullahi wabarakatuh"
darai mobil dengan terburu-buru,ingin segara m