muncul di pangkalan ojek, wajahnya
suaranya tegas, mencoba m
! Aku gak mau dengerin apapun darimu,
ang kebetulan sedang menunggu di sebelahk
apain ganggu Erina?!" teriak De
menenangkan suasana. "Tenang dul
usan orang lain?! Lepasin Erina!" Dela mendekat, tin
cang. Aku tahu Dela tak akan main-main ka
a refleks Dela mendorongnya. Alfian hampir jatuh, bersamaan
ak Alfian, bangk
ggu Erina?" Dela hampir bert
, santai! Jangan sampe ada yang kena! Lu, cowok, minggir sana!" seru salah seor
tersengal. "Del... tenang..." bisikku pelan,sadar kalau kalau Dela benar-ben
ti kita ngobrol baik-baik," katanya samb
engal. "Dasar cowok ngeselin... gue gak b
menepuk bahu Dela, menenangkan suasana. "Udah, santai aja, N
aku tahu... di situ, sahabatku benar-benar melindungiku
keras sampai beberapa tukang ojek menoleh
bicara, Dela sudah melanjutkan m
itu lagi! Sok kaya, sok ganteng, egois. Udah ti
, bingung antara
mikirin diri sendiri. Lu bisa aja dilecehkan, dihina, atau disakitin terus, dan lu diem aj
aku tahu dia benar. Hati kecilku mengakui bahwa aku meman
.. jangan kasih ruang lagi buat dia masuk ke hidup lu. Lu bukan orang bodoh
erdebar. Rasanya ingin mena
sama dia," Dela menekankan, suaranya berubah lembut tapi tetap tegas.
gkalan ojek itu, di bawah matahari sore yang hangat, aku mulai sadar bahwrdengar suara riuh dari halaman. Mataku tanpa sengaja menangkap sosok Alfian yang berdiri d
el, cemas, tapi juga sedikit lega karena aku sebenarnya
ngku, mata tajam menatap Alfia
pang termakan rayuan cowok buaya mo
a menangani sendiri, tapi sebelum s
mau minta maaf sama kamu, serius," suaranya
ata. Hati kecilku sejak semalam sudah ingin mengatakan bahwa aku s
rap gue bakal gampang terima lu begitu aja. Udah tiga kali lu nyakitin Eri
gerti, Del... aku cuma mau buktiin kalau kali ini b
kup, Alfian. Gue nggak peduli seberapa berubah lu. Gue yang jagain Eri
enunduk dan menahan senyum kecil yang mencoba muncul. Perasaan
gkah mundur, menatapku sebentar, lalu meninggalkan halaman seko
.. sebenarnya bisa memaafk
a!" bent
ak sepenuhnya sal
ajahnya masih keras tapi
ki seperti Alfian, biar gak macem-macem lagi ke depannya.
uk. Hari itu, aku sadar bahwa kadang memaafkan seseorang lebih sulit daripada
sore itu hangat, tapi hatiku masih campur aduk. Aku mencoba bersikap tenang, tapi
uncul lagi. Matanya mencari-cariku, Ia me
neran. Bisa nggak kita ngobrol seb
angsung merah padam, sea
jangan deket-deket Erina lagi! Gue nggak bakal terima lu gitu
Del... tapi aku cuma mau nunjukin kalau kali ini b
dalam-dalam. Dan sepertinya memang har
ara empat mata, bo
ue mesti ikut!
bicara biasa,
endirian," katanya tegas sambil memelototi Alfian. Aku c
jarak lima meteran. Suasana agak sepi dari orang lalu-lalang. Wajah Alfian terl
h. Aku sudah memaafkan semua kesalahanmu, tapi itu nggak berarti aku menerima kamu l
r... tapi aku... aku masih..." katanya terhenti,
keputusan ini bukan emosi sesaat. Aku udah bulat. Kita putus, tapi b
rhatikan Alfian. Aku tahu, dia sedang mema
nahan kecewa. Akhirnya,
u harap kamu jangan ambil keputusan karena terpaksa atau
tersenyum tipis, walau
kasih atas segalanya, semoga kita bis
uarga atau latar belakangnya, begitu juga sebaliknya. Selama ini kami h
p dan penampilannya terkesan anak orang berkecukupan, tapi rendah hati dan
ah. Banyak cewek yang menyukainya, dan dia, mungkin terlalu baik unt
sudah menyelesaikan semuanya dengan baik, tinggal instrospeksi diri. Kalau memang j
" tanya Dela sebelum kami naik an
*
b-bab yang tak biasa, nyaris tak
erpetualang dalam kis