mi
mengetahui apakah embrio itu berhasil menempel di rahim Elara atau tidak.
tup setengah tubuh. Dokter memintanya untuk banyak beristirahat, menghindari stres,
: apakah embrio itu sedang bertumbuh sekarang? Apakah ia akan be
angan itu, munc
ingin memastikan kondisinya baik-baik saja. Tap
n Elara penuh dengan aroma ka
ara serak. Ia bersandar di bantal, mengenakan p
lengan digulung, dasi tergantung di bahu. "Bisa. Dulu
sdir dingin dan perfeksionis-berdiri di dapur, mengaduk sup.
dari kontrak, kan?
nya melunak. "Bukan. In
at. Ia buru-buru memalingkan wajah, pura-pura s
badai emosi da
rontok lebih banyak dari biasanya. Ia tahu itu efek hormon,
mar mandi, memeluk lutut, ai
pelan. "Elara?" suara Ad
isaknya,
icara apa pun. Hanya meraih handuk kecil dan mengelap air mata di pipi Ela
.." bisik E
biasa. Kau sedang menciptakan kehidupan... bahkan jika itu
nnya makin pecah. Tapi kali ini ia menangis bukan karena ta
a, ia membiarkan dirinya
iam-diam, erat, seolah mencoba menahan semua
osi mereka jad
malam. Adrian baru saja menegurnya karena mencoba menge
apuh," gumam Elar
i balik pintu balkon, "Kau hanya se
apnya. "Kau selalu t
ursi seberangnya. "Bukan. Aku hanya ta
ta mereka bertaut, lama, terlalu lama. Ada sesuatu yang berge
apan lebih dulu, j
i k
n, hanya berbaring dengan tangan menekan perutnya, membayangkan sebuah k
rjalanan ke klinik, tapi tangannya sesekali men
ngan erat. Adrian duduk di sampingnya, lalu perlahan
k ada kata-kata. Tapi genggaman itu cuku
udian, perawat mem
berdiri
.. mereka
l tes kehamilan dan dampaknya pada hubungan dan , sekit
a
l bergambar dua garis merah yang terasa seperti beban berton-ton. Matahari menyelinap dari sela tirai, menyoroti wajahnya ya
dan dada yang terasa nyeri jika disentuh. terus memperhatikannya, tapi tak pernah menanyakan langsung. Ia hanya menatapn
ar dari ambang pintu, membuat Elara s
tak tes yang masih tersegel di tangannya. "Aku.
ati ekspresi Elara. Ia meraih dagu Elara lembut, mengangkat wajah
saat mengangkat kotak kecil itu, meletakkannya di atas meja antara mereka. Mata Adrianuaranya pelan, nya
belum melakukannya. Tapi
duduk di sofa, menunduk dan menautkan jemarinya. Keheningan pan
drian akhirnya, menatapnya lagi. Nada suaranya tenan
gguk sekali,
i tes sekali lagi, walau ia hampir menghafalnya. Tangannya dingin dan keringat dingin membasahi p
," katanya tiba-tiba.
n, menatap mata pria it
meski sudut bibirny
di atas wastafel. Dua garis samar mulai muncul perlahan, tapi mereka belum berani mendekat. Elara dudu
rdetak ke menit berikutnya sebelum akhirnya Elara berdiri pelan,ga
erah mud
adari. Adrian berdiri kaku, matanya melebar, lalu perlahan-lahan merengkuhny
," bisiknya, s
a, tubuhnya melemas di dada A
ujur. "Tapi kita akan lalu
duk di taman kaca rumah mereka, membiarkan matahari sore membelai wajahnya, sementara Adrian duduk di sampin
ra akhirnya. "Aku belum pernah hamil sebelum
kuat. Dan kita punya tim dokter terbaik. Tapi kalau
matanya berkaca. "Kau t
ena kalau aku menunjukkan betapa pa
anya, lalu menyandarkan kepala di ba
akan ke m
berdiri di depan cermin, menatap bayangannya. Ia menyentuh perutnya yang masih datar, lalu bergidik. Ada ke
pa yang kau pikirkan," katanya pelan. "Aku juga takut. Taku
takut kehilanganmu kalau sesuatu terjadi. Aku ta
an. "Aku di sini karena aku ingin. Karena ak
begitu saja. "Kau ben
i apa pun,
itu lembut, penuh kerinduan, dan janji yang tak terucap. Malam itu mereka berdua berba
tilitas mereka, menjadwalkan pemeriksaan pertama, dan menyiapkan ruangan khusus di rumah untuk Elar
perasaannya setiap pagi-takut, senang, bingung, harap-semuanya bercampur. Tapi setiap
ng bertarung bersama. Ketakutan mereka tak hilang, tapi kini mereka membaginya. Dan di t

GOOGLE PLAY