a yang saat ini duduk di sampingnya dengan
ng menyebut namanya. Lelaki itu membiarkan angin sepoi menerpa
tadi, mak
nya masih tidak terima kenyataan akan gadis ke
uka sama
ukan senyum pun hilang bersamaan dengan pertanyaan yang
ya dia. Lagi pula kebohongan ini buat kebaikan dia,' batin Tara, tatap
ri tadi, aneh!" Sayangnya gadis
a gue lagi curhat!" ketus Agra sembari mendaratkan
berani menyentuh jidatnya yang selebar lapangan sepak bola. Melihat hal
ah, lo, ngejitak
tal itu. "Cantik-cantik kok kayak monyet, sih, galak
aan dengan desahan pasrah yang keluar dari mul
mengenai saudara lo," ujar Agra menerbitkan seulas lekukan ya
k percaya di sertai dengan tepukan tangan seperti seorang guru yang ka
arti cinta sesungguhnya itu, ya, ngerelain dia be
ia hanya berasumsi bahwa cinta adalah bentuk hubungan ketertarikan antara lelaki dan perempuan atau pun
" pamit Tara sembari menatap jam hitam yang bertengger di pergelangan tangan kirinya. Gadis it
gak akan ngelakuin hal sama sep
-
tu." Satu sudut bibirnya terangkat dengan pandangan tak lepas pad
kedua temannya
bakalan dapat batunya kar
-
masuk," tutur Vandra kegirangan sembari mengge
rena ibu guru yang bernama Tiwi Kusuma adalah seorang wanita paruh baya yang sangat ditakuti oleh seluruh s
ia sembari menghampiri bangku seorang gadis yang
u banyak soal buku, temenin, yah," mohon Kania seraya menopang pipi
adis berambut ombre sebahu itu kemudian berd
entar, yah!" ujar Kania ser
engan tiba-tiba menarik tangan Naya dan membawanya ke jalan yang berlawanan dari arah
berusaha memberontak dengan menyingkirkan sem
ya!" Kania mempererat cengkraman di pergelangan tan
15 menit adiknya tak kunjung kembali. Apalagi
n dia sih? Awas aja lo Kania sampai terjadi sesuatu sama a
dikatakan Kania. Tak butuh waktu lama kedua kaki Fian kini terinjak di ambang pint
menguasai diri lelaki itu, ia dengan cepat melangkahkan k
ia mendengar suara pekikan yang menurutnya sangat familiar di te
buka pintu toilet paling ujung
-
S 2 saat ini sudah sangat siap, buktinya tidak ada satu pun buku yang tergelatak di bangku b
gan teriakan kemenangan. Semua siswa berhamburan keluar menuju area parkiran bagi yang m
ini dulu," ujar Tara sembari memperlihatkan
h," pamit kedua sahabatnya la
kemudian memasukkannya ke dalam tas hitam pekat yang terkait di satu lengan tanganny
nya karena baru pertama kali sang kakak sulung belum meninggalkan sekolah dan yang lebih mengangetkannya lagi, Fian
situ? Minggir g
l
s yang berada di dalam
a panjang karena keterkejutan dan sakit di pipinya. sungguh, ia t
ka!" tunjuk Fian ke arah pintu bel
nggak ngerasa p
" bentak Fian, rahang lelaki itu bergetar hebat menampakkan dengan jelas urat-urat yang muncul ke permukaan kulit pe
pain," ujar Tara berharap kakaknya juga akan mengkhawatirkannya
n boho
di pipi mulus Tara, yang lagi dan l
peduli!" teriak Fian dengan menekankan kalimat terakhir
p diperaduan. "Kenapa? Gue juga adik lo, gua juga keluarga lo, kita punya darah yang sama, kenapa cuman Kak Naya ya
uat ngedapatinnya!" teriak Fian. Mungkin suaran
u
tu jatuh tersungkur pada kasarnya beton parkiran. Tanpa pikir panjang ia
ael lantas gadis itu beralih menatap lelaki yang terkapar tak jauh dari
sempat-sempat lelaki itu bersumringah. "Aduh, adek gue bawel amat, sih, udah gue nggak papa ko
a, yang Tara bantu adalah dirinya yang berstatus sebagai kakak kandung bukan orang lain. Lelak
dengan senang dan bingung atas kejadian itu. Mereka adalah KaniaCs yang b
ar Kania diakhiri dengan tawa puas lalu menyalakan
tega main tangan sama lo?" guman Agra menatap sendu
i, wajahnya masih nampak kesal dengan kejadian t
a dia?" Naya menyentuh punggung tangan sang kakak yang masih memperlih
jawab Fian tanpa menoleh ke arah Nay
ket banget, masa nggak ada rasa iri sed
rse
rusnya benci sama dia. Nggak semua masalah diselesaikan dengan kekeras
ipada harus membalas ucapan Naya. Jauh di dalam lubuk hatinya ada
af