/0/12789/coverbig.jpg?v=ba8b8e38577076b8acb368d77af85fda)
Di saat aku tidak memiliki pemasukan justru di rendahkan dan di anggap sebagai beban suami, namun di waktu aku memiliki penghasilan justru mereka pada mendekati bahkan meminta kami untuk menampung adik iparku yang pemalas bekerja dan ingin enaknya sendiri, padahal dia memiliki orang tua yang kaya raya. "Istri mu kan sudah ada pemasukan jadi tidak apa adik kita tinggal di rumah kalian, kalau yang lain kan banyak pengeluaran juga harus membayar hutang," Aku yang mendengar hanya tersenyum tapi dalam otak ku berfikir. Lalu apa yang harus aku lakukan hanya di manfaatkan saat memiliki uang. Apakah kita di hargai saat memiliki materi serta bisa di manfaatkan saja?
Reva yang berasal dari keluarga biasa di sebuah kampung yang jauh dari kota membuat gadis yang baru lulus Sekolah Menengah Atas itu penasaran dengan dunia luar bahkan sejak dia di lahirkan ke dunia ini paling jauh perginya ke pasar tradisional yang jaraknya juga jauh bahkan harus dua kali naik angkutan pertama jika tidak naik ojek ya jalan kaki lalu di sambung naik angkutan kota dengan berdesakan sama penumpang lainnya.
Di kampung Reva tinggal cuma itu transportasi yang ada bahkan lebih sering jalan kaki karena kekurangan uang dan lebih mementingkan kebutuhan sehari-hari, maka jalan kaki sudah merupakan makanan sehari-hari.
Sebelum berangkat pergi merantau yang sudah lama Reva impikan tapi tentu saja Reva harus mendapatkan restu dari kedua orang tuanya sebab untuk berpergian jauh harus diiringi doa serta keikhlasan orang tua untuk melepaskan anaknya mengadu nasib di kota orang.
"Bu yah aku izin pergi merantau ya,"
Pagi itu setelah sarapan pagi bersama Reva meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk pergi merantau serta dia berharap suatu hari nanti bisa merubah nasib serta perekonomian keluarganya yang sangat pas-pasan bahkan mereka harus bisa mengelola keuangan dengan baik supaya tidak kekurangan dan tidak meminjam kepada tetangga.
"Nak, kamu tahu kan tinggal di kota orang itu bukanlah hal yang mudah dan juga kita tidak memiliki keluarga di sana tentu saja kamu akan menemukan kesulitan dan ibu tidak ingin itu terjadi,"
Sebagai perempuan yang telah melahirkan Reva tentu saja dia risau tentang kepergian anaknya bahkan tidak ada sanak saudara yang bisa dijadikan tempat untuk bersandar nanti.
Apalagi mereka bukan keluarga yang berkecukupan jadi masalah biaya tentu juga dia pikirkan apalagi sampai di kota sana belum tentu langsung mendapatkan pekerjaan dan selama itu pasti membutuhkan biaya.
"Ibu tenang saja dan tidak perlu cemas, ibu dan ayah hanya perlu mendoakanku agar sukses di kota orang nanti dan aku akan membangkitkan perekonomian keluarga kita dan dipandang oleh warga kampung sebagai keluarga yang tidak perlu mereka takutkan jika suatu hari nanti meminta tolong kepada mereka,"
Tinggal di daerah kampung serta memiliki perekonomian yang sangat minim tentu saja orang-orang sekitar merasa was-was dan takut direpotkan suatu hari nanti padahal tidak semua orang miskin itu selalu berharap balas kasihan dari orang berada.
"Tapi tetap saja ibu merasa cemas dan takut apalagi kamu anak gadis berbeda jika seorang laki-laki yang pergi merantau tidak terlalu dicemaskan,"
Ibu menyampaikan kecemasannya sebab melepaskan anak gadis pergi sendirian ke kota orang itu bukanlah keputusan yang baik mengingat harus bisa bertahan hidup di negeri orang dan mengelola keuangan sebab jika kita hidup sendirian di sana maka hanya uang yang bisa menolong kita jika berada di saat tertentu.
Jangankan di kota orang hidup di kampung yang sudah saling kenal dari lahir pun kadang mereka enggan untuk menolong kita karena takut jika kita memanfaatkan orang itu terus.
"Ibu harus percaya sama Reva bahwa Reva tidak akan pernah mengecewakan ibu dan Reva berjanji untuk selalu menghubungi ibu dan memberi kabar,"
Keputusan Reva sudah bulat untuk pergi merantau karena jika terus berada di kampung dia merasa nasibnya akan terus seperti itu dan tidak akan pernah ada perubahan.
Apalagi memiliki mata pencaharian yang hasilnya hanya cukup untuk biaya makan serta kebutuhan sehari-hari.
"Beri ibu waktu untuk berfikir dan mencarikan mu sedikit pegangan agar saat di sana tidak kesusahan,"
Reva langsung memeluk ibunya dan mengucapkan terima kasih karena secara tidak langsung ibunya sudah memberi izin hanya perlu sedikit waktu untuk bisa melepas anaknya pergi.
"Ibu tidak usah memikirkan soal uang,"
tentu saja Reva tidak ingin menyusahkan ibunya apalagi dia tahu keuangan keluarganya sangat pas-pasan jadi biar dia yang memikirkan sendiri biaya untuk dia di sana serta bisa bertahan sampai mendapatkan pekerjaan.
"Kamu tidak perlu membantah dan dengar ucapan ibu,"
Ibu tidak ingin dibantah hingga Reva mengangguk setuju yang terpenting dia sudah mendapatkan Restu dan diizinkan untuk pergi merantau.
Bukan dia tidak ingin hidup pas-pasan bersama keluarganya di kampung hanya saja Reva ingin ada perubahan dalam keluarganya dan dilihat oleh orang-orang sekitar bahwa mereka bukanlah keluarga yang perlu dijauhi hanya karena memiliki garis takdir yang miris.
"Pokoknya aku harus giat bekerja dan mengumpulkan uang,"
Uang yang pas-pasan menjadi kendala di keluarga mereka jadi Reva harus mengumpulkan dana agar bisa menjadi pegangannya saat berada di kota.
Dan juga sebelum meminta izin kepada kedua orang tuanya dia sudah memikirkan langkah apa yang harus dilakukan serta apa yang harus dipersiapkan karena berada di negeri orang bukanlah suatu hal yang mudah ditambah kita harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
"Biar aku aja Bu,"
Seperti siang ini Reva membantu ibunya menjemur padi milik juragan di kampung itu.
Jika hari panas seperti sekarang maka ibu Reva menjadi buruh penjemur padi sebelum digiling menjadi beras.
"Ibu bisa sendiri,"
Tolak ibu saat Reva mengambil alih gerobak dorong yang terisi sekarung padi yang beratnya sekitar 50 kg.
Reva tahu ini pekerjaannya yang sangat berat dan tentu saja dia tahu efeknya apa yang akan kita rasakan di malam hari setelah bekerja berat di siang hari.
"Izinkan aku membantu ibu sebelum pergi merantau,"
Reva berbisik di telinga ibunya karena tidak ingin ada yang mendengar.
Reva tidak ingin ada yang mengetahui rencana kepergiannya untuk merantau termasuk tetangga di samping rumahnya.
Sebab jika ada yang mengetahui pasti ada saja omongan mereka yang tentu saja menyakiti hati keluarga kecil Reva.
"Baiklah nak,"
Ibu Reva mengalah dan memilih berteduh karena dia merasa terik panas hari ini begitu menyengat kulit bahkan baru sebentar saja di bawah terik matahari rasanya keringat sudah membanjiri badan bahkan baju yang digunakan sudah menempel di tubuh karena basah terkena keringat.
"Semoga niat baikmu di jabah sama tuhan nak,"
Walaupun sebenarnya ibu Reva berat melepaskan kepergian anaknya tetapi untuk menahan di rumah pun dia tidak tega apalagi melihat wajah penuh harap anak gadisnya itu.
Jika ditanya apakah dia cemas? Tentu saja mencemaskan keadaan anaknya di sana dan mendoakan anaknya selalu dalam lindungan sang pencipta.
"Kamu orang baik nak dan semoga bertemu orang baik juga di sana nanti,"
Ibu Reva memperhatikan gerak-gerik anaknya yang lagi menjemur padi bahkan tampak sesekali menyeka keringat yang mengalir dari pelipis matanya.
Ibu Reva saja yang berteduh masih merasa kepanasan apalagi anaknya yang langsung terkena terik matahari maka sudah bisa dibayangkan bagaimana kepanasan anaknya tetapi berusaha menahan.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
‘Ikuti terus jatuh bangun perjalanan Sang Gigolo Kampung yang bertekad insyaf, keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat. Simak juga lika liku keseruan saat Sang Gigolo Kampung menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam banyak nyawa. Dijamin super baper dengan segala drama-drama cintanya yang nyeleneh, alur tak biasa serta dalam penuturan dan penulisan yang apik. Panas penuh gairah namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Natalia dulu mengira dia bisa meluluhkan hati Kenzo yang dingin, tetapi dia salah besar. Ketika akhirnya memutuskan untuk pergi, dia mendapati dirinya hamil. Meski begitu, dia memilih untuk diam-diam meninggalkan dunia pria itu, yang mendorong Kenzo untuk mengerahkan semua sumber dayanya dan memperluas bisnisnya ke skala global-semua itu dilakukannya demi menemukannya. Namun, tidak ada jejak Natalia. Kenzo perlahan-lahan berubah menjadi gila, menjungkirbalikkan kota dan membuat kekacauan. Natalia akhirnya muncul kembali bertahun-tahun kemudian, dengan kekayaan dan kekuasaannya sendiri, hanya untuk mendapati dirinya terjerat dengan Kenzo sekali lagi.