/0/8977/coverbig.jpg?v=f5ac591b217d86c06f87e8c095747433)
Karena iri dengan kehidupan cemerlang sahabatnya, Wilona Cunningham dijebak melakukan hubungan malam bersama gigolo bayaran. Alih-alih membeberkan skandal itu, rupanya dia bukan gigolo, melainkan CEO misterius Orca Group. Mulai malam itu, hidup Adriana berubah 180 derajat. Kesuciannya sudah direnggut paksa, ayahnya ternyata memiliki wanita lain, dan pacarnya menjalin hubungan dengan sahabatnya. Lengkap sudah penderitaan Wilona. Namun, siapa sangka pria yang ia anggap gigolo itu, menyukai Wilona dan diam-diam membantunya membalaskan dendam.
"Aw ... sakit banget!"
Wilona mengigau. Seluruh tubuhnya terasa sangat pegal. Rasanya seperti maling yang habis dikeroyok warga sekampung.
Wilona berbalik dan berguling hingga tangannya mendarat pada sesuatu yang kokoh, keras, hangat dan juga sedikit bergetar.
Tidak mungkin kan jika itu kasur hidup.
Dengan sekuat tenaga, Wilona membuka matanya walau perlahan. Tiba-tiba ia dihadapkan wajah tampan dengan garis-garis sempurna yang menghiasinya. Bisa dibilang, wajah ini adalah karya terindah yang Tuhan ciptakan. Bahkan ketika tertidur pun ia masih tetap seksi dan menawan.
Sungguh otak Wilona jorok juga. Ini masih pagi tapi dia masih saja bermimpi.
Tapi apa benar ini mimpi?
Untuk membuktikannya, Wilona mengulurkan tangannya, bahkan tangan itu bergetar saking kurang yakinnya menyentuh wajah di depannya.
Hampir pada saat yang sama, pria itu membuka matanya dan langsung menyorot lurus ke arahnya. Ketika mata mereka bertemu, Wilona tersentak menarik kembali tangannya.
Disingkapnya dengan pelan selimut itu melihat sesuatu dibaliknya.
Betapa lemasnya Wilona saat menyadari bahwa tubuhnya polos tidak mengenakan apa-apa. Di saat itulah setitik cairan bening mengalir di sudut matanya namun segera ia hapus.
"Siapa ... Siapa kau? Kenapa kau ada di sini?" suara Wilona bergetar sembari mengukung selimut itu untuk membungkus dirinya di dalamnya.
Pria itu menyipitkan mata zamrudnya dan akhirnya tertuju pada tulang selangka Wilona. Matanya menjadi gelap, dia berkata dengan suara rendah, "Penyelamatmu."
Penyelamatnya? Dengan takjub, Wilona menatap pria yang terlalu tampan di tempat tidur itu. Sontak sekelebat pemikiran suara licik sahabatnya-Ashley Jaroms-yang dia dengar tadi malam sebelum Wilona kehilangan kesadaran.
"Wilona, aku baru saja memasukkan obat perangsang terkuat ke dalam tehmu. Sebagai sahabat terbaikmu, aku sungguh baik hati mengenalkanmu pada 'gigolo' terbaik di sini, berterimakasihlah padaku karena pria itu masih muda dan tampan. Jadi bersenang-senanglah! Aku percaya ketika Edrian melihat fotomu bermain dengan pria lain, dia akan segera putus denganmu. Maka sempurnalah rencanaku, aku akan menjadi pacar barunya."
Jadi, apakah pria tampan ini gigolo yang disewa Ashley untuknya? Apakah dia benar-benar melakukan 'itu' dengannya tadi malam?
Memikirkan hal itu, Wilona merasa sangat kesal dan wajahnya menjadi pucat. Dia meraih bantal di sebelahnya dan melemparkannya ke pria itu. "Kau! Tunggu saja! Aku akan memenjarakanmu dan akan kubuat kau tidak akan pernah bisa keluar!"
Dihadapkan dengan kemarahan, pria itu dengan tenang menangkap bantal dan tampak tidak takut akan ancaman Wilona sama sekali. "Sepertinya kau harus mengintrospeksi dirimu sendiri. Kau lah yang memelukku tadi malam, dan sebenarnya itu atas kemauanmu sendiri menggodaku melakukan 'itu' terus menerus. Jadi, apa kau pikir polisi akan mempercayaimu?"
"Kau ..." desis Wilona menggigit bibirnya. Ia gemetar karena marah.
Meskipun dia sangat marah, dia masih menyimpan akal sehatnya.
Pria itu benar. Dia tidak bisa melapor ke polisi. Tadi malam dia jatuh ke dalam perangkap Ashley dan tidak sadarkan diri. Mungkin Wilona tidak menolak sama sekali dan menawarkan untuk menggoda pria di hadapannya untuk menghabiskan sepanjang malam bersamanya. Karena itu, polisi tidak akan mempercayai kata-kata Wilona.
Tetapi jika tidak melapor ke polisi, kepolosannya akan dihancurkan oleh pria iblis ini. Betapa kotornya dia!
Wilona tidak bisa menerima kenyataan bahwa keperawanannya direnggut oleh seorang gigolo.
Melihat wajah Wilona dalam keputusasaan, pria itu entah bagaimana merasa bahwa wanita polos itu sedikit menyedihkan.
Dia melihat tanda merah di seprai dan berkata kepada Wilona dengan suara lembut. "Meskipun kau yang menggoda diriku tadi malam. Tapi tenang saja, aku bisa bertanggung jawab untukmu jika kau mau."
Seorang gigolo yang bertanggung jawab? Bukankah itu lelucon besar?
Wilona melayangkan tatapan sengitnya. Bukannya sedikit tenang mendengar bantuan itu. Wilona malah kembali tersulut, menunjuk-nunjuk pria itu dan meraung tak terkendali. "Keluar dari sini! Atau aku akan membunuhmu!"
Mengetahui bahwa bantuannya tidak ditanggapi. Juga dirinya tidak dibutuhkan, pria itu akhirnya bangkit, mengambil pakaiannya dengan santai dan mengenakannya tanpa panik.
Setelah berpakaian, dia menoleh, mengeluarkan kartu nama dari sakunya, dan menyerahkannya kepada Wilona, "Jika kau berubah pikiran, hubungi aku saja. Maksudku ... apa yang aku katakan ..."
Belum sempat pria itu menyelasaikan ucapannya. Ia dibuat terpukau saat Wilona merobek kartu itu tanpa melihat isinya, "KE ... LU ... AR!"
Tidak ada pilihan lain, pria itu melirik Wilona untuk terakhir kalinya dan pergi.
Setelah menutup pintu, dia masih sempat mendengar gadis itu terisak-isak di kamar. Dia berhenti sejenak, lalu menggelengkan kepalanya dan berjalan melewati koridor.
Tiba-tiba dua pria yang memakai pakaian hitam juga kacamata hitam muncul diam-diam di ujung koridor dan menyapa dengan hormat, "Tuan Muda Maxiime!"
Pria itu mengembalikan ekspresi datar dan ketidakpeduliannya yang biasa sebagai seorang penguasa dan berkata, "Periksa profil gadis itu dan laporkan kepadaku segera."
"Baik, Tuan Muda!"
***
Setelah cukup puas menangis, Wilona mengusap air matanya dan menyeret kakinya ke kamar mandi dengan rapuh.
Sosoknya yang indah terpantul di cermin, menampilkan tubuh putihnya yang penuh tanda merah, termasuk lehernya.
Wilona merasa sangat sakit sehingga dia membasuh tubuhnya berulang kali.
Namun, apa yang telah dilakukan tentu tidak dapat menghilangkan betapa kotor dirinya itu.
Dia merasa sangat kesal!
Jelas, Wilona dijebak oleh Ashley tadi malam. Maka dari itu dia harus menemukan sahabat ularnya itu dan meminta penjelasan.
Tak lama kemudian Wilona keluar dari hotel dan naik taksi menuju rumah Ashley. Ketika dia tiba, ternyata ibu Ashley-Caroline Jaroms, yang membuka pintu.
Caroline masih mengenakan piyama tidur, rambutnya pun terlihat berantakan. Dia tampak sangat terkejut saat melihat Wilona.
"Wilona, apa yang kau lakukan di sini. Mencari Ashley? Dia ... Dia sedang tidak di rumah sekarang."
Tapi Wilona sama sekali tidak mempercayai Caroline. Dia mendorong Caroline dan mendobrak masuk ke dalam rumah.
Caroline yang melihat Wilona mendobrak pintu, buru-buru mencoba menghentikannya, "Wilona! Ashley tidak ada di sini! Datang lain kali saja, yah!"
Saat dia berbicara ia juga melirik ke sebuah kamar yang pintunya sedikit terbuka menampilkan sosok yang terbaring di sana.
Wilona memperhatikan tatapan curiga Caroline dan menganggap Ashley pasti bersembunyi di kamar tidur itu.
Dia dengan yakin berjalan ke arah kamar itu dan membuka pintu, seketika bau aneh menyapa indra penciuman Wilona.
Wilona tersentak menutup mulutnya ketika dia melihat pria itu duduk di tempat tidur, dia hampir tidak percaya dan bertanya dengan keras, "Ayah?"
Bukankah pria bertelanjang dada yang duduk di sana adalah ayahnya, Edward Cunningham? Kenapa dia ada di rumah Caroline?
Wilona pasti salah. Dia menggosok matanya lagi. Namun, pria di ranjang itu memang ayahnya, Edward Cunningham.
Saat ini pikirannya kosong. Ini masih terlalu pagi untuk pingsan menghadapi masalah-masalah yang datang. Wilona tidak tahu harus berkata apa, "Ayah ... kau ... Kenapa kau ada di sini?"
Edward yang sebenarnya juga terkejut langsung gelagapan ketika putrinya sendiri mengetahui tentang perselingkuhannya, jadi untuk menutupi rasa bersalahnya, ia meraung dengan marah, "Keluar dari sini!"
Wilona tidak habis pikir. Ia pergi dengan kecewa. Dia berusaha untuk memikirkan hal positif, mungkin saja ayahnya terlalu lelah hingga dia harus menginap di rumah Caroline. Tapi mengingat itu, mau tak mau dia juga bertanya-tanya mengapa ayahnya dalam keadaan telanjang di ranjang Caroline.
Dan satu-satunya penjelasan adalah bahwa Edward berselingkuh dengan Caroline.
Tapi bagaimana itu bisa terjadi?
Caroline menyeringai senang mengetahui rencananya yang ia susun dengan sempurna sangat sukses. Bahkan lebih dari yang ia kira.
Rencana awalnya adalah membuat seorang gigolo di klub malam untuk tidur dengan Wilona dan mengungkap skandal ini nanti, yang akan menghancurkan reputasinya.
Namun, Wilona sangat beruntung saat seseorang bergegas masuk dan membuat gigolo yang akan dipasangkan pada Wilona itu pingsan.
Karena tidak ada cara lain untuk merusak reputasi Wilona, Caroline memutuskan untuk dengan sengaja membiarkan dia mengetahui hubungannya dengan Edward.
Wilona terlihat sangat marah dan itulah yang ingin dilihat Caroline.
Dengan begitu, dia dan putrinya akan memanfaatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari keluarga Cunningham.
Meskipun Caroline tidak terlalu memikirkan perasaan Wilona, tapi dia harus memasang topeng sedihnya untuk menunjukkan keibaannya, mencoba menjelaskan kepada Wilona.
"Wilona, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Ayahmu dan aku sama sekali tidak memiliki hubungan apa pun. Kami hanya ..."
"Lalu mengapa ayahku berbaring di tempat tidurmu?!" Wilona menyentak sembari memelototi Caroline.
Wilona berpikir bahwa wanita tak tahu malu itu pasti telah merayu ayahnya.
Karena baik ibu maupun putrinya bukanlah wanita yang baik. Yang pertama menggoda ayahnya sementara yang terakhir mendambakan tunangannya.
Wilona menjadi sangat marah, "Sial. Kau benar-benar tidak tahu malu! Emang ya, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kau dan putrimu sama saja, sam-sama perebut laki orang. Bikin jijik!"
"Wilona, apa yang kau lakukan? Berani-beraninya kau berbicara seperti itu pada ibuku?"
Tiba-tiba suara wanita yang sedari tadi Wilona cari muncul diikuti tubuhnya yang masuk ke dalam lingkup Wilona.
Setelah Ibu yang mengasuhnya meninggal karena kanker payudara, Shahsya memilih berhenti sekolah dan bekerja di sebuah Cafe. Pergaulan bebas membawanya terjerumus pada seks bebas. Mudah nya mencari uang dari menjual tubuhnya telah membutakan Semua rasa. Yang ia lihat hanya uang, ia ingin menunjukkan oada dunia kalau ia bisa kaya seperti keluarga yang sudah mengadopsi nya. Sampai ia akhirnya ia bertemu dengan seorang Pria Buta yang tampan yang meminta nya menjadi istrinya.
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
"Meskipun merupakan gadis yatim piatu biasa, Diana berhasil menikahi pria paling berkuasa di kota. Pria itu sempurna dalam segala aspek, tetapi ada satu hal - dia tidak mencintainya. Suatu hari setelah tiga tahun menikah, dia menemukan bahwa dia hamil, tetapi hari itu juga hari suaminya memberinya perjanjian perceraian. Suaminya tampaknya jatuh cinta dengan wanita lain, dan berpikir bahwa istrinya juga jatuh cinta dengan pria lain. Tepat ketika dia mengira hubungan mereka akan segera berakhir, tiba-tiba, suaminya tampaknya tidak menginginkannya pergi. Dia sudah hampir menyerah, tetapi pria itu kembali dan menyatakan cintanya padanya. Apa yang harus dilakukan Diana, yang sedang hamil, dalam jalinan antara cinta dan benci ini? Apa yang terbaik untuknya?"
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?