ocaier Academy – Pagi –
r bercampur energi Evocyte, menyelusup ke kulitnya seperti desakan kenangan yang samar. Matanya, tajam seperti bilah, memindai halaman-siap me
l berkilau tertimpa mentari. Tangannya mel
, kita ke
inya tak pernah diam, seperti memerangi kecemasan yang tak terliha
olah tubuhnya telah terlatih untuk menghindari sia-sia. Ia menat
nya tenang namun hangat, menciptakan rasa a
h menjadi tameng tak kasat mata baginya. Matanya bergerak cepat,
lembut seperti bisikan angin pagi, memb
dan sengaja. Drifter menoleh perl
Grind
ah pemuda itu menyala di bawah mentari, jaket rantai dan langkahnya berbunyi
tertekuk, berat tubuh siap berpindah. Seperti p
lalu itu?" ejeknya, senyu
Diamnya adalah juran
m, hampir ta
a Nadia membeku, mencengker
mendekat, mat
am empat sore. Kita lihat, apakah
ab akhirnya, suaranya tegas seperti b
rbalik dramatis, rantainy
enang, Alma mengh
Suaranya lelah, matan
k, dia hanya p
atap, kemudian me
Langkahnya membawa tubuhnya p
an pola rumit di tas nya. Matanya bergerak bolak
agus," bisiknya, suaranya hampir t
ncondongkan tubuh ke arah Na
au hal ini," ucapnya dengan nada ya
yang sama. Keheningan yang tidak nyaman menyelimuti mereka, hanya ses
ang khas, senyum nakalnya seolah menertawakan ketegangan yang menyelimuti udara. D
yang semakin melebar. "Kalau Lorcan menang, kamu tr
. Alyssa menyilangkan lengannya di dada, alisnya terangkat dengan skeptis yang tak disembuny
gkung membentuk senyum sinis. "Kan kamu tau kal
tanya berkilat dengan k
ggong kayak anjing. Besok pagi, di
tu, mencairkan ketegangan yang sebelumnya menyelim
enghiasi wajah
" godanya, matany
as dengan se
" jawabnya dengan antusi
atis, namun senyum tipis tak dapat
u kalah," ucapnya dengan nada datar yan
belakang Sloane. Tangannya yang ramping menarik pelan lengan
k," bisiknya, suaranya hampir tenggelam dal
ne dengan santai, senyu
," ucapnya sambil mengangkat bahu. "Lu
alih ke Nadia, yang kini tersenyum ragu - sebuah perubahan kecil namun berarti dari kegelisahannya sebe
ademy – Lapangan Duel – Sor
mkan suara riuh siswa yang berkumpul di pinggir arena. Di dalam kubah transparan, dunia simulasi yang hidup mulai terbentuk, menghadirkan medan rumput hijau yang ditiup
dari separuh hidupnya. Sorot matanya tajam, memeriksa lawannya tanpa emosi yang jelas. Rambut hitamnya sedikit berkibar tertiup angi
-hatian. Senyumnya penuh percaya diri, namun di balik itu ada sesuatu yang lebih gelap, lebih kacau-energi yang hampir tidak terkendali. Drifter memperhatik
Grindelwald yang meregangkan tubuh di kejauhan. Sepatu bo
i seru," gumamnya,
menyenggol Sloane Gast, seny
mereka menggonggong besok,"
engan tangan di saku, meli
kita rayain besar-be
menantang. "L
kuk yang menggantung di udara. Dunia menyempit, menyisakan hanya dirinya dan lawannya di tengah arena. De
manjang di bawah sinar matahari senja. Suara pemu
an nggak enc
encabik udara, namun tak satu pun
namun penuh otoritas. Pelat-pelat armor hitam muncul perlahan, menyatu dengan tubuhnya seperti lapisan kulit kedua. Jub
bilah pedang itu, menciptakan semburat cahaya biru yang memotong bayangan di sekitarnya. Drifter menundukkan kepala sedikit, gerakan yang
ikit, cukup untuk membentuk senyum kecil yang tak sepenuhnya ramah. Matanya tetap mengawasi. Selalu mengawasi. I
goyang santai seolah pertar
yang bisa nyentuh aku," jawabnya ringan, s
yang lebih kuat dari kata-kata. Tubuhnya mulai bergerak, perlahan, seperti daun yang terbawa arus sungai
ai itu
r tidak terkejut. Dia sudah melihat ini sebelumnya, dalam ratusan-mungkin ribuan-pertarungan. Ia tetap diam, m
eberapa detik lalu, tetapi ia sudah di samping, Exaltare berkilat tajam, memotong udara dengan presisi yang nyaris sempurna. Dentingan ker
gannya bergetar, tetapi ia tidak menyerah. Sebaliknya, ia kembali menyerang, tendril e
engan mudah, riak energi cahaya berkilauan di sekitar mereka. Namun, ia tidak menanggapi ejekan itu. Tidak perlu
angin badai yang tak terlihat. Dalam satu ayunan cepat, ia mengaktifkan Blade Swarm. Puluhan pedang energi berputar di sekelil
rcayaan dirinya yang dulu penuh kini mulai ret
ang goblok!
ilkan gelombang energi. Namun, Drifter tetap tak terpe
rasa sakit menghantam seperti badai. Akhirnya, dia jatuh. Sorakan me
semangat. Senyum lebarnya terukir meski suasana pert
menyer
nada khawatir. Dia menggenggam erat tang
orcan,
digantikan ekspresi serius. Matanya memancarkan tekad, tubuhnya bergidik oleh energi yang mulai meman
mbuluh darah di tubuhnya bercahaya seperti bayangan yang hidup, setiap gerakannya lebih cepat dari s
nggema, penuh dengan energi
pus
bentuk badai pukulan penuh ledakan bayangan. Setiap pukulan menghasilkan gelombang
ngangkat tangan kirinya Exalt Barrier miliknya menyala, menyerap kekuatan itu dengan ketenangan sempurna. Setiap dentuman hanya memperkuat cahaya bi
berhenti, matanya melebar saat menyadari bahwa serangan gabungannya gagal. Bahkan energi dari Unle
enyala dalam Exalt Shift, tubuhnya bergerak cepat, serangkaian pukulan meluncur seperti badai yang terkendali. Setiap serang
n keras ke tanah, energi yang tersisa mengalir liar di sekelilingnya. Drifter tetap berdiri, napasnya stabi
an, mengulurkan tangan tanpa ragu. Suaranya teta
masih muda, pertar
amun, ketika tangan anak itu akhirnya menyambut, Drifter bisa mer
uaranya serak namun ada p
ah telak... fa
bubar, tetapi suara tawa tetap menggema. Dari sudut pandangnya, di
kan, ya?" Suara Sloane menggoda, membu
enambahkan ejekan mereka,
ggong besok," ujar Bryan, disamb
ngongannya," tambah Alyssa sambil meli
kekaguman samar terhadap tekad anak ini. Dia berbicara lagi,
kira akan ada sorcerer ya
pelan tapi tulus meski k
biasa aja kali sama kita...
ia melirik Sloane Gast, yang kini menghapus ai
asa lalu bukan cuma
man muncul di matanya. Kali ini, dia ber
u. Kamu pasti akan lebih
da dari yang lain. Ada rasa ingin tahu yang mendalam, sebuah penghormatan yang tidak memerlukan kata-kata. Tatapan itu berbicara lebih banyak daripada
carkan otoritas. Mata tajamnya menyapu kerumunan, dan setiap murid yang sebelumnya tertawa kini terdiam. Jaket crop dan korset hitam-putihnya memantulkan sinar matahari,
ajam, memb
mengizinka
gan cemas. Murid-murid saling bertukar pandang, ketakutan merayap di wajah mereka. Dari sudut matanya, d
panik, dan dia menghilang ke kerumunan, diiku
n Drifter kembali tertuju pada Alina Walsh, yang kini berdiri tepat di hadapan aren
menghantam dengan ketega
a membawa ketenangan yang kontras, angin seolah mengiringi setiap gerakannya. Rambut hitam panjangnya tertiup ringan, dan matanya yang biru es menata
ang dari masa lalu," ucap Luna Sabri
awa kembali ingatan tentang saat-saat pertama dia tiba di dunia ini. Penampilannya telah berubah-bukan lagi pakaian gothic yang ia ing
keluar dengan nada ragu, mencer
u aturan di sini. Saya
mnya tetap mengawasi. Sementara itu, Luna mengangguk perlahan, menerima permintaan maaf tanpa banyak kata. Drifter tahu waktunya di sini sudah sele
ngnya, Alina menyilangkan tangan, tubuhnya kaku. Ia menoleh ke arah Luna,
bayangan. Udara di sekitarnya terasa berat, seolah kehadiran pria itu meninggalkan sesuatu yang
anya hati-hati, tetapi ketajam
dapatmu? Apaka
annya-ketegangan yang menggantung di udara, membuat setiap detik berlalu terasa lebih panjang. Akhirnya, dia
a dalam cara dia bertarung, tapi juga dalam gerakannya-seperti dia telah me
enemukan logika dalam keheningan yang diisi oleh suara Luna. Namun, kata-kata itu membawa lebih banyak pertanyaan dari
a skeptisnya terdengar lebih seb
. Tapi kalau menurutm
h dia melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh mata lain. Ketika dia berbicara lagi, suaranya rendah,
ihat dalam w
h berat dari sebelumnya. Perlahan, cahaya terakhir dari matahari tenggelam, membiarkan kegelapan mengambil alih halam
emy – Koridor Barat – Pagi
ya, membuat matanya yang tajam menyipit. Di ujung lorong, sekelompok siswa berkumpul, riuh dan penuh kegembiraan. Tawa mereka menggelegar
nya. Di samping mereka, Reine Lindt berdiri canggung, senyum kecil menghiasi wajahnya meski jelas terlihat ia merasa tidak n
nya sebelum mereka benar-benar melihatnya, energi di sekitar mereka berubah. Ketegangan menggantikan keceriaan saat mereka s
oane terdengar, nada canggung
kepalanya, senyum
ni sih?" gumamnya, lebi
. Wajahnya tidak menunjukkan emosi, tetapi kehadirannya sendiri sudah cukup untuk m
. baik-ba
esuatu dalam tingkahnya yang mengingatkan Drifter
ak ada yang penting," jawabnya dengan r
t segalanya tampak kurang serius, mulai tersenyum lagi. Dia menepuk
juk dirinya sendiri, kemudian ke Sloane. "Dan i
ngan nada bercanda ya
ti seru kalau
sutnya memberikan kesan acak-acakan yang nyaris tidak teratur. Ada sesuatu yang membuatnya menarik perhatian, bukan karena
ikit ke depan, memerhatikan lebih dekat sebe
siapa ga
wanya, bahunya berguncang saat dia menatap Reine. Wajah
nya, suaranya tegang,
gannya langsung melingkar di bahu Reine, m
cantik kan? T
matnya. Dengan gerakan cepat, dia mengibaskan ba
Paham?" serunya
tu. Dia mengangkat tangannya sedikit,
apnya dengan tenang, meski ada sediki
loane bersandar lebih jauh ke dinding
mbil menyeringai. "Sering kejadian kok.
enyusut lebih jauh. Wajahnya, yang sudah merah s
Sloane dengan kedipan mata licik. "Penuh makeu
mata tawa mengalir di wajahnya. Dia
," katanya sambil terengah-engah karena ta
imana Reine tetap bertahan di tengah ejekan dan tawa yang sebenarnya tidak berbahaya. Ada kehangatan
upakan. Tawa yang serupa pernah dia dengar dulu, bersama Jaden-temannya dari masa lalu. Kenangan itu si
memberi ang
kalian. Senang bisa bertemu," ka
dari kejauhan, penuh de
ng! Kami selalu siap b
enyum tipis menghiasi wajahnya. Anggukan kecil menjadi balasannya, d
i antara keisengan dan tawa anak-anak muda ini, dia merasakan sesuatu yang jarang dia temukan-sebuah peluang kecil untuk kembali merasakan arti