img Evocaier Chronicle  /  Bab 5 Chapter 5: Duel at Academy Grounds | 55.56%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Chapter 5: Duel at Academy Grounds

Jumlah Kata:3937    |    Dirilis Pada: 28/12/2024

ocaier Academy – Pagi –

r bercampur energi Evocyte, menyelusup ke kulitnya seperti desakan kenangan yang samar. Matanya, tajam seperti bilah, memindai halaman-siap me

l berkilau tertimpa mentari. Tangannya mel

, kita ke

inya tak pernah diam, seperti memerangi kecemasan yang tak terliha

olah tubuhnya telah terlatih untuk menghindari sia-sia. Ia menat

nya tenang namun hangat, menciptakan rasa a

h menjadi tameng tak kasat mata baginya. Matanya bergerak cepat,

lembut seperti bisikan angin pagi, memb

dan sengaja. Drifter menoleh perl

Grind

ah pemuda itu menyala di bawah mentari, jaket rantai dan langkahnya berbunyi

tertekuk, berat tubuh siap berpindah. Seperti p

lalu itu?" ejeknya, senyu

Diamnya adalah juran

m, hampir ta

a Nadia membeku, mencengker

mendekat, mat

am empat sore. Kita lihat, apakah

ab akhirnya, suaranya tegas seperti b

rbalik dramatis, rantainy

enang, Alma mengh

Suaranya lelah, matan

k, dia hanya p

atap, kemudian me

Langkahnya membawa tubuhnya p

an pola rumit di tas nya. Matanya bergerak bolak

agus," bisiknya, suaranya hampir t

ncondongkan tubuh ke arah Na

au hal ini," ucapnya dengan nada ya

yang sama. Keheningan yang tidak nyaman menyelimuti mereka, hanya ses

ang khas, senyum nakalnya seolah menertawakan ketegangan yang menyelimuti udara. D

yang semakin melebar. "Kalau Lorcan menang, kamu tr

. Alyssa menyilangkan lengannya di dada, alisnya terangkat dengan skeptis yang tak disembuny

gkung membentuk senyum sinis. "Kan kamu tau kal

tanya berkilat dengan k

ggong kayak anjing. Besok pagi, di

tu, mencairkan ketegangan yang sebelumnya menyelim

enghiasi wajah

" godanya, matany

as dengan se

" jawabnya dengan antusi

atis, namun senyum tipis tak dapat

u kalah," ucapnya dengan nada datar yan

belakang Sloane. Tangannya yang ramping menarik pelan lengan

k," bisiknya, suaranya hampir tenggelam dal

ne dengan santai, senyu

," ucapnya sambil mengangkat bahu. "Lu

alih ke Nadia, yang kini tersenyum ragu - sebuah perubahan kecil namun berarti dari kegelisahannya sebe

ademy – Lapangan Duel – Sor

mkan suara riuh siswa yang berkumpul di pinggir arena. Di dalam kubah transparan, dunia simulasi yang hidup mulai terbentuk, menghadirkan medan rumput hijau yang ditiup

dari separuh hidupnya. Sorot matanya tajam, memeriksa lawannya tanpa emosi yang jelas. Rambut hitamnya sedikit berkibar tertiup angi

-hatian. Senyumnya penuh percaya diri, namun di balik itu ada sesuatu yang lebih gelap, lebih kacau-energi yang hampir tidak terkendali. Drifter memperhatik

Grindelwald yang meregangkan tubuh di kejauhan. Sepatu bo

i seru," gumamnya,

menyenggol Sloane Gast, seny

mereka menggonggong besok,"

engan tangan di saku, meli

kita rayain besar-be

menantang. "L

kuk yang menggantung di udara. Dunia menyempit, menyisakan hanya dirinya dan lawannya di tengah arena. De

manjang di bawah sinar matahari senja. Suara pemu

an nggak enc

encabik udara, namun tak satu pun

namun penuh otoritas. Pelat-pelat armor hitam muncul perlahan, menyatu dengan tubuhnya seperti lapisan kulit kedua. Jub

bilah pedang itu, menciptakan semburat cahaya biru yang memotong bayangan di sekitarnya. Drifter menundukkan kepala sedikit, gerakan yang

ikit, cukup untuk membentuk senyum kecil yang tak sepenuhnya ramah. Matanya tetap mengawasi. Selalu mengawasi. I

goyang santai seolah pertar

yang bisa nyentuh aku," jawabnya ringan, s

yang lebih kuat dari kata-kata. Tubuhnya mulai bergerak, perlahan, seperti daun yang terbawa arus sungai

ai itu

r tidak terkejut. Dia sudah melihat ini sebelumnya, dalam ratusan-mungkin ribuan-pertarungan. Ia tetap diam, m

eberapa detik lalu, tetapi ia sudah di samping, Exaltare berkilat tajam, memotong udara dengan presisi yang nyaris sempurna. Dentingan ker

gannya bergetar, tetapi ia tidak menyerah. Sebaliknya, ia kembali menyerang, tendril e

engan mudah, riak energi cahaya berkilauan di sekitar mereka. Namun, ia tidak menanggapi ejekan itu. Tidak perlu

angin badai yang tak terlihat. Dalam satu ayunan cepat, ia mengaktifkan Blade Swarm. Puluhan pedang energi berputar di sekelil

rcayaan dirinya yang dulu penuh kini mulai ret

ang goblok!

ilkan gelombang energi. Namun, Drifter tetap tak terpe

rasa sakit menghantam seperti badai. Akhirnya, dia jatuh. Sorakan me

semangat. Senyum lebarnya terukir meski suasana pert

menyer

nada khawatir. Dia menggenggam erat tang

orcan,

digantikan ekspresi serius. Matanya memancarkan tekad, tubuhnya bergidik oleh energi yang mulai meman

mbuluh darah di tubuhnya bercahaya seperti bayangan yang hidup, setiap gerakannya lebih cepat dari s

nggema, penuh dengan energi

pus

bentuk badai pukulan penuh ledakan bayangan. Setiap pukulan menghasilkan gelombang

ngangkat tangan kirinya Exalt Barrier miliknya menyala, menyerap kekuatan itu dengan ketenangan sempurna. Setiap dentuman hanya memperkuat cahaya bi

berhenti, matanya melebar saat menyadari bahwa serangan gabungannya gagal. Bahkan energi dari Unle

enyala dalam Exalt Shift, tubuhnya bergerak cepat, serangkaian pukulan meluncur seperti badai yang terkendali. Setiap serang

n keras ke tanah, energi yang tersisa mengalir liar di sekelilingnya. Drifter tetap berdiri, napasnya stabi

an, mengulurkan tangan tanpa ragu. Suaranya teta

masih muda, pertar

amun, ketika tangan anak itu akhirnya menyambut, Drifter bisa mer

uaranya serak namun ada p

ah telak... fa

bubar, tetapi suara tawa tetap menggema. Dari sudut pandangnya, di

kan, ya?" Suara Sloane menggoda, membu

enambahkan ejekan mereka,

ggong besok," ujar Bryan, disamb

ngongannya," tambah Alyssa sambil meli

kekaguman samar terhadap tekad anak ini. Dia berbicara lagi,

kira akan ada sorcerer ya

pelan tapi tulus meski k

biasa aja kali sama kita...

ia melirik Sloane Gast, yang kini menghapus ai

asa lalu bukan cuma

man muncul di matanya. Kali ini, dia ber

u. Kamu pasti akan lebih

da dari yang lain. Ada rasa ingin tahu yang mendalam, sebuah penghormatan yang tidak memerlukan kata-kata. Tatapan itu berbicara lebih banyak daripada

carkan otoritas. Mata tajamnya menyapu kerumunan, dan setiap murid yang sebelumnya tertawa kini terdiam. Jaket crop dan korset hitam-putihnya memantulkan sinar matahari,

ajam, memb

mengizinka

gan cemas. Murid-murid saling bertukar pandang, ketakutan merayap di wajah mereka. Dari sudut matanya, d

panik, dan dia menghilang ke kerumunan, diiku

n Drifter kembali tertuju pada Alina Walsh, yang kini berdiri tepat di hadapan aren

menghantam dengan ketega

a membawa ketenangan yang kontras, angin seolah mengiringi setiap gerakannya. Rambut hitam panjangnya tertiup ringan, dan matanya yang biru es menata

ang dari masa lalu," ucap Luna Sabri

awa kembali ingatan tentang saat-saat pertama dia tiba di dunia ini. Penampilannya telah berubah-bukan lagi pakaian gothic yang ia ing

keluar dengan nada ragu, mencer

u aturan di sini. Saya

mnya tetap mengawasi. Sementara itu, Luna mengangguk perlahan, menerima permintaan maaf tanpa banyak kata. Drifter tahu waktunya di sini sudah sele

ngnya, Alina menyilangkan tangan, tubuhnya kaku. Ia menoleh ke arah Luna,

bayangan. Udara di sekitarnya terasa berat, seolah kehadiran pria itu meninggalkan sesuatu yang

anya hati-hati, tetapi ketajam

dapatmu? Apaka

annya-ketegangan yang menggantung di udara, membuat setiap detik berlalu terasa lebih panjang. Akhirnya, dia

a dalam cara dia bertarung, tapi juga dalam gerakannya-seperti dia telah me

enemukan logika dalam keheningan yang diisi oleh suara Luna. Namun, kata-kata itu membawa lebih banyak pertanyaan dari

a skeptisnya terdengar lebih seb

. Tapi kalau menurutm

h dia melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh mata lain. Ketika dia berbicara lagi, suaranya rendah,

ihat dalam w

h berat dari sebelumnya. Perlahan, cahaya terakhir dari matahari tenggelam, membiarkan kegelapan mengambil alih halam

emy – Koridor Barat – Pagi

ya, membuat matanya yang tajam menyipit. Di ujung lorong, sekelompok siswa berkumpul, riuh dan penuh kegembiraan. Tawa mereka menggelegar

nya. Di samping mereka, Reine Lindt berdiri canggung, senyum kecil menghiasi wajahnya meski jelas terlihat ia merasa tidak n

nya sebelum mereka benar-benar melihatnya, energi di sekitar mereka berubah. Ketegangan menggantikan keceriaan saat mereka s

oane terdengar, nada canggung

kepalanya, senyum

ni sih?" gumamnya, lebi

. Wajahnya tidak menunjukkan emosi, tetapi kehadirannya sendiri sudah cukup untuk m

. baik-ba

esuatu dalam tingkahnya yang mengingatkan Drifter

ak ada yang penting," jawabnya dengan r

t segalanya tampak kurang serius, mulai tersenyum lagi. Dia menepuk

juk dirinya sendiri, kemudian ke Sloane. "Dan i

ngan nada bercanda ya

ti seru kalau

sutnya memberikan kesan acak-acakan yang nyaris tidak teratur. Ada sesuatu yang membuatnya menarik perhatian, bukan karena

ikit ke depan, memerhatikan lebih dekat sebe

siapa ga

wanya, bahunya berguncang saat dia menatap Reine. Wajah

nya, suaranya tegang,

gannya langsung melingkar di bahu Reine, m

cantik kan? T

matnya. Dengan gerakan cepat, dia mengibaskan ba

Paham?" serunya

tu. Dia mengangkat tangannya sedikit,

apnya dengan tenang, meski ada sediki

loane bersandar lebih jauh ke dinding

mbil menyeringai. "Sering kejadian kok.

enyusut lebih jauh. Wajahnya, yang sudah merah s

Sloane dengan kedipan mata licik. "Penuh makeu

mata tawa mengalir di wajahnya. Dia

," katanya sambil terengah-engah karena ta

imana Reine tetap bertahan di tengah ejekan dan tawa yang sebenarnya tidak berbahaya. Ada kehangatan

upakan. Tawa yang serupa pernah dia dengar dulu, bersama Jaden-temannya dari masa lalu. Kenangan itu si

memberi ang

kalian. Senang bisa bertemu," ka

dari kejauhan, penuh de

ng! Kami selalu siap b

enyum tipis menghiasi wajahnya. Anggukan kecil menjadi balasannya, d

i antara keisengan dan tawa anak-anak muda ini, dia merasakan sesuatu yang jarang dia temukan-sebuah peluang kecil untuk kembali merasakan arti

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY