i Atas Verm Plain
dek. Drifter menyandarkan tubuhnya pada kursi kokpit, pandangannya setengah mengawasi layar, setengah mengamati medan di luar jendela. Tembakan meriam Clavus
kecil, separuh her
biasa sepertin
megang kendali penuh, tidak hanya atas kapalnya, tetapi juga medan tempur di sekitarnya. Setiap tembakannya seakan diukur dengan
mperhatikan detailnya: badan ramping, sayap delta trapezoidal, sirip ekor ganda yang miring keluar, semuanya dirancang untuk kecepatan dan presisi. Decal biru dan logo Evoc
u menyilaukan. Rudal-rudal mulai dilepaskan, menghantam formasi kedua tim tanpa am
ahan-sesuatu yang tidak biasa. Dia memerhatikan gerakan tim Alina dan Jaxon dengan lebih seksama. Te
menusuk udara. Drifter lang
nya yang biasanya longgar kini
g berada di dekatnya. Nada suaranya itu-tenang tapi penuh ketegangan-membuat Drifter langs
menyipitkan mata, mencoba memahami bentuk itu-Flagship besar, hitam legam, ramping, dengan desain menyerupai
mulasi," pikirnya, tenggo
rna, seperti biasa, tapi ada ketegangan tak kasat mata di balik ekspresinya. Suaran
gantikan dengan kesunyian berat yang membuat napas terasa lebih lambat. Dia menelan ludah, pandangannya bergeser ke Jaxo
Siapa pun mereka, berani-b
is. Garis-garis putih yang bergetar pelan di layar membuat suasana makin tegang
suaranya mencoba terdengar tenang, meski dia bisa
rubah lagi. Pintu besar di Flagship Tak Dikenal itu terbuka, perl
lampu merah yang menyala terang di sepanjang badan dan sayap mereka. Tidak ada tanda-tanda jeda ata
ena. Perisai biru kapal itu menyala terang, mencoba bertahan, sebelum akhirnya runtuh dengan le
keras, tapi suaranya me
e tempur!" perintahnya
i, antarmuka pelatihan yang biasa menghilan
tak tergoyahkan. Ketegangan di udara bisa dirasakan dengan jelas, seperti arus listrik yang menempel di kulit. Sloan
suaranya serak, seakan tercekik oleh
tas konsol, mencoba menekan beberapa tombol, tapi jarinya tampak ragu,.. Apa yang har
kemudian suara Lorcan Grindelwald terdengar keras, penuh kep
teriak Lorcan, matanya leb
ngkah meski pertempuran berlarian di sekitarnya. Di langit sekitarnya, Astrix Striker berdengung, tubuhnya menyatu dengan kecepatan tingg
l datang, tanda-tanda merah membanjiri layar, dan deru alarm mengguncang udara di sekitar me
ya dipenuhi suara alarm. Suara ketakutannya
gan yang begitu dalam di suaranya, seolah dunia akan
perintah, seperti batu karang yang tak bisa digoyahkan.
labirin aneh yang mengambang di udara, diwarnai oleh cahaya ungu tua dan biru elektrik yang berkilauan. Lavium struktur
tempat ini-zona mati-bisa mengubah segalanya dalam sekejap. Tapi Jaxon tidak terlihat ragu. Bah
Dinding-dinding tajam mulai menutup di depan mereka, dan tubuh kapal ter
tar. Ketegangan di kokpit semakin nyata, tetapi Jaxon tetap tidak goyah. Ia membelokkan kapal dengan presisi yang luar biasa, hampir meny
nghindari tiap rintangan dengan gerakan yang terukur,
protes, namun kata-kata itu tak keluar. Tidak ada waktu untuk ragu
Itu gi
a yang berkelok di antara reruntuhan batu yang terlupakan. Ini memang risiko, namun Skystriker musuh t
buat keputusan
... itu mung
ient Ruin. Kapal itu meluncur dekat sekali dengan lavium, jalur sempit yang mengancam menghancurkan me... tolonglah.
gan erat, buku jarinya memutih, t
, dan tidak ada j
ok. Skystriker-nya menyentuh reruntuhan, meledak dalam percikan api. Koneksi ke pesaw
ami tidak terlat
itung ulang pendekatan mereka. Ia menekan to
p tinggi dan jauh
n. Banyak yang meluncur ke lavium yang tajam atau terbang menembus ruang kosong, mesinnya meraung saa
ghindari puing-puing dengan presisi mematikan. Tanpa henti dan berbahaya, mereka b
, suaranya mengandung
mereka keb
aat proyektil biru meluncur, menghantam dua Skystriker yang berani mengikuti terlalu de
kan ba
namun suaranya fokus, matanya cepat berpinda
dan bunyi retakan keras terdengar melalui saluran komunikasi, ledakan energi yang tiba-tiba menggo
al.
k kontrol. Kapalnya terguncang he
bahay
i kebocoran l
ra. Percikan api jatuh dari langit-langit, memenuhi udara d
ergi biru saat ia merunduk di samping seorang siswa
saya. Kamu akan
ngan rasa sakit, menatapnya dengan ma
kasih.
n. Dengan gerakan tangan, ia memanggil kabut es yang berputar, ujung-ujung es menyapu ap
Tangannya melayang di atas kontrol, tetap tenang, setiap ototnya tegang. Pikirannya berlari
pelan, senyum terkembang di sudut bibirnya. Sensas
ngejar di belakang. Puluhan kapal menari dalam tarian ber
ngan di saluran komunikasi
serang s
lsh merespons, suara
n biarkan mereka
issile, langit menyala dengan ledakan api saat setiap rudal mencapai sasaran. Skystriker musuh goyah, formasi mereka r
Unknown Flagship ragu sejenak sebelum mulai mundur,
n itu masih menggantung, seperti gema terakhir dari sebuah badai. Begitu Nethia Defense Fleet tiba dalam kekuat
pi dampaknya masih belum
gungan kapal, satu-satunya suara dalam momen itu, terdengar lebih keras dari biasanya. Ketegangan di udara mulai me
r dengan kepuasan kemenangan, meskipun ketegangan belum sepenuhnya hilang dari s
ekali para operator Skystrike
ya, tapi ada sesuatu yang tajam d
di dahinya, dadanya naik turu
tu... sang
yang kini hening, mengangguk perlahan. Ti kita terbang melalui
intir antara kelelahan dan kelegaan. Tangannya melonggarkan genggaman pada konsol
ng sekarang gak ada lag
hat wajah lelahnya. Ia tahu ketegangan ini terasa berat bagi semua orang. Namu
u tentang pertempura
apannya sekilas berpindah ke laporan kerusakan yang berkedip di konsol, sebelum ia b
nya tidak terlibat di
sa disembunyikan. Beban pertempuran sudah mempengaruhi semua orang, namun Drifter, ya
t. Mereka telah melewati itu, tapi ada perasaan berat di udara. Langit telah jernih, tetapi mereka semua tahu bahwa debriefin
engingat. Sebuah pengingat bahwa bahaya, ketika d
ia Cruisers tidak aka
Area Dermaga – Sore Hari –
rport terasa lebih dingin sekarang, dipenuhi ingatan akan serangan mendadak yang tak terduga. Bau bahan bakar tajam bercampur dengan aroma logam,
bertukar pandang cemas, sebelu
endah monitor. Para siswa berdiri di sepanjang dinding, lengan terlipat erat atau ge
nakal bermain di sudut bibirnya. Ia melipat tan
ini benar-ben
matanya melirik ke
g perlu kita baha
ahaya dingin dari monitor memantul dari armor putihnya yang bersih, menambah kesan kaku yang ia bawa. Rambut bi
ereka datang dengan
Ia menunduk sejenak, rahangnya mengeras saat
ra melaporkan in
tanya kosong. Pandangan es birunya tidak menunjukkan apa-apa, tetapi gera
ahu persis apa yang mereka lak
g, tegas dan t
sinis tersungging di bibirnya saat
las sekali mereka nyera
ajam, bibirnya mengerucut, tidak te
yang uji coba senjata baru... d
ube muncul di pikirannya. Bayangan benda itu melintas dalam kegelapan pikirannya, penuh dengan misteri yang belum terpecahkan. Tanpa bukti yang jelas, ia
rak gelisah di tempat mereka, atau memegang ikat pinggang merek
endorong diri menjauh dari konsol dan m
h sudah mengikuti
kepalanya denga
k seseorang yang sel
unak sedikit. Meskipun kecil, itu cukup untuk men
diprediksi itu justru
cil, sekejap, mu
tu dengan metode...
at lebih lagi, senyu
u ngomong b
h menjadi serius,
h sesekali bercanda.
an, meski sudut bibirnya melengkung naik. Ia menjawab
kes ke kamu aja. Ada yang haru
erpaduan antara Jaxon yang spontan dan kacau dengan Alina yang terkontrol dan disiplin ternyata berp
h, suaranya hampir berbisik sa
a menurutmu ten
erah. Ia menoleh pada Alma, ekspresin
aranya lembut, sediki
ing, menurunkan suaranya lebih pe
g bilang merek
rubah merah muda. Ia terbata-bat
uaranya hilang
nakal dari kursinya, m
alau Alina denger, kamu
lu mencari masalah, membungku
au kita kas
lalak panik. Ia mengangkat tangannya, menco
dua! Tolong, jang
ng semakin meningkat, melirik cemas
kita gak se
ald tertawa, ti
ine. Cuma bercanda
nyapu mereka saat ia mendekat dengan langkah tegas. Kehadirannya memecah ke
engan tenang, suaranya
Ia menoleh ke Alma, nada
yang kamu
emerah, hampir ti
muanya. Terutama Pak Jaxon dan Kak Ali
, penuh dan tak terkendali. Tawa itu meng
i khawatir di wajahnya. Ia jelas men
um kecil muncul di bibirnya. Meskipun canggung, Alma tidak bisa m
anya jauh dan memperhatikan ruangan. Ia diam, pikirannya jelas masih terfo
eda, cara yang berbeda..." gumamnya p