DI
ah ada yang mencoba masuk. Nadine Elizabeth duduk di tepi tempat tidurnya, tangannya gemetar saat mencoba mengangkat secangkir teh h
di siang, perasaan tidak ny
n it
ng sendirian
apusnya, ketakutannya pun ikut lenyap. Tapi tidak-kata-kata itu terus berulang dalam pikirannya, sep
ahwa itu hanya lelucon iseng. Namun, perasaan seolah
n mulai mengetik pesan untuk satu-satun
kin Adrian mas
kin ini berlebihan. Mungkin ia hanya sedang paranoid. Tap
menele
nya, nyaris menjatuhkan pon
Lucas terdengar khawatir, dan itu cukup u
ya mengakui, "Aku merasa seseorang mengikutik
ni
Lucas yang terdeng
u," katanya akhirnya, s
a, di mana tirai tipisnya masih sedikit bergoyang diterpa angin. De
irai itu sedikit ke samping, cuk
e
r kosong yang tampak tak berbahaya. Tidak ada siap
tetap merasa seper
" bisiknya, tapi hatiny
h serius kali ini. "Aku akan menyelidiki sesuatu. Aku
bisa melihatnya. Ia mengembuskan n
ya, ia tahu-Adrian tidak
-
RI
duk santai di kursinya, menyesap anggur merah dari gelas kristal. Matanya menatap layar de
di
Manis sekali meliha
bisa melindungi Nad
bahkan sebelum per
h menyusun rencanan
adilan, bahkan rekaman dari penjara telah diatur dengan rapi. Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa
urnya lagi, meni
ir ia memiliki piliha
dang berjalan di labirin yang
ia akan berada di t
-
U
yandarkan tubuhnya ke kursi dengan kasar. Ia
u tida
asa terlalu... mudah. Tidak mungkin
g Adrian. Ia menelusuri berbagai laporan keuangan perusahaan pr
alah ia me
transak
am beberapa b
g yang berada di dalam fasilitas dengan keamanan
gepalkan
ri tahu apakah Adrian benar-benar masih berada di balik jeruji b
-
EN
menatap lay
saja meng
diki sesuatu tentang Adr
nya, jemarinya mengep
ya ketika ada masalah. Se
terjadi, hatinya t
ne dalam bahaya. Nadi
uru yang merayap dalam dirinya setiap kali Lu
ya terhadap Lucas tidak benar. Ta
ia dihadapka
pun itu berarti dia harus kembali
irnya memperjuangkan
ghela nap
permai