gin dan penuh kebencian. Dulu, mereka adalah keluarga yang hangat, seperti pohon rindang yang menaungi dan
juan. Setiap kali hujan turun, bukannya membawa ketenangan seperti dulu, kini itu hanya memanggil kembali bayangan petir y
asa kering, dan suhu badannya panas. Ia tahu ia sakit. Dalam keputusasaan, ia me
aku?" Heksa memberanikan diri untuk meminta, mes
u pergi sendiri saja," jawabnya datar, suara
mengecil. "Aku tidak bisa
ri ayahnya, seperti ucapan itu adalah beban. "Itu bukan urus
ergantung di belakang pintu. Langkahnya pelan dan goyah saat ia membuka pintu, membiarkan rintik hujan menyi langit, membuatnya semakin merasa kecil di tengah kota yang sepi. Heksa mencengkeram
uh, dan bersamanya, bungkus obat yang baru saja ia beli. I
seorang terdengar di tengah huj
g biru berjalan mendekatinya. "Obatmu juga jatuh. Aku baw
erbicara pelan, hampir ten
uyup seperti ini," balas gadis itu sambil tersenyu
waktu yang lama, ia merasakan sesuatu yang hangat. Dalam kebekuan yang telah lama meny