/0/28738/coverbig.jpg?v=b2f93ffd565ac675147f224c5a1ba2ab)
g menempel di hati Alira Santika. Ia duduk di sisi ranjang ibunya, menatap wajah yang semak
kata-kata itu hanyalah penghiburan semu. Biaya pengobatan yang semakin menumpuk membuat Alira merasa tak berdaya. Setiap kali ia men
Pamannya, Gatot, membawa kantong hitam yang tebal. "Alira," suaranya terdengar tegas, tanpa
a membara. "Keputusan apa, Pak
ama. Kamu harus menikah dengannya. Keluarga itu bersedia membiayai seluruh pengobatan
sudah punya Raka. Kami... kami saling mencintai," suaranya hampi
ancam. Jika kamu menolak, jangan harap ada bantuan dari keluargamu sendiri. K
n lain. Tapi hatinya menolak, seakan seluruh dunia sedang menghancurkan mimpinya yang sederhana: bisa hidup
ering. Suaranya yang lembut terdengar, namun di bal
telepon terdengar tegas namun lembut, "
tak tahu harus bagaimana, Ka. Pamanku... dia memaksa aku menik
engar berat. "Alira... jangan lakukan itu. Kita bisa cari
u, tapi... biaya itu terlalu besar. Aku tak ing
n. Alira menutup matanya, menahan saki
umah keluarga Wiratama yang megah di kawasan elit Jakarta. Gedung tinggi dan gerb
aris tunggal keluarga besar, berdiri dengan wajah dingin yang sulit ditebak. Rambut
mbut, tapi nada formalnya membuat
ormat. Ia merasakan jantungnya berdeb
h memberitahuku. Jadi ini keputusanmu. Kamu akan tinggal di si
at. Ia disambut oleh istri pertama Dimas, Cynthia, seorang wanita anggun tapi denga
namun ada nada dingin yang tak bisa disembunyikan. "Semoga kam
yang ia hadapi bukan hanya menahan rasa rindu pada Raka dan menjaga ibunya, tapi ju
ra untuk membuatnya merasa tidak diinginkan. Mulai dari komentar sinis tentang ca
snya seperti mengingatkan Alira akan keadaan ibunya di rumah sakit. Ia merindukan Raka. Ia merindukan kehidupan yang seder
a terkejut. Ia menoleh, melihat pria itu berdiri dengan ta
, mencoba terdengar tega
ni. Tapi keluargaku menuntutku, dan aku harus menuruti mereka. Namun..." ia menunduk, menatap jauh ke luar balk
cil yang ia rasakan untuk pertama kalinya sejak tiba di rumah itu. Meski D
n minuman teh di dapur, Cynthia masuk tiba-tiba. "Alira, jangan sampai kau membuat kesalahan. Aku sudah melihatmu menatap D
a... ingin tinggal di sini tanpa menimbulkan masala
tajam. "Kau pikir itu akan cukup? Dunia ini... dunia kelu
menatap langit-langit kamar mewahnya yang terasa asing, dan memikirkan Raka yang jauh di sana. Ia ta
ketakutan, tapi juga tekad. Ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa meski dunia menentangnya, ia tidak akan menyerah sep
esedihan yang ia tunjukkan. Tanpa disadari, hatinya sedikit tergelitik oleh ketegaran itu, meski ia sendiri tidak mau mengakuinya
yadari bahwa hidupnya kini terikat oleh rantai-rantai keluarga yang besar dan penuh intrik. Setiap langkahnya akan di
, seolah menandakan bahwa badai da

GOOGLE PLAY