/0/22971/coverbig.jpg?v=f7760b193126c15b01909383c73fff86)
Agnesia Danupratama, putri kedua Danupratama, mulai lelah menjadi gadis baik-baik. Segala hal tentangnya hanyah tentang anak pelakor yang tersemat. Seberapa baik dia mencoba tetap saja dipandang sebelah mata. Kebencian yang mulai menumpuk, membuatnya ingin membalas dendam. Aksa, laki-laki yang juga diam-diam mencintainya, terpaksa menerima pernikahan bisnis dengan Carla Danupratama, anak pertama sekaligus kaksk tiri Agnesia. Balas dendam Agnesia perlahan berjalan sempurna bahkan mendapat dukungan dari Aksa. Seiring waktu, Agnesia mulai jatuh cinta pada Aksa. Sanggupkah gadis cantik itu melupakan dendamnya atau terus menghabiskan balas dendamnya?
Agnesia menatap bayangannya di cermin dengan tatapan kosong. Gaun satin merah yang membalut tubuhnya membuatnya tampak seperti perempuan penggoda, sesuatu yang selama ini orang-orang labelkan padanya. 'Anak pelakor', 'perempuan murahan', 'perebut suami orang', kata-kata yang sudah terlalu sering ia dengar, bahkan dari orang-orang terdekatnya. Carla, ibunya juga orang-orang di belakang mereka. Sayangnya, Danupratama, tak mampu berbuat banyak hal dan hanya diam mendengar putri keduanya selalu mendapat ketidakadilan.
Hari ini, keluarga besar mereka mengadakan perayaan ulang tahun pernikahan ke-35 Tuan Danu dan istri pertamanya, Ny. Ratna sekaligus perayaan pernikahan kakaknya, Carla dengan Aksa Wijaya, seorang CEO muda yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan bukan hanya karena tampan tapi juga sepak terjangnya dalam usaha otomotif.
Agnesia menarik napas dalam-dalam sebelum keluar dari kamar. Begitu ia menuruni tangga, tatapan sinis dari para tamu mulai menghujani dirinya. Bisik-bisik mereka jelas terdengar.
"Itu anak perempuan dari istri kedua, ya?"
"Iya, yang ibunya dulu ngerebut suami orang."
"Mirip ibunya. Pantas aja Carla membencinya."
Agnesia hanya tersenyum tipis. Ia sudah kebal dengan semua itu. Berjalan dengan perlahan menuju sisi ruangan yang lain. Malas untuk berbasa basi dengan orang- orang bermulut manis.
Di sudut ruangan, Carla berdiri anggun dalam balutan gaun putih elegan. Senyum perempuan itu tampak manis bagi siapa pun yang melihatnya. Agnesia menatapnya dengan dingin sambmenenggak minumannya tanpa ekspresi.
"Akhirnya kau datang juga. Kau tak iri kan dengan yang kudapatkan? Yah, harusnya memang tidak karena aku anak sah Tuan Danupratama. Kau masih ingat?" Carla menyapanya dengan nada penuh sindiran. "Kukira kau cukup tahu diri dan belajar, adikku sayang!" Carla menepuk pipi adiknya perlahan.
Agnesia menegakkan bahu seakan tak mau menunjukkan kelemahannya. "Aku bagian dari keluarga ini, suka atau tidak!"
Carla terkekeh kecil, lalu mendekat, suaranya lebih pelan tapi penuh racun. "Kau memang bagian dari keluarga ini, tapi tetap saja kau hanya anak dari perempuan yang menghancurkan rumah tangga ibuku. Kau pikir bisa mendapat tempat di sini?"
Agnesia mengepalkan tangan, tapi belum sempat membalas, suara berat seorang pria menyela.
"Ada masalah?"
Agnesia dan Carla menoleh bersamaan dan melihat Aksa, suami Carla, berdiri di samping mereka. Pria itu tampak tampan seperti biasa dalam setelan jas hitamnya. Mata mereka bertemu sejenak, dan untuk sepersekian detik, Agnesia bisa merasakan sesuatu yang berbeda di sorot matanya. Sesuatu yang hangat, jauh dari kebencian yang biasa ia terima dari orang lain.
Carla segera menggandeng tangan Aksa, seolah ingin menunjukkan kepemilikannya. "Tidak ada apa-apa, sayang. Aku hanya mengingatkan adik tiriku ini untuk bersikap lebih baik dan sopan di acara kali ini!"
Agnesia menatap Carla dengan tajam sebelum melirik ke arah Aksa. Ia tahu pria itu menikahi Carla bukan karena cinta, melainkan karena tekanan keluarga. Ia juga tahu Aksa bukan pria yang bahagia dalam pernikahannya. Bukan rahasia jika mereka sering tidur terpisah.
Kembali, mata mereka bertemu., ada sesuatu yang tersirat dari tatapan keduanya. Terasa hangat dan lebih intens.
Namun, momen itu terputus ketika Tuan Danu naik ke panggung dan mulai memberikan pidato. Semua tamu beralih perhatian, termasuk Carla dan Aksa. Agnesia menghela napas, bersiap meninggalkan tempat itu untuk mencari udara segar, tapi suara lembut menahannya.
"Agnesia..."
Ia menoleh. Aksa masih berdiri di dekatnya, sedikit terpisah dari Carla.
"Jangan terlalu diambil hati," katanya pelan, cukup untuk hanya mereka berdua yang mendengar.
Agnesia menatap pria itu. Untuk pertama kalinya, seseorang dalam keluarga ini berkata sesuatu yang tidak menyakitinya.
Senyum kecil muncul di sudut bibirnya. "Aku sudah terbiasa." Dan tanpa menunggu balasan, ia berjalan pergi.
Agnesia menikmati malamnya dalam kesendirian di balkon. Sesuatu yang sering dia lakukan saat hatinya terluka justru menampakkan paras ayunya yang terlihat sendu.
"Tak seharusnya kau berada sendiri di sini!"
Gadis cantik itu menoleh. Menatap Aksa yang perlahan mendekat sambil membawa dua gelas coctail dan mengulurkan salah satunya pada Agnesia
"Kau juga tak seharusnya di sini. Apa yang kau lakukan?" Tanpa ragu, Agnesia menerima gelasnya dan kembali menenggaknya hingga tandas.
"Aku tak terlalu suka dengan kebisingan dan basa basi!" Aksa menatap gadis itu dan berjalan di sisi lain. Kini, mereka menikmati pemandangan malam kota dengan pikiran masing-masing.
"Begitukah? Kurasa bukan hanya itu?" Agnesia menatap Aksa dengan tatapan yang sedikit menggoda.
"Kurasa, kau mulai pintar membaca tentangku!" Kini tubuh mereka lebih dekat satu sama lain.
"Seperti yang Carla minta, aku harus banyak belajar, bukan?" Agnesia tersenyum dan mengedipkan sebelah mata.
"Apakah kau tahu, kau begitu cantik dan menarik?" Kini Aksa lebih merapat. Sesekali menghirup aroma tubuh Agnesia lebih dalam.
"Maaf, Tuan! Rayuanmu tak berlaku buatku!" Agnesia tertawa renyah. Memperlihatkan giginya yang berderet putih. Aksa turut tersenyum lalu kembali menatap gadis di depannya dengan tatapan hangat.
"Aku tahu! Tapi aku tak akan berhenti untuk mengatakan itu!" Agnesia menegang saat Aksa dengan tiba-tiba merangkul pinggang rampingnya.
"Bagaimana dengan Carla?" Agnesia melingkarkan satu tangannya di leher Aksa dan memainkan salah satu jarinya di dada bidang Aksa tanpa sungkan. Agnesia tersenyum. Rupanya, langit cukup mengerti sakit hatinya dan memberikan kesempatan untuk membalas dendam. Mulai dari Aksa.
"Bukankah kau sudah banyak belajar? Kurasa kau sudah tahu bagaimana jawabannya!" Aksa berbisik lirih di telinga Agnesia, dan tanpa aba-aba mencium pipi Agnesia dengan manis. Gadis itu tersenyum lalu menatap Aksa dengan menggoda.
"Kau yang memulai!" Agnesia mendekatkan wajahnya tanpa ragu dan Aksa menangkapnya dengan serangan ciuman tanpa jeda.
"Aksa...!" Agnesia berusaha mendorong tubuh Aksa. Gadis itu mulai sadar, Aksa sedang dalam pengaruh alkohol.
"Agnes, aku mencintaimu!" Aksa kembali menarik tubuh Agnesia, dan melahap bibir Agnesia dengan rakus.
Agnesia terdiam beberapa saat. Otaknya tak lagi mampu mencerna. Tanpa pikir panjang, turut memberi respon dan balasan yang membuat Aksa semakin berani.
Tak membuang waktu, Aksa segera membopong tubuh Agnesia ke sudut ruangan dan membaringkannya di atas sofa.
"Aksa, bagaimana jika..!" Agnesia berusaha mendorong tubuh Aksa tapi laki-laki itu tak ingin berhenti.
"Jangan khawatir, sayang. Kita aman malam ini!" Aksa kembali mengunci tangan Agnesia dan melanjutkan permainannya.
Berdua, mereka menghabiskan malam panjang dengan tujuan masing-masing. Tak ada lagi penolakan atau keinginan mundur. Aksa terlalu lama memendam rasa pada gadis yang kini ada di bawah tubuhnya. Tangannya dengan cekatan membuka pakaian Agnesia dan membuangnya. Tak ingin lagi menunggu lebih lama, dia harus bergerak cepat atau Agnesia akan menolak.
"Carla, pembalasan sedang berjalan!" Agnesia menggumam hingga akhirnya tersenyum penuh arti. Tak lama, ruangan yang sunyi dan temaram telah penuh dengan desahan dan lenguhan panjang.
Hanum selalu mengira jika hidupnya adalah kesalahan dan tak seharusnya ada di dunia. Hidup berdua dengan sang nenek dan menjalani semua dengan sederhana bahkan tanpa orangtua membuatnya tumbuh menjadi gadis arogan dan introvert meski begitu, Hanum tak pernah bisa diam melihat kesewenangan. Hidup Hanum berubah saat Dipta, laki-laki kota yang melarikan diri dari masa lalunya, mulai tertarik pada Hanum dan ingin memilikinya. Meski berbeda prinsip dan latar belakang, tak membuat mereka menyerah dengan hubungan rumit yang mereka miliki. Masalah muncul ketika orangtua Dipta ternyata orangtua kandung Hanum. Mampukah mereka menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka? Masihkah berlanjut kisah cinta Hanum dan Dipta dengan kondisi mereka?
Aruna Hardiyanti sudah lama berdamai dengan nasib. Gadis yatim piatu orang tua yang bersahabat dengan kesepian semakin menyerah dengan vonis penyakit mematikan. Ia menerima dengan pasrah, tanpa berharap keajaiban. Namun, manusia hanyalah manusia yang tak pernah kuasa dalam mengatur hidup dan matinya. Restu Wijaya, laki-laki dari masa lalunya yang selalu ingin deka dengannya, membuatnya lebih semangat dalam menjalani sisa usia, pikirnya. Siapa sangka keajaiban itu benar-benar datang. Di luar dugaan, penyakit yang selama ini mengintai Aruna mulai menghilang. Kesembuhan yang mustahil berubah menjadi kenyataan. Takdir kembali menunjukkan wajahnya yang tak terduga. Kali ini, bukan dirinya yang harus berhadapan dengan ajal, melainkan Nadya-sahabat terbaiknya, yang selama ini selalu ada di sisinya juga nenek yang selalu menjadi penyemangatnya. Aruna tersadar, manusia bisa berencana, bisa pasrah, bahkan bisa berusaha keras melawan takdir. Namun, tetap saja, segalanya berada dalam genggaman Sang Maha Kuasa. Ajal bukan sesuatu yang bisa diprediksi, seperti cinta yang juga datang di saat yang tak terduga. Karena hidup adalah misteri, dan takdir selalu punya caranya sendiri untuk mengajarkan arti kehilangan, keajaiban, dan cinta sejati.
Angin malam berembus lembut, membawa aroma tanah basah selepas hujan. Di tengah gelapnya langit, seorang wanita berdiri di tepi balkon tinggi, matanya menatap kosong ke kota yang gemerlap. Heidy. Di balik sorot matanya yang sendu, bergelora badai luka dan perlawanan. Ia memeluk perutnya yang mulai membuncit, menyadari bahwa hidupnya tak lagi sama. Suara langkah berat mendekat, menghentikan aliran pikirannya. Restu Wijaya. Pria yang menjebaknya dalam permainan kelam. "Lari sejauh apa pun, kau tetap milikku," ucap Restu dengan suara dalam, mematri kenyataan pahit di dada Heidy. Mata Heidy membalas tatapan itu-penuh perlawanan. "Jika ini permainanmu, Restu, aku akan bertahan. Tapi jangan lupa... setiap permainan bisa berbalik arah." Di bawah kilatan petir, dua takdir yang saling bertentangan bertaut. Cinta, benci, dan rahasia kelam menanti di ujung jalan. Dan semuanya bermula saat Heidy dipaksa menjadi simpanan kakak iparnya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.