Unduh Aplikasi panas
Beranda / Cerita pendek / Dikhianati oleh Alpha-ku, Bangkit sebagai Luna
Dikhianati oleh Alpha-ku, Bangkit sebagai Luna

Dikhianati oleh Alpha-ku, Bangkit sebagai Luna

5.0

Aku adalah pasangan takdir sang Alpha, yang dipilihkan untuknya oleh Dewi Bulan. Bertahun-tahun aku mencintainya dalam diam, yakin bahwa dia akhirnya akan mengumumkanku sebagai Luna-nya di upacara Kenaikan kawanan. Namun, dia malah berdiri di atas panggung dan memperkenalkan wanita lain. Aku baru tahu dia telah menggunakan darahku sendiri dalam sebuah ritual rahasia untuk mengikat dirinya pada wanita itu, sebuah pernikahan politik yang telah dia rencanakan selama berbulan-bulan sambil membisikkan janji-janji manis kepadaku dalam kegelapan. Di depan seluruh kawanan kami, dia menolakku di depan umum, sebuah tindakan brutal yang menghancurkan ikatan suci kami dan merobek jiwaku hingga hancur berkeping-keping. Dia membiarkan istri barunya menjebakku atas tuduhan pengkhianatan, menghancurkan rumahku, dan menghapus sejarahku. Dia hanya diam saja saat para prajuritnya melemparkan batu berlapis perak ke kepalaku, lalu memerintahkanku untuk berlutut dan meminta maaf atas kejahatan yang tidak kulakukan. Pria yang rela kuberikan nyawaku telah menghancurkanku demi kekuasaan dan ambisi. Lalu dia datang menemuiku di tengah puing-puing hidupku dan memintaku untuk menjadi simpanan rahasianya, hadiah tersembunyinya yang terkunci dari dunia. Aku menolak. Aku melarikan diri dari tiraninya, membangun kembali diriku dari abu, dan menemukan cinta baru dengan seorang Alpha sejati yang melihat nilaiku. Aku menjadi seorang Luna dengan kekuatanku sendiri, berkuasa dan akhirnya bebas. Tapi obsesi pasangan yang menolakku itu semakin membusuk. Setahun kemudian, dia memancingku ke dalam jebakan. Hal terakhir yang kuingat adalah rasa sakit di leherku dan suaranya yang dingin berbisik, "Sudah waktunya kita pulang."

Konten

Bab 1

Aku adalah pasangan takdir sang Alpha, yang dipilihkan untuknya oleh Dewi Bulan. Bertahun-tahun aku mencintainya dalam diam, yakin bahwa dia akhirnya akan mengumumkanku sebagai Luna-nya di upacara Kenaikan kawanan.

Namun, dia malah berdiri di atas panggung dan memperkenalkan wanita lain. Aku baru tahu dia telah menggunakan darahku sendiri dalam sebuah ritual rahasia untuk mengikat dirinya pada wanita itu, sebuah pernikahan politik yang telah dia rencanakan selama berbulan-bulan sambil membisikkan janji-janji manis kepadaku dalam kegelapan.

Di depan seluruh kawanan kami, dia menolakku di depan umum, sebuah tindakan brutal yang menghancurkan ikatan suci kami dan merobek jiwaku hingga hancur berkeping-keping. Dia membiarkan istri barunya menjebakku atas tuduhan pengkhianatan, menghancurkan rumahku, dan menghapus sejarahku. Dia hanya diam saja saat para prajuritnya melemparkan batu berlapis perak ke kepalaku, lalu memerintahkanku untuk berlutut dan meminta maaf atas kejahatan yang tidak kulakukan.

Pria yang rela kuberikan nyawaku telah menghancurkanku demi kekuasaan dan ambisi. Lalu dia datang menemuiku di tengah puing-puing hidupku dan memintaku untuk menjadi simpanan rahasianya, hadiah tersembunyinya yang terkunci dari dunia.

Aku menolak. Aku melarikan diri dari tiraninya, membangun kembali diriku dari abu, dan menemukan cinta baru dengan seorang Alpha sejati yang melihat nilaiku. Aku menjadi seorang Luna dengan kekuatanku sendiri, berkuasa dan akhirnya bebas. Tapi obsesi pasangan yang menolakku itu semakin membusuk. Setahun kemudian, dia memancingku ke dalam jebakan. Hal terakhir yang kuingat adalah rasa sakit di leherku dan suaranya yang dingin berbisik, "Sudah waktunya kita pulang."

Bab 1

SUDUT PANDANG ELARA CANTIKA:

Aroma pinus dan tanah basah menyelimuti udara, sebuah keakraban yang biasanya menenangkan jiwaku. Malam ini, aroma itu tak mampu meredakan detak jantungku yang menggila. Bulan purnama masih beberapa jam lagi dari puncaknya, sebuah janji perak yang tergantung di langit yang mulai gelap.

Ini adalah malam upacara Kenaikan. Malam di mana Alpha kami, Lucian Adhitama, akan secara resmi berbicara di hadapan kawanan.

Dan malam ini, aku yakin, dia akhirnya akan mengumumkanku sebagai pasangannya. Luna-nya.

Sebuah getaran, tajam dan manis, menjalari tubuhku. Aku merapikan gaun sederhana berwarna krem yang kupilih. Gaun ini tidak semewah yang akan dikenakan oleh serigala betina lainnya, tapi aku berharap dia akan melihatku dalam balutan gaun ini dan teringat malam-malam yang kami habiskan di tepi sungai, memimpikan masa depan kami.

Dia terasa menjaga jarak beberapa minggu terakhir ini. Ketika aku mencoba menghubunginya melalui telepati batin kami, koneksi yang kami bagi sebagai pasangan, jawabannya selalu singkat dan kaku.

"Lucian? Apa kau akan datang ke dapur malam ini?"

Hening sejenak yang terasa seperti selamanya. "Sibuk, Elara. Urusan kawanan."

Kata-katanya seperti dinding batu yang menghalangiku. Tapi aku selalu mencari-cari alasan untuknya. Dia adalah seorang Alpha, pemimpin Kawanan Rembulan Hitam yang perkasa. Tanggung jawabnya sangat besar. Dia menanggung beban kami semua di pundaknya yang lebar.

Namun, seekor cacing keraguan mulai menggeliat di perutku. Aku butuh kepastian. Aku perlu melihatnya secara tertulis.

Itulah yang membawaku ke sini, ke arsip Dewan Tetua yang sunyi dan berdebu. Catatan resmi kawanan disimpan di sini, terjilid dalam buku-buku kulit kuno.

Juru tulis tua, seorang Omega lembut bernama Pak Silas, menatapku dari balik kacamatanya. "Elara. Apa yang membawamu ke sini di malam seperti ini? Bukankah seharusnya kau bersiap-siap untuk upacara?"

Tanganku terasa dingin dan basah. "Aku hanya... aku ingin melihat sesuatu, Pak Silas. Untuk memastikannya. Buku registrasi pasangan Alpha."

Matanya yang baik dipenuhi rasa iba, sebuah tatapan yang tidak kumengerti. Dia ragu-ragu, lalu menghela napas dan beralih ke sebuah buku tebal berwarna merah tua di atas mimbar. Dia tidak perlu mencari halamannya. Dia tahu persis di mana letaknya.

"Lucian Adhitama," bacanya pelan. "Pasangan: Nona Seraphina Vexia."

Nama itu menghantamku seperti pukulan fisik. Napasku tercekat di tenggorokan. Rasanya seolah dunia telah miring dari porosnya, membuatku terlempar ke dalam kehampaan yang dingin dan gelap.

"Tidak," bisikku. "Itu... itu pasti kesalahan. Akulah pasangannya. Dewi Bulan telah menunjukkannya padaku."

Pak Silas tidak mau menatap mataku. Dia menunjuk entri itu dengan jari gemetar. "Ikatan itu diresmikan dua bulan lalu. Sebuah ritual darah rahasia, yang disetujui oleh Alpha Adhitama sendiri."

Dua bulan lalu.

Sebuah ingatan melintas di benakku, begitu jelas hingga membuatku mual. Lucian, dengan mata gelapnya yang tajam, memegang sebuah pisau perak kecil. "Hanya setetes darah, cintaku," bisiknya, suaranya selembut beludru. "Sebuah ritual kesetiaan. Untuk mengikatmu pada kawanan. Untuk mengikatmu padaku."

Aku telah memberikannya dengan sukarela, dengan penuh cinta. Aku telah memercayainya.

Darahku. Dia telah menggunakan darahku untuk sebuah kontrak yang tidak kuketahui sama sekali, untuk mengikat dirinya pada wanita lain.

Rasa sakitnya begitu luar biasa, begitu mematikan, hingga aku tidak bisa bernapas. Aku mencengkeram dadaku, mencoba memaksa udara masuk ke paru-paruku. Aku mencoba menghubunginya melalui kontak batin, pikiranku menjerit putus asa.

"Lucian! Apa ini? Apa yang telah kau lakukan?"

Sejenak, aku merasakan kehadirannya, kehangatan yang akrab kini tercemar oleh es. Lalu, dengan sebuah keputusan brutal, dia memutuskan koneksi itu. Keheningan di kepalaku memekakkan telinga, sebuah gema hampa di tempat di mana dia dulu berada.

"Kapan?" tanyaku tercekat, suaraku nyaris tak terdengar. "Kapan dia... bersamanya?"

Pak Silas akhirnya menatapku, wajahnya menyiratkan kesedihan yang mendalam. "Upacara pengikatan resmi akan dilangsungkan malam ini, Elara. Saat upacara Kenaikan."

Potongan-potongan teka-teki itu menyatu, membentuk sebuah gambaran pengkhianatan yang begitu mengerikan hingga merenggut napasku. Masa depan yang telah kupertaruhkan dengan segenap jiwa, cinta yang telah kupupuk dalam diam, ternyata hanyalah sebuah kebohongan. Dia telah memberikan semuanya.

Kesedihan itu bagaikan gelombang pasang, tetapi sesuatu yang lain muncul dari kedalaman: kemarahan yang panas dan membara yang membakar habis air mataku.

Dia tidak akan melakukan ini padaku dalam bayang-bayang. Dia tidak akan membuangku seperti mainan rusak.

Aku berbalik dan berlari dari arsip, gaun sederhanaku terasa seperti kostum untuk orang bodoh. Aku akan pergi ke upacara itu. Aku akan berdiri di hadapan Alpha-ku dan seluruh kawanan.

Dan aku akan menuntut kebenaran.

Saat aku menerobos keluar ke udara malam yang sejuk, sesosok tubuh tinggi melangkah keluar dari bayang-bayang. Tetua Valerius, rambut peraknya berkilauan di senja hari, matanya tajam dengan kebijaksanaan yang tak pernah melewatkan apa pun. Dia menatapku, dan dalam tatapannya, aku melihat secercah pengakuan, bayangan kesedihan lama.

"Kau memiliki api ibumu," katanya, suaranya pelan. "Dan hatinya yang keras kepala. Aku mengerti kenapa dia takut padamu."

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 23   Kemarin lusa16:55
img
img
Bab 1
29/10/2025
Bab 2
29/10/2025
Bab 3
29/10/2025
Bab 4
29/10/2025
Bab 5
29/10/2025
Bab 6
29/10/2025
Bab 7
29/10/2025
Bab 8
29/10/2025
Bab 9
29/10/2025
Bab 10
29/10/2025
Bab 11
29/10/2025
Bab 12
29/10/2025
Bab 13
29/10/2025
Bab 14
29/10/2025
Bab 15
29/10/2025
Bab 16
29/10/2025
Bab 17
29/10/2025
Bab 18
29/10/2025
Bab 19
29/10/2025
Bab 20
29/10/2025
Bab 21
29/10/2025
Bab 22
29/10/2025
Bab 23
29/10/2025
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY