/0/9118/coverbig.jpg?v=607f820bfe29f9b9ff9962b3fb962618)
Ayu Widiastuti adalah seorang gadis remaja berusia 18 tahun, yang juga ingin menikmati masa indah remajanya. Namun, bagaimana jadinya kalau masa yang indah itu harus terkubur dengan adanya sebuah trauma? Ayu takut pada lawan jenis. Hidupnya tidak pernah tenang, jika ia harus berhadapan dengan seorang laki-laki. Suatu ketika, Ayu berurusan dengan seorang laki-laki yang berpenampilan urakan. Seorang badboy yang suka mabuk-mabukan dan kerap mengikuti balapan liar. Siapa sangka jika laki-laki dengan penampilan badboy itu, adalah laki-laki yang berusaha keras untuk membantu Ayu keluar dari traumanya. Akankah Ayu berhasil keluar dari trauma dan bisa menikmati masa remajanya? Lantas, bagaimana hubungan Ayu dengan laki-laki itu?
Di tengah teriknya sinar mentari, beberapa mahasiswa tampak asyik bermain basket.
Sama sekali tidak ada rasa panas ataupun lelah yang mereka rasakan. Justru sebaliknya, kesenanganlah yang mereka rasakan saat ini.
Apalagi sorak-sorai dari para gadis di sudut lapangan. Suara mereka seperti magic tersendiri bagi kaum laki-laki pecinta olahraga basket.
Lain hal dengan beberapa gadis di salah satu sudut lapangan, di tempat lain seorang gadis tengah duduk sendiri.
Ayu Widiastuti namanya, usia 18 tahun. Saat ini, ia tengah sibuk mengerjakan tugas kuliah.
Berbeda dengan beberapa siswi yang bersorak-sorai di sudut lapangan, Ayu sama sekali tidak tertarik untuk ikut melakukannya.
Bukan tidak tertarik sebenarnya, lebih tepatnya takut. Takut jika ia harus berurusan dengan kaum laki-laki.
...FLASHBACK ON...
(Plak)
Suara tamparan yang cukup keras, jelas sekali terdengar. Ayu yang saat itu dalam perjalanan pulang, merasa penasaran dengan suara tersebut. Ayu lantas memutuskan untuk mencari dimana asal suaranya.
Namun, betapa terkejutnya Ayu saat melihat apa yang baru saja ia dengar. Seorang laki-laki beberapa kali menampar gadis berseragam SMA.
Tidak hanya itu saja, selain mendapat tamparan keras, gadis itu juga hampir dilecehkan oleh laki-laki tersebut. Terkejut dengan hal yang dilihatnya, Ayu berteriak hingga laki-laki itu mengetahui keberadaannya.
Setelah berhasil menolong gadis itu dari tindak kekerasan, kini Ayu yang menjadi sasaran. Laki-laki paruh baya itu mulai berjalan ke arahnya.
Ayu yang semula hanya terkejut, kini mulai ketakutan. Keringat dingin menjalar di sekujur tubuhnya. "Aaa." Dengan suara keras, Ayu kembali berteriak.
Teriakan kedua yang Ayu serukan, entah mengapa membuat laki-laki mengerikan itu langsung pergi. Ayu yang saat itu tengah ketakutan, dihampiri oleh gadis SMA yang baru saja ia tolong.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya gadis SMA itu.
"A-aku ... aku nggak apa-apa." Meski berkata tidak apa-apa, tetapi sepertinya gadis berseragam SMA itu menyadari ketakutan Ayu.
"Makasih ya, kamu tadi udah bantuin aku buat ngusir laki-laki tua bangka itu," ucap si gadis SMA.
"Iya, sama-sama."
Setelah percakapan singkat itu, gadis berseragam SMA pergi lebih dulu. Gadis itu meninggalkan Ayu yang masih terpaku di tempatnya.
Karena kejadian tadi, Ayu menjadi pendiam. Ia bahkan tidak mengucapkan kalimat apa pun setibanya di rumah. Hanya ucapan salam saja, setelah itu Ayu langsung pergi menuju kamar.
Bahkan saat makan malam tiba, Ayu tidak mau makan bersama ayah dan kakak laki-lakinya dalam satu meja. Ia memilih berdiam diri di kamar, hingga ibunya datang membawa makanan.
"Makasih, Bunda. Maaf, Ayu jadi ngerepotin bunda," ucapnya.
"Tidak apa-apa. Kalau Ayu lagi tidak enak badan, setelah makan langsung istirahat saja," balas bundanya.
Ayu membalasnya dengan anggukan. Setelah itu, bundanya langsung keluar dari kamar, tanpa bertanya alasan Ayu menolak untuk makan di meja makan. Bundanya pikir, Ayu sedang tidak enak badan, karena sebelum-sebelumnya Ayu juga seperti itu jika merasa tidak enak badan.
Keesokan paginya, hal yang sama juga dilakukan oleh Ayu. Ia menolak untuk makan bersama di meja makan. Hal itu jelas membuat kedua orang tua juga kakaknya menjadi khawatir.
Saat ayahnya mendekat, Ayu langsung histeris. Begitu pula, ketika kakak laki-lakinya berusaha untuk bertanya baik-baik, Ayu bahkan meminta kakaknya untuk pergi.
Namun, berbeda saat bundanya yang mendekat. Ayu justru langsung memeluk erat, wanita yang melahirkannya itu.
Sayangnya, Ayu masih tidak mau memberitahu bundanya mengenai apa yang terjadi kemarin.
...FLASHBACK OFF...
"Woi, berisik." Betapa terkejutnya Ayu, saat beberapa gadis itu memarahinya.
Ayu kembali sadar, bahwa ia baru saja mengingat kenangan buruk di masa lalu. Ayu benci saat seperti ini. Saat ia melihat ada begitu banyak laki-laki, kenangan itu selalu saja muncul dalam benaknya.
Ayu ingin terlepas dari belenggu trauma yang dialaminya beberapa bulan lalu. Namun, Ayu bingung bagaimana caranya agar ia bisa terlepas dari belenggu tersebut. Karena untuk berdekatan dengan laki-laki saja, Ayu tidak berani. Ia sangat takut.
"Tau ... berisik banget sih. Pulang aja sana kalau mau berisik," timpal gadis yang lain.
Beberapa gadis itu baru saja memarahi Ayu hanya karena teriakan Ayu tadi. Mereka tidak sadar, jika sorak-sorai mereka bahkan jauh lebih keras daripada suara teriakan Ayu.
Karena tidak mau ribut, Ayu memutuskan untuk pulang. Lagipula, tugas kuliahnya akan lebih cepat selesai jika ia mengerjakannya di rumah.
...
Setelah beberapa bulan, Ayu masih saja tidak mau diajak bicara oleh ayah dan juga kakak laki-lakinya. Meski sudah memberitahu bundanya mengenai apa yang terjadi saat itu, traumanya masih belum juga hilang.
Pagi itu, Ayu yang hampir terlambat mengikuti kuliah pagi, berlari melewati gerbang kampus dengan harapan masih mempunyai waktu untuk memasuki ruang kuliah.
Namun sayangnya, ia justru menabrak seseorang karena terlalu terburu-terburu. "Aw," rintihnya.
"Kamu gila ya? Jalan nggak liat-liat?!" omel seseorang itu.
Mendengar suara seorang laki-laki, Ayu langsung mundur beberapa langkah. Meski tidak mengetahui siapa yang sudah ia tabrak, Ayu tidak berani untuk melihat. Ia terus menundukkan kepala, tanpa mengatakan apa pun.
"Ini tuh kampus, bukan lapangan nenek moyang kamu. Awas aja kalo kamu berani nabrak aku lagi." Laki-laki itu kembali mengomel, kemudian pergi begitu saja.
Setelah laki-laki itu pergi, Ayu masih berdiri di sana. Ayu bahkan melupakan alasannya berlari, karena masih merasakan takut.
Beberapa menit kemudian, Ayu benar-benar terlambat masuk kuliah pagi, karena kejadian tersebut.
"Akhirnya selesai juga. Aku udah laper banget. Semoga aja, nggak ada banyak orang yang makan di kantin hari ini." Ayu membuat harapan, setelah jam kuliah keduanya berakhir.
Meski Ayu selalu berdoa seperti itu, yang namanya kantin tetap saja ramai. Terutama saat jam makan siang seperti sekarang ini.
Setelah membereskan peralatan belajarnya, Ayu langsung pergi menuju kantin. Selama hampir dua bulan ini, Ayu memang selalu makan siang di kantin kampus. Ia sudah tidak lagi membawa bekal seperti saat ia baru menjadi mahasiswa.
Semua itu karena beberapa kejadian yang melibatkan mahasiswa laki-laki. Ayu memutuskan untuk tidak lagi membawa bekal, karena beberapa kali bekal itu diambil paksa oleh beberapa mahasiswa yang tidak ia kenal.
Beberapa mahasiswa itu mengatakan, jika seorang mahasiswa sudah tidak layak membawa bekal. Karena hal itu, hanya dilakukan oleh anak TK saja.
Kejadian itu semakin membuat Ayu takut untuk berhadapan dengan laki-laki. Padahal, ia pernah bertekad untuk melawan ketakutannya itu.
"Rame banget lagi, gimana aku makannya?" Ayu yang baru saja sampai di kantin, hendak mengurungkan niatnya untuk masuk, setelah melihat suasana di dalam sana.
"Tapi kalo nggak masuk sekarang, nanti udah nggak ada waktu lagi," batinnya.
Akhirnya Ayu memutuskan untuk masuk dan untungnya, masih ada beberapa kursi kosong. Ayu pun memilih tempat duduk yang berada paling ujung.
"Aku ikut duduk sini ya."
(Deg)
Baru saja mulai menyuapkan makanan, suara seseorang datang mengejutkannya. Hal itu langsung membuat Ayu mengangkat piring makannya dan bersiap untuk pergi.
"Jangan pergi, duduk di sini aja. Aku cuma numpang makan di meja kamu aja kok, nggak bakalan gigit."
Tumbuh di panti asuhan selama 20 tahun, membuat Tara ingin mengetahui siapa dan di mana orang tua kandungnya. Dalam pencariannya itu, Tara justru terjebak dalam sebuah hubungan pernikahan kontrak, dengan seorang laki-laki yang baru ia kenal. Perjanjian pun dimulai, yang mana saling menguntungkan bagi keduanya. Akankah Tara menemukan orang tua kandungnya? Pernikahan yang berawal dari sebuah kontrak, bisakah membawa kebahagiaan bagi Tara?
Persahabatan tujuh Tuan Muda tampan nan rupawan, mampu menyihir semua orang kala melihatnya. Meski mereka hampir dikatakan jarang berkumpul, namun kharisma setiap diri tidak akan sirna dengan mudahnya. Tapi suatu masalah tiba-tiba muncul, salah satu dari mereka yang berprofesi sebagai dokter menemukan adanya kejanggalan dan keanehan. Hingga suatu ketika, serangan makhluk mengerikan menggemparkan seisi kota. Makhluk apakah itu? Mampukah para tuan muda memecahkan kasus dan masalah ini? Seperti apakah perjuangan mereka, langsung saja kita saksikan ceritanya.
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?