Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Obsesi Sang CEO
Obsesi Sang CEO

Obsesi Sang CEO

5.0
5 Bab
172 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Demi menggantikan peran Kakaknya di kursi pelaminan, Helena rela dijadikan sebagai pengantin cadangan. Kebencian teramat besar dirasakan oleh Daren untuk Helena. Namun apa jadinya saat Daren tau kalau Helena bukan wanita seperti biasanya? Saat Daren mendapatkan sesuatu hal yang hakiki yang tak pernah ia dapatkan dari wanita manapun. Akankah kebencian itu kian menipis dan berubah cinta? Atau justru Daren melepaskan Helena demi cintanya pada Cecilia?

Bab 1 Dipaksa Menikah

"Kamu harus gantikan posisi aku untuk menikahi Dareen besok." Cecilia berkata sembari menatap angkuh pada wajah Helena.

"Apa maksudnya Kak? Dareen adalah kekasih Kakak! Tidak mungkin aku menikah dengannya." Helena terdengar sangat terkejut mendengar itu.

"Heh bodoh! Memang kamu pikir aku sudi melakukan ini?" Cecilia menyelentik kepala Helena.

"Besok aku ada jadwal foto model di Amerika! Kamu hanya bertugas menggantikan aku saja di pelaminan, selanjutnya biar aku yang memerankan jadi istri Daren! Ingat, hanya menikah dan jangan melakukan apapun!" tegas Cecilia pada Helena.

"A-aku gak bisa Kak! Ini perbuatan dosa, mana bisa begitu. Lagi pula, Kakak bisa batalkan jadwal pemotretan itu, bukan?!"

"Kalau Cecilia menggagalkan jadwal Foto di Amerika, maka uang ratusan juta akan melayang!" Terdengar suara seorang pria yang begitu familiar di telinga Helena.

Helena dan Cecilia menoleh. Seorang pria paru baya dengan kaca mata bening yang bertengger di wajahnya nampak berjalan mendekat.

Dia adalah Pak Handoko. Ayah kandung Helena dan Cecilia. Tetapi kasih sayang yang dirasakan oleh dua gadis itu dari Ayahnya sangat jauh berbeda.

Pak Handoko cenderung menyayangi Cecilia-putri pertamanya yang selalu membanggakan dirinya.

Sedangkan ia selalu membenci Helena-putri bungsunya, sebab kelahiran Helena dulu adalah penyebab kematian mendiang istrinya dulu.

Dari sejak itu, Pak Handoko selalu saja menganggap kalau Helena adalah anak pembawa sial. Tak jarang Helena merasa iri pada Cecilia yang selalu mendapatkan semuanya dari Handoko.

"Tapi Ayah. Aku sedang kuliah, sedangkan setiap foto model yang dilakukan Kak Cecilia di luar negeri selalu menghabiskan waktu sekitar 3 bulan lamanya. Aku...."

"Dan selama itu pula kamu harus menggantikan peran aku!" sergah Cecilia, sebelum Helena selesai bicara.

"Aku gak mau!" Helena menggelengkan kepalanya, menolak apa yang akan terjadi besok.

Handoko berjalan ke arah Helena, wajahnya sudah melihatkan aura kemarahan. Detik selanjutnya Handoko mencengkram kedua pundak Helena kuat.

"Apapun yang terjadi! Kau harus menikah dengan Daren!" Perkataan yang penuh dengan penekanan di setiap kalimatnya.

"Mana bisa Ayah, aku harus kuliah, aku belum siap menikah..." Helena tak mampu melanjutkan bicaranya, air matanya sudah luruh membasahi kedua belah pipinya.

Brugh!

Tubuh Helena terbentur ke tembok, saat Handoko mendorongnya dengan kuat. Lelaki itu mengetatkan rahangnya.

"Aku tidak butuh persetujuan darimu Helena! Tapi yang jelas, besok kau harus menikahi Daren!" ucap Handoko membuat hati Helena hancur.

Helena sudah sesenggukan menangis. Tidak pernah ia bayangkan kalau ia akan menikah dengan lelaki yang tidak ia cintai. Terlebih ia harus mengorbankan pendidikannya sebagai seorang mahasiswi.

"Aku gak mau Yah! Selama ini aku selalu menuruti kemuan Ayah! Daren adalah kekasih Kak Cecilia, mana bisa aku menikah dengannya!"

Disela isak tangisnya Helena memekik kencang. Ia menatap marah pada lelaki yang tak pernah tulus menyayanginya, meski sebenarnya darahnya mengalir di dalam tubuh Helena.

Plak!

Wajah Helena terlempar ke arah kiri. Sebuah tamparan mendarat dengan keras di pipinya. Cap lima jari terlihat merah di sana.

"Dasar anak pembangkang! Berani sekali kau menbentak aku, hah!" Handoko tak bisa menahan amarahnya. Ia menjambak rambut Helena kuat.

Sedangkan Cecilia, ia justru berdiri tanpa merasa berdosa. Kedua tangannya melipat di dada, dia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Menonton adiknya sendiri dihajar oleh Ayahnya.

"Astaga, Mas! Hentikan!" teriak seorang wanita bernama Valina. Dia adalah istri Handoko, ibu sambung untuk Cecilia dan Helena.

Valina segera membujuk Handoko untuk melepaskan rambut Helena. Sesaat kemudian Valina segera memeluk tubuh Helena yang tengah bergetar hebat.

"Diamlah sayang, ada Mama di sini, Nak." Valina mengusap punggung Helena dengan lembut.

Pelukan itu terlepas, kali ini Valina membingkai wajah Helena yang sudah memerah. Sedangkan Handoko dan Cecilia sudah pergi dari sana.

"Aku tidak mau menikah dengan Daren Ma."

"Sayang, turuti apa yang diinginkan oleh Ayah. Jangan buat Ayah marah. Kamu harus tetap yakin, apapun yang terjadi ada Mama yang sangat menyayangi kamu."

Helena menangis, begitu pula dengan Valina. Kedua wanita itu saling berpelukan tak berdaya. Meskipun Valina hanya ibu sambung saja, tetapi kasih sayangnya untuk Helena sangat tulus.

**

"Aku tidak bisa menikahi wanita ini! Aku tidak mencintai dia!" ucap Daren menunjuk wajah Helena.

Helena tertunduk. Ini bukan kehendaknya. Ia sendiri tidak mau ini terjadi. Helena sudah dengan kebaya putih dan riasan wajah sederhana.

"Tapi pernikahan ini tidak bisa dibatalkan begitu saja. 2 jam lagi kalian akan mengucapkan ijab kabul dan ribuan tamu undangan sudah hadir di lantai dasar!" Ibu Revi-ibu kandung Daren menjawab perkataan Daren.

Helena menangis, kenapa dunia ini sangat kejam? Bahkan lelaki yang akan menjadi calon suaminya saja kini menolaknya mentah-mentah.

"Kalian menikah seperti pasangan pada umumnya. Jangan sampai membuat keluarga ini malu!" Handoko menimpali dan menatap bergantian pada Helena serta Daren

Acara ijab kabul sedang dilaksanakan, yang mengartikan kalau beberapa menit lagi Helena akan menjadi istri Daren. Saat itu pula Helena menahan tangisnya mati-matian

Karena jika menangis, ia akan habis di pukuli oleh Handoko. Gadis itu menguatkan hati seperti baja.

Cium! Cium! Cium!

Degh.

Sejak tadi debar jantung Helena berdebar keras, bahkan ia tak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Baru saja ia buat gila dengan ijab kabul tadi dan sekarang para tamu undangan meneriaki dirinya dan Daren.

"Kalian kan sudah menjadi pasangan suami istri. Jadi tidak apa kalau ingin bersentuhan. Menuruti keinginan tamu undangan rasanya itu baik," ucap Pak Penghulu.

Daren menatap wajah Helena. Wajah cantik dengan bola mata bulat berwarna biru, serta bibir tipis namun berisi. Helena memang nampak lebih cantik dibanding Cecilia.

Perlahan Daren mendekatkan wajahnya pada Helena, berniat mencium wanita yang telah menjadi istrinya. Tetapi Helena mengingat sesuatu.

"Ingat! Hanya menikah Len! Tidak lebih dari itu. Jika sampai kau membiarkan Daren menyentuhmu, aku habisi kau!" ancam Cecilia malam itu.

"Maaf, tapi saya sakit perut." Perkataan Helena membuat pergerakan Daren terhenti begitu saja. Riuh tamu undangan terdengar menyoraki.

**

Di dalam sebuah kamar yang sudah dihias dengan bunga mawar berwarna merah yang menaburi sprei berwarna putih. Seorang pria tengah duduk di sana.

Dia adalah Daren. Pria tampan berusia 28 tahun yang memiliki sejuta pesona. Tak hanya itu, di Usianya yang masih terbilang muda dia sudah memimpin 15 perusahaan besar sekaligus.

Suara gemercik air terdengar memuakkan. Ya, suara itu berasal dari kamar mandi karena Helena sedang berada di sana.

Seharusnya dia menikah dengan Cecilia bukan dengan Helena. Daren benci itu.

Helena keluar dari kamar mandi, wajahnya sudah bersih dari make up dan justru semakin terlihat cantik. Ia terkejut mendapati Daren yang berada satu kamar dengannya.

"Heh! Kamu sekarang sudah menjadi istriku! Jadi malam ini, kau harus melayani aku!"

"Apa?!"

Bersambung.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Masih Suci   06-25 15:26
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY