/0/2456/coverbig.jpg?v=5491964e444158ca1ce8ff36a3480512)
"Berkencanlah denganku! Akan kuberikan apapun yang kamu inginkan!" kata Dirga dengan seringai terpoles di wajah tampannya. "Kalau begitu, berikan NYAWA-MU sebagai harga KEPERAWANAN-KU!" Syifa menyahut tak kalah angkuh. Sebagai seorang Milyuner, DIRGA FARAZZ YANN sangat percaya diri bahwa ia dapat memiliki apapun yang diinginkan. Namun, kedatangan SYIFA NURINTAN mengubah perspektif itu dengan mudah. Bagaimana bisa gadis beasiswa itu menolaknya?
"Ayo kencan denganku!"
Terlihat seorang pemuda berdiri berhadapan dengan sosok gadis bergaun biru yang menutupi seluruh bagian tubuhnya dari ujung rambut sampai bawah kaki.
Wajah gadis itu terlihat bersinar seolah-olah cahaya terang benderang memancar sempurna. Kedua bola mata berbinar dengan pipi chubby mulus tanpa cacat.
Tatapan mata yang begitu jernih itu menyorot menatap balik si pemuda berjaket merah tanpa ada ekspresi berarti. Tidak ada raut kemarahan sedikit pun di wajah ayu gadis berhijab blue sapphire itu, meski perkataan tadi terdengar amat melecehkan bagi telinganya sendiri.
Akan tetapi, sang gadis tidak terlihat emosi dengan lemah lembut dia bertanya, "Jadi untuk alasan itu kamu datang menemuiku?"
"Iya," balas si pemuda singkat yang tak lain adalah DIRGA FARAZ YANN. Pandangan pemuda yang merupakan pangeran di kampus itu menatap lengket lawan bicaranya yang tak lain adalah SYIFA NURINTAN.
Seorang gadis yang banyak dibicarakan karena suaranya yang merdu. Sayangnya Syifa memiliki kepribadian intovert. Susah untuk didekati.
"Kau mau mengajakku berkencan?! Menjalin asmara?" ulang Syifa memastikan bahwa pendengarannya masih berfungsi dengan normal.
Bukan apa-apa hanya saja menurut Syifa ini terlihat sangat aneh. Tiba-tiba saja seorang pemuda datang menemuinya di hari yang cerah ini dan tanpa basa-basi langsung mengajak menjalin hubungan asmara.
Bukankah ini terdengar tak masuk akal?
Atau Syifa saja yang berpikir terlalu jauh?
"Iya, begitulah." Lagi, untuk kedua kalinya Dirga menjawab pertanyaan Syifa dengan kalimat seadanya.
Syifa menatap datar penuh kebosanan. "Atas dasar apa kau mengajakku melakukan itu semua?"
Syifa lalu terdiam sejenak memberi jeda dalam kalimatnya seraya menatap Dirga dari atas ke bawah dengan tatapan menyelidik.
"Seingatku ... aku bahkan tidak mengenalmu. Ini adalah interaksi pertama kita bukan?" tanya Syifa kemudian tersenyum miris.
"Atau mungkin kau type pria to the point seperti itu?" tanyanya.
Dirga berdecak. "Aku Dirga. Jika kau tidak sekuper itu, kau pasti tahu siapa aku."
Bukan tanpa alasan Dirga begitu percaya diri. Pasalnya pemuda yang memiliki nama lengkap Dirga Faraz Yann itu merupakan anak donatur terbesar sekampus Harapan Mulia.
Siapa yang tidak kenal dengan perusahaan Yann Group?!
Sebuah perusahaan besar dunia yang bergerak di bidang industri dan menguasai sebagian besar pasar saham. Menurut rumor mengatakan jika keluarga Yann Group hartanya tidak akan habis meski sampai tujuh turunan.
Tentu saja, Dirga termasuk salah satu ahli warisnya.
Benar. Dirga adalah seorang tuan muda!
Pesonanya tentu tak tertahankan. Bukan hanya terlahir dari keluarga milyuner, namun Dirga juga memiliki paras tampan.
Lihat saja pahatan sempurna di wajahnya yang mulus tanpa cacat. Garis wajah tegas, hidung mancung, pipi tirus, rahang yang terpahat kokoh, juga jangan lupakan gaya rambutnya yang ditata ala-ala oppa Negeri Ginseng menambah nilai keren dalam penampilan fisik sang tuan muda.
Akan tetapi, itu tidak berpengaruh pada Syifa yang menatap si tuan muda dengan pandangan biasa. Seakan-akan semua yang ada pada Dirga tidaklah berarti apa-apa untuknya.
"Dan tidak perlu menuduhku macam-macam. Jika pun benar, aku bisa jamin kau tak akan dirugikan sepeserpun."
Dirga menuding Syifa yang hanya merespon dengan mengangkat bahu acuh tak acuh.
Dirga mendengkus. "Lalu bagaimana jawabanmu?"
Mendengar penawaran itu lagi Syifa bersedekap dada menatap Dirga dengan pandangan biasa. "Jika boleh kutahu. Apa untungnya buatku?"
Pertanyaan Syifa mengalun tenang tanpa ada emosi terlibat. Suaranya halus dan merdu hingga bergema membelah langit senja. Bahkan semilir angin yang berembus pun seakan-akan berada dipihak Syifa.
"Apa pun yang kau inginkan akan kuberikan," jawab Dirga angkuh. Syifa terdiam.
"Hm ... sungguhkah kau bisa memberikan apa pun yang aku inginkan?"
Nada suara Syifa terselip keraguan di suaranya yang mana membuat Dirga terpancing emosi. Akan tetapi, si tuan muda berusaha untuk tetap bersabar. Dalam batinnya menyemangati ....
'Tenang ... Tidak perlu mundur. Semuanya akan berjalan sesuai rencana. Taruhan ini pasti akan kumenangkan!'
Sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tak sadar bahwa kini Dirga tengah mengukir seringai kejam. Namun, Syifa yang melihat itu bukannya takut malah menaikan alis dan mengira bahwa Dirga memiliki kelainan jiwa.
Ya jika di pikirkan lagi. Pemuda mana yang dengan percaya dirinya menembak seorang gadis di interaksi pertama mereka. Syifa menggeleng berusaha mengusir pikiran negative di kepalanya dan setia menunggu jawaban dari Dirga yang telah sadar dari lamunan.
"Tentu saja. Kau tak perlu meragukan hal itu. Aku bisa memberikan apapun sesuai keinginanmu," jawab Dirga membusungkan dada pongah.
"Hm ... baiklah!"
Jawaban Syifa membuat Dirga hampir bersorak gembira jika saja gadis berhijab di depannya tak melanjutkan. "... kalau begitu izinkan aku meminta nyawamu!"
"APA?!"
Dirga terkejut bukan main. Pewaris Yann Group itu bahkan tak bisa mengontrol nada suaranya yang meninggi.
"Ck, apa maksudmu meminta nyawaku, Hah?" Dirga berdecak emosi. "Kau ingin membunuhku?"
"Tentu saja, tidak!" tolak Syifa, namun Dirga mendelik tak percaya.
Syifa membalas. "Untuk apa aku melakukannya? Tidak ada untungnya buatku. Aku bahkan tak memiliki dendam padamu."
"Lalu apa maksud perkataanmu tadi?" geram Dirga merasa dipermainkan.
"Kenapa? Apa ada yang salah dengan hal itu?"
Alih-alih menjelaskan maksud dan tujuannya meminta nyawa Dirga, Syifa justru malah balik bertanya membuat si tuan muda murka.
"Tentu saja, bodoh!" umpat Dirga kasar. "Kau meminta nyawaku semudah itu! Kau pikir kau ini siapa?".
"Lah? Memangnya kenapa? Kau bilang jika aku menjadi kekasihmu, aku berhak meminta apapun. Tidak ada salah dengan itu, Sayang!" Syifa tersenyum miring. Dirga berdecih.
Pernyataan Syifa membuat Dirga merasa muak. Ingin membalas, namun lidahnya kelu dan seakan terkunci rapat, tak lagi memiliki kemampuan berdebat. Dirga sungguh dibuat tak menyangka oleh Syifa yang dengan mudah meminta hal selancang itu.
Tidak tahukah Syifa?!
Jika di luar sana ribuan gadis mengantri hanya untuk berkencan semalam dengan Dirga. Bahkan mereka rela memberikan mahkota suci yang hanya dimiliki oleh seorang gadis perawan untuk Dirga dan bukan suami mereka kelak.
Semua itu dilakukan semata-mata hanya untuk mendapat sedikit perhatian dari si tuan muda. Akan tetapi, Dirga tidak suka barang bekas, apalagi barang murahan. Dirga lebih tertantang untuk menaklukkan hati gadis batu seperti Syifa.
Menurut Dirga itu jauh lebih mengasyikan dari bermain luar di ranjang bersama kupu-kupu malam. Diam-diam Dirga kembali menyeringai sambil mengamati Syifa dari atas ke bawah.
'Ini sangat menarik!' batin Dirga senang.
Sudah Dirga duga bahwa bermain bersama gadis macam Syifa akan lebih menghibur dan tidak monoton. Hasil akhirnya bahkan sangat sulit untuk ditebak.
Dirga menghela napas, berpura-pura kecewa sambil menatap Syifa sendu. "Aku minta maaf. Tapi aku tidak bisa menuruti keinginanmu yang itu. Aku tidak bisa memberikan nyawaku!"
Dirga mengungkapkan trik cerdiknya setelah hening melanda selama beberapa detik. Semilir angin senja pun berembus pelan seakan menenangkan ketegangan yang terjadi.
"Begitu?! Lalu aku pun bisa menolak tawaranmu, bukan?!"
Syifa membalas datar. Terlihat sekali bahwa Syifa sedikit pun tidak merasa antusias dengan penawaran dari calon milyuner di depannya.
"Cobalah pikirkan lagi. Aku bisa memberikanmu uang yang banyak," bujuk Dirga mengiming-iming dengan harta.
"Kamu gigih sekali membujukku. Apa kau sebegitu inginnya berkencan denganku? Tapi kenapa?" tanya Syifa mulai tertarik sedikit.
"Apa aku harus menjawabnya?" tanya balik Dirga tersenyum miring. Syifa terdiam tidak mengiyakan maupun menolaknya.
"Bukankah cinta tidak mengenal kata alasan?"
Dirga berjalan mendekat, berniat menyentuh tangan Syifa. Sayangnya kurang gesit dengan Syifa yang langsung mengambil langkah mundur, memperlebar jarak yang tadi sempat menyempit karena ulah Dirga.
Melihatnya Dirga tersenyum kecut. "Jadi bagaimana? Apa aku perlu menjawabnya?"
"Tidak perlu!" tolak Syifa cepat.
"Kenapa?"
"Aku sudah tahu alasannya."
Dirga tersenyum senang. Syifa melanjutkan. "Hanya satu pertanyaan lagi."
"Hm ... Apa itu?" tanya Dirga mengiyakan permintaan Syifa.
"Apa sebenarnya NIAT-mu melakukan ini semua?" tanya Syifa menatap tajam Dirga.
"Niat?" ulang Dirga. Syifa mengangguk.
"Aku tak memiliki alasan seperti itu!" terang Dirga mengedikan bahu tak peduli.
"Aku hanya ingin kamu menjadi milikku. Menghabiskan waktu berdua dengan orang sepertimu. Sepertinya akan menarik." Dirga melempar senyum menggoda.
"Sepertiku?" tanya Syifa menaikan alis, sama sekali tak terpengaruh pesona Dirga. "Sepertiku yang seperti apa?"
"Ya seorang gadis yang menutup seluruh tubuhnya sepertimu. Jarang sekali aku melihatnya. Ya. Aku hanya penasaran saja," balas Dirga membuat tangan Syifa terasa gatal ingin menabok wajah sok tampan itu.
"Jawaban yang bagus. Menarik sekali," sahut Syifa ikut tersenyum. Dan Dirga salah mengartikan senyum itu. Dirga pikir Syifa mulai terbuai akan bujuk rayunya.
Dirga tersenyum penuh kemenangan, "Sepertinya kau mulai tertarik."
"Sangat! Aku jadi penasaran untuk mencobanya. Sepertinya punya cowok tajir asyik juga," jawab Syifa dengan nada antusias hingga membuat senyuman di wajah Dirga kian merekah.
"Ba___"
"___Tapi ...."
Perkataan Dirga langsung terpotong oleh ucapan Syifa yang ternyata belum selesai. Dirga kembali menelan apa yang akan diucapkannya tadi dan menunggu Syifa selesai berbicara.
"Aku tahu bahwa NIAT-mu itu sebenarnya bukan begitu. Benarkan, tuan muda?!" tanya Syifa tersenyum mengejek.
"Hah? Apa maksudmu? Aku tak mengerti!"
Dirga mulai emosi, Syifa benar-benar menguras kesabarannya. Tidak Dirga sangka bahwa pembicaraan ini akan berlarut-larut. Padahal biasanya jika dengan gadis lain hanya perlu waktu semenit saja status mereka sudah berubah menjadi pasangan.
Bukannya menjawab pertanyaan Dirga, Syifa malah menyipitkan mata, mengukir segaris senyum dibalik kain hitamnya.
"Kau tahu, Dirga? Segala sesuatu itu berawal dari niat. Niatan yang baik seharusnya dilakukan dengan cara yang baik bukan? Begitupun sebaliknya," jelas Syifa tersenyum kecil.
Dirga semakin menautkan alis tak mengerti dengan penjelasan Syifa yang terdengar berputar-putar.
"Maksudmu?" tanya Dirga mulai tak sabar.
Ayolah, Dirga hanya menjadikan Syifa kekasih selama beberapa hari saja. Jika sudah bosan, Dirga pasti akan membuangnya sama seperti yang terjadi pada mantan-mantannya yang lain.
Syukur-syukur jika nanti mereka bisa menginap di hotel, berbaring di ranjang, tarik selimut dan ya ... You know lah?
Akan tetapi, sikap Syifa membuat Dirga merasa jauh dari tujuan memiliki gadis berhijab biru itu. Belum apa-apa Syifa sudah mengguruinya.
Mengapa gadis ini malah mempersulit hal yang jelas-jelas sangat mudah?! Dirga sungguh tak mengerti jalan pikiran Syifa.
"Hey, mumpung aku sedang berbaik hati. Mau aku beritahu satu hal?!" tawar Syifa.
"Apa?"
Syifa kembali tersenyum dan menjawab, "aku pernah mendengar hal ini, bahwasanya ....
Dari Amirul Muminin, Abu Hafsh Umar bin Al Khathab Radhiallahu anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
"Sesungguhnya amal itu hanyalah beserta niat, dan setiap manusia mendapatkan sesuai dengan apa-apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu."
(Diriwayatkan oleh Imamul Muhadditsin, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husein Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi)
Selesai Syifa menerangkan salah satu Al-Hadist, keadaan menjadi hening, bahkan suara angin pun seakan segan untuk berembus.
Dirga menatap tepat iris mata Syifa yang juga balik menatapnya.
'Ini akan semakin menarik.'
Bersambung.
TIGA PERMINTAAN UNTUK SYARAT MENIKAH LAGI?! Apa itu termasuk syarat MUDAH atau SULIT?! "Aku akan menyetujui pernikahan keduamu, asal kamu mengabulkan tiga permintaanku. Bagaimana?" tawar Chika bernegosiasi. "Kamu kira aku jin botol?!" sewot Adnan emosi. "Aku tidak akan berpikir untuk poligami, andai kamu bisa memberikanku keturunan." "Tapi nyatanya tidak, bukan?! Ini tahun kelima pernikahan kita, Mas. Dan aku tidak kunjung hamil. Jadi ayo lakukan ini atau kita bercerai?!" "Kamu mengancam aku?" desis Adnan marah. "Tidak, tapi kamu memaksaku berada di sana, Mas." "Baik, aku menyerah. Lalu, apa permintaanmu?" Secepat pertanyaan itu datang, senyum di wajah Chika semakin merekah. Itu membuat Adnan was-was. Dengan memanjatkan do'a dalam hati, pria berusia 30 tahun berharap Sang Istri yang memiliki hobi Cosplayer Anime, bisa sedikit menggunakan akal sehatnya dalam memilih permohonan. "Aku ingin ikut setiap kali kamu dan Calon Istrimu berkencan." Akan tetapi, harapan itu pupus ketika mendengar permintaan pertama saja sudah di luar batas. "Hah? Apa kamu sudah tidak waras?!" tuding Adnan menggertak. "Kenapa? Apa salahnya? Aku hanya ingin ikut bermain saja. Aku bersumpah, tidak akan menjadi setan di antara kemesraan kalian." Pernyataan nyeleneh Sang Istri semakin memperkeruh suasana rumit ini. Lalu, apa yang harus Adnan lakukan? MAJU atau MUNDUR?
Theo tahu dirinya itu jelek dengan kulit sawo matang, rambut ikal dan pendek. Meski kerap kali menjadi korban bullying, tetapi Theo sangat mensyukuri hidupnya yang hanya berdua saja dengan sang adik. Sampai suatu hari, Theo yang tak sengaja membaca Novel terlempar ke dimensi lain di zaman Kerajaan Kuno. Memang bukan masalah jika Theo menjadi protagonisnya, karena si tokoh utama adalah putra mahkota. Sayangnya, Theo terlahir sebagai tokoh antagonis psikopat yang akan dipenggal mati oleh pihak kerajaan. WHAT? KARMA APA INI?!
Dihina karena memiliki paras jelek, miskin, bodoh dan penyakitan, Arkana bangkit kembali untuk membalaskan dendam pada mantan kekasihnya, Felicia yang dulu meremehkannya. Dengan kemampuan unik berupa kebal terhadap rasa sakit, Arkana akan membuat hidup semua orang bagai di Neraka. Akankah Obsesi Cintanya pada Felicia akan membawa kemenangan pada rencana balas dendamnya? Atau justru menjadi boomerang?
Dihina karena memiliki paras jelek, miskin, bodoh dan penyakitan, Arkana bangkit kembali untuk membalaskan dendam pada mantan kekasihnya, Felicia yang dulu meremehkannya. Dengan kemampuan unik berupa kebal terhadap rasa sakit, Arkana akan membuat hidup semua orang bagai di Neraka. Akankah Obsesi Cintanya pada Felicia akan membawa kemenangan pada rencana balas dendamnya? Atau justru menjadi boomerang
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.