ss berwarna navy memeluk tubuhnya dengan anggun, membingkai lekuk-lek
am, menatap kerumunan dengan mata yang sayu, se
gak keluar." Grace menyentuh lengannya lembu
. "Dirga bahkan nggak
g, lo jadi be
.. kosong. Hampa, seperti berdiri di tengah pest
tawa berlebihan para wanita dan rayuan tipis para pria muda
nya, jari-jarinya menyentuh permukaan
a. Bukan berarti lo harus tidur sama siapa pun. Kadang, lo cuma
dibayar buat pura-pura
perempuan ngerasa hidup lagi." Grace melirik seseoran
ya. "Grace, serius. Gue cuma pen
race terkekeh.
n jaket kulit dan sneakers putih bersih. Rambutnya sedikit messy, senyumnya terlalu percaya diri, ta
kata Grace cepat, sebelum berdiri
alam dan lembut. Matanya langsung
guk ludah.
chance," ujar Grace sambil berjalan menjauh, meninggalkan mereka b
yilangkan kaki dan menyender santai, seperti ini bukan pertama k
serak, dan... terlalu intim
t alis. "What ma
hatan segugup kamu." Ia tersenyum, manis dan sedikit nakal. "Kecual
nang menebak
ebih sering...
ke a dange
're afraid o
pikir ak
empat berisik seperti ini," ucapnya. Suaranya berat, berlapis sen
um. "Grace seharusnya juga b
i-tertawa pelan. "Bosan bisa sangat berbaha
alas Sheana, mencelupkan ujung lidahnya ke gelas, sekad
lam. "Aku di sini buat menemani. Hanya itu. Kesenangan
mendesah. Lelaki muda ini... bukan sekadar tampan. Ada sesu
mencondongkan badan. Ia bukan gadis muda yang mudah digoda. Tap
gnya yang halus. "Karena kamu berbeda. Kamu tidak seperti mereka yang datang ke
yapu keramaian di sekeliling mereka. Tapi yan
i
ya. Tapi dari sorot mata-cara bicara-membuat Sheana me
ban..." katanya pelan, "apakah
erbisik di telinganya. "Bukan. Aku ak
i rasanya kalah panas dibanding tatap
uk dengan perempuan asing dan bicara
"Nggak semua perempuan asing punya mata yang kelihatan capek tapi tetap
. Dia tidak tahu harus t
ng yang terlalu sering pura-pur
ung, Ellan justru
enang, tanpa sok jantan. Pria ini, pikir Sheana, tahu
an kepala. "Kamu
ng aku disewa untuk menemani klien ter
mengangkat alis. "Ma
ran sofa, ekspresinya tak berubah. "I prefer 'companio
arik. Sialnya, Ellan justru tampak nyaman
t dihakimi?" tan
ri sendiri. Aku tahu aku bukan orang
ya malam itu. "Kamu terlalu jujur un
u terlalu tajam untuk seseoran
Aku nggak rapuh. A
uk sesaat, keramaian di seki
ng hambar, atau tentang betapa sepinya ia meski tidur di ranjang king size setiap malam. Yang
gkan badan sedi
H
kan siapa pun. Kamu masih mau du
pis. "Kalau aku harus jadi orang lain supaya bis
anpa tahu kalau sesuatu yang besa