/0/24099/coverbig.jpg?v=22c038b8c540e8cbf59344c4ef218c27)
Sheana, 35 tahun. Cantik, elegan, istri sah dari seorang pengusaha kaya raya. Tapi hidupnya sunyi. Pernikahannya dingin. Suaminya nyaris tak pernah peduli. Sampai suatu malam, ia diajak ke klub malam oleh sahabatnya. Di sanalah ia bertemu Ellandra, 23 tahun-pria tampan, penggoda, dan jauh lebih muda. Bukan gigolo, tapi juga bukan pria biasa. Ellandra tahu caranya menyentuh hati wanita... termasuk hati Sheana. Awalnya hanya permainan. Tapi lama-lama, Sheana mulai mempertaruhkan segalanya. Termasuk pernikahannya. "Jangan ajari aku untuk berhenti mencintaimu, Shea. Karena sekali aku jatuh... aku nggak tahu cara mundur." "Terlambat, Ellan. Aku sudah terlalu dalam." Tapi cinta mereka bukan tanpa batas. Ada suami yang menyimpan rahasia besar. Ada pacar yang tak ingin ditinggalkan. Dan ada masa lalu yang bisa menghancurkan semuanya. Ini bukan tentang siapa yang lebih muda atau lebih tua. Tapi siapa yang paling mampu membuatmu merasa hidup.
Sheana berdiri di tepi lounge dengan segelas wine di tangan. Mini dress berwarna navy memeluk tubuhnya dengan anggun, membingkai lekuk-lekuk yang tak lagi muda, tapi justru menampilkan kedewasaan yang mahal.
Ia tidak menari, tidak juga berbicara. Hanya diam, menatap kerumunan dengan mata yang sayu, seperti seseorang yang lupa cara bersenang-senang.
"Gue senang lo mau ikut, Na. Udah lama lo nggak keluar." Grace menyentuh lengannya lembut, lalu menyesap cocktail-nya. "Lo butuh ini."
Sheana tersenyum tipis. "Dirga bahkan nggak tanya gue mau ke mana."
"Ya bagus dong, lo jadi bebas malam ini."
Malam itu, dia memang bebas. Tapi rasanya tetap... kosong. Hampa, seperti berdiri di tengah pesta tapi merasa asing bahkan pada dirinya sendiri.
Sheana menatap sekeliling lounge eksklusif itu, memerhatikan tawa berlebihan para wanita dan rayuan tipis para pria muda yang menggantung di udara, manis tapi tak sepenuhnya tulus.
"Gue nggak yakin ini ide bagus," gumamnya, jari-jarinya menyentuh permukaan dingin gelas wine yang belum ia sentuh.
Grace mendesah, lalu menyandarkan tubuh. "Lo tuh terlalu kaku, Na. Bukan berarti lo harus tidur sama siapa pun. Kadang, lo cuma butuh seseorang buat dengerin lo sambil nemenin minum. That's it."
"Dan cowok-cowok itu... dibayar buat pura-pura peduli?" sindir Sheana.
"Enggak semua pura-pura. Ada yang emang pinter bikin perempuan ngerasa hidup lagi." Grace melirik seseorang di kejauhan, lalu mengangkat tangan, memberi isyarat.
Sheana buru-buru menarik lengannya. "Grace, serius. Gue cuma pengen duduk, minum, terus pulang."
"Terlambat." Grace terkekeh. "He's coming."
Dan di detik itulah, Sheana melihatnya. Seorang pria muda, berpakaian hitam kasual yang dipadu dengan jaket kulit dan sneakers putih bersih. Rambutnya sedikit messy, senyumnya terlalu percaya diri, tapi bukan tipe yang menyebalkan. Dia berjalan ke arah mereka, membawa aroma mint dan parfum yang mahal.
"Ellandra, ini Sheana. Temen gue," kata Grace cepat, sebelum berdiri. "She's a bit tense, so be nice."
"Always," sahut Ellan, suaranya dalam dan lembut. Matanya langsung menatap Sheana tanpa ragu. "Hi."
Sheana meneguk ludah. "Grace, gue-"
"Terserah lo mau ngobrol atau enggak. Tapi paling enggak, give it a chance," ujar Grace sambil berjalan menjauh, meninggalkan mereka berdua dalam jarak yang terlalu dekat untuk sebuah pertemuan pertama.
Sheana hendak protes, tapi Ellan sudah duduk di seberangnya, menyilangkan kaki dan menyender santai, seperti ini bukan pertama kalinya ia duduk di hadapan wanita yang jauh lebih dewasa darinya.
"First time?" suaranya dalam, serak, dan... terlalu intim untuk orang yang baru dikenal.
Sheana mengangkat alis. "What makes you think so?"
"Karena cuma orang yang pertama kali datang ke tempat ini yang kelihatan segugup kamu." Ia tersenyum, manis dan sedikit nakal. "Kecuali kamu memang senang berpura-pura tidak tahu cara bersenang-senang."
"Dan kamu senang menebak-nebak orang?"
"Kadang. Tapi lebih sering... nebaknya tepat."
"Sounds like a dangerous habit."
"Only if you're afraid of being seen."
"Dan kamu pikir aku takut?"
Ellan tertawa singkat. "Grace bilang, kamu bukan tipe yang suka tempat berisik seperti ini," ucapnya. Suaranya berat, berlapis senyum tipis yang menyebalkan-dan justru membuatnya sulit berpaling.
Sheana menoleh, menahan senyum. "Grace seharusnya juga bilang kalau aku sedang bosan."
Ellandra-begitu dia memperkenalkan diri tadi-tertawa pelan. "Bosan bisa sangat berbahaya kalau ditangani dengan cara yang salah."
"Dan kamu menganggap diskotik ini tempat yang tepat?" balas Sheana, mencelupkan ujung lidahnya ke gelas, sekadar mencicip. "Kamu di sini cari kesenangan, atau korban?"
Ellan memiringkan kepala, lalu menatap Sheana dalam-dalam. "Aku di sini buat menemani. Hanya itu. Kesenangan bukan milikku... tapi milik mereka yang butuh dilihat."
Kalimatnya terdengar menggoda, tapi juga menyedihkan. Sheana mendesah. Lelaki muda ini... bukan sekadar tampan. Ada sesuatu dalam dirinya yang terasa lepas-liar, tapi juga kesepian.
"Lalu kenapa kamu natap aku kayak gitu?" bisik Sheana, sedikit mencondongkan badan. Ia bukan gadis muda yang mudah digoda. Tapi malam ini, ada sisi dalam dirinya yang ingin bermain sedikit.
Ellan tersenyum kecil, lalu melirik Sheana dari ujung rambut hingga garis rahangnya yang halus. "Karena kamu berbeda. Kamu tidak seperti mereka yang datang ke sini untuk merasa muda kembali. Kamu datang... seperti sedang mencari jawaban."
Sheana terdiam. Ia mengalihkan pandangan, menyapu keramaian di sekeliling mereka. Tapi yang terdengar hanyalah detak jantungnya sendiri.
Sial.
Pria ini baru berusia dua puluhan. Terlalu muda untuknya. Tapi dari sorot mata-cara bicara-membuat Sheana merasa seperti satu-satunya perempuan di dunia malam itu.
"Kalau aku sedang mencari jawaban..." katanya pelan, "apakah kamu akan jadi pertanyaannya?"
Ellan mendekat sedikit, kini nyaris berbisik di telinganya. "Bukan. Aku akan jadi alasan kamu berhenti bertanya."
Sheana meneguk wine-nya perlahan, tapi rasanya kalah panas dibanding tatapan Ellan yang menelanjangi pikirannya.
Ia menoleh. "Kamu selalu begini? Duduk dengan perempuan asing dan bicara seolah kamu tahu isi kepala mereka?"
Ellan mengangkat bahu, lalu bersandar santai di sofa merah beludru itu. "Nggak semua perempuan asing punya mata yang kelihatan capek tapi tetap tajam. You look like someone who's tired... but still refuses to give up."
Sheana mengerjapkan mata. Dia tidak tahu harus tersinggung atau tersentuh.
"Dan kamu kelihatan seperti orang yang terlalu sering pura-pura baik-baik aja," balasnya tajam.
Alih-alih tersinggung, Ellan justru tersenyum. "Touché."
Ia menyesap minumannya-whisky, tanpa es. Gerakannya tenang, tanpa sok jantan. Pria ini, pikir Sheana, tahu caranya mengontrol ruangan tanpa perlu bersuara keras.
Sheana memiringkan kepala. "Kamu kerja di sini?"
Ellan tertawa kecil. "Nggak. Tapi kadang aku disewa untuk menemani klien tertentu. Jadi, yeah... semacam freelance."
"Freelance?" Sheana mengangkat alis. "Maksud kamu... gigolo?"
Ellan menyilangkan kaki, menyandarkan sikunya di sandaran sofa, ekspresinya tak berubah. "I prefer 'companion'. Tapi kalau kamu mau bilang begitu, I won't deny it."
Bukannya mundur, Sheana malah semakin tertarik. Sialnya, Ellan justru tampak nyaman dengan kejujurannya. Dan itu... berbahaya.
"Kamu nggak takut dihakimi?" tanya Sheana pelan.
"Aku lebih takut nggak jujur sama diri sendiri. Aku tahu aku bukan orang baik. But I'm not pretending to be."
Sheana terkekeh, untuk pertama kalinya malam itu. "Kamu terlalu jujur untuk seseorang yang hidup dari ilusi."
Ellan ikut tersenyum. "Dan kamu terlalu tajam untuk seseorang yang terlihat begitu rapuh."
Sheana mendesah. "Aku nggak rapuh. Aku cuma... lelah."
Mereka saling memandang. Untuk sesaat, keramaian di sekitar mereka seperti menghilang.
Sheana tidak lagi berpikir tentang suaminya yang tak peduli, tentang kehidupan rumah tangga yang hambar, atau tentang betapa sepinya ia meski tidur di ranjang king size setiap malam. Yang ada hanya suara Ellan, dan tatapan mata itu-hangat, tenang, dan untuk sekali ini, terasa jujur.
Ellan mencondongkan badan sedikit. "Sheana..."
"Hm?"
"Kalau aku bukan siapa-siapa. Bukan siapa pun. Kamu masih mau duduk di sini dan ngobrol sama aku?"
Sheana menatapnya lekat-lekat, lalu tersenyum tipis. "Kalau aku harus jadi orang lain supaya bisa duduk di sini, aku nggak akan datang malam ini."
Mereka sama-sama tertawa pelan. Tanpa tahu kalau sesuatu yang besar menanti mereka di kemudian hari.
Nazharina pikir, perceraiannya dengan Arian adalah akhir dari semua penderitaan. Sepuluh tahun menikah tanpa cinta, tanpa sentuhan, tanpa kehangatan-itu sudah cukup membuatnya ingin menyerah. Jadi, saat gugatan cerai akhirnya dikabulkan, Nazharina merasa bebas. Tapi siapa sangka... Arian tidak pernah benar-benar melepaskannya. Saat Nazharina melanjutkan hidup, diam-diam Arian selalu berada di sana. Memastikan mantan istrinya baik-baik saja, memberikan pekerjaan tanpa sepengetahuan Nazharina, bahkan menempatkan bodyguard untuk menjaganya. Lalu suatu hari, saat Arian merasa sudah siap, ia muncul kembali. Sebagai bos besar tempat Nazharina bekerja. "Apa yang kau lakukan di sini?" Nazharina terpaku melihat pria yang dulu pernah menjadi suaminya berdiri di hadapannya dengan jas mahal dan aura mendominasi. "Aku pemilik hotel ini," jawab Arian santai, namun tatapan matanya menusuk tajam. Sejak saat itu, semuanya berubah. Arian, yang dulu dingin dan acuh tak acuh, kini menjadi pria yang posesif, protektif, dan tak segan menunjukkan ketertarikannya. Dia mengontrol siapa yang boleh mendekati Nazharina, mengawasinya dengan tatapan penuh makna, bahkan terang-terangan menunjukkan kecemburuannya. "Jaga sikapmu, Nazharina. Aku tidak suka melihatmu terlalu dekat dengan pria lain." Nazharina terkejut. "Arian, kau tidak berhak mengatur hidupku lagi!" Arian mendekat, senyumnya tipis tapi matanya gelap. "Benarkah? Tapi kenapa kau masih membiarkan aku menyentuhmu seperti ini?" Nazharina terdiam. Dia tahu, Arian berubah. Tapi yang tidak ia tahu adalah... Apakah perubahan itu benar-benar berarti Arian mencintainya? Atau hanya bentuk lain dari kepemilikan dan obsesi? Dalam kebingungannya, Nazharina harus menghadapi kenyataan bahwa mungkin, perpisahan mereka hanyalah awal dari kisah yang lebih rumit. Karena jika Arian sudah menginginkan sesuatu... Dia tidak akan membiarkan itu pergi begitu saja.
Laras mendapati dirinya disekap dan dikurung bersama ketiga anaknya, oleh sopir travel yang membawa mereka saat ia berusaha kabur dari rumah. Mengalami berbagai bentuk penyiksaan, hingga harus kehilangan salah satu anaknya, membuat Laras bertekad untuk membalas dendam. Laras berusaha mencari tahu siapa dalang dari semua kejadian yang telah menimpanya, serta apa alasan dan tujuan ia disekap. Dapatkah Laras dan anak-anaknya bertahan dan selamat dari penyekapan kejam itu?
Membayar pacar sahabat sendiri untuk menikahi dan bertanggung jawab atas kehamilan yang tak diinginkan. Meski bukan sesuatu yang wajar dan dibenarkan, namun Silia mau tak mau melakukannya. Apalagi sosok Roby seakan tak punya kekurangan. Selain ganteng dan ulet dalam bekerja, Roby juga baik dan perhatian. Hidup bersama meski awalnya karena memiliki tujuan masing-masing dan tak saling cinta, justru membawa perubahan besar pada kehidupan Roby dan Silia. Hanya saja, status Yesika sebagai pacar Roby dan Vatra sebagai cinta pertama Silia, menjadi pemicu beragam konflik dalam kisah cinta dan rumah tangga mereka.
Almann dipenjara dengan tuduhan telah melakukan penculikan 11 tahun yang lalu. Padahal sesungguhnya, ia hanya menepati janji pada seorang wanita terkasih yang tak akan pernah bisa ia miliki selamanya.
Dunia Sartika terasa runtuh saat Riya, sepupu dari suaminya mengaku kalau terjadi perselingkuhan antara dia dan Roni, suaminya. Kepercayaan dan pengorbanan yang telah ia berikan selama ini hancur berkeping-keping seiring terkuaknya rahasia bahwa dulunya Roni dan Riya ternyata pernah dijodohkan. Yang lebih menyakitkan lagi, dari mulut Riya sendiri Sartika mengetahui kalau Roni selalu menjelek-jelekkan dirinya di belakang. Penampilan Sartika yang kumal dan terlihat kampungan, berbanding terbalik dengan Riya yang hidup enak bak sosialita. Namun Sartika berhasil membalikkan keadaan. Ia mengubah dirinya menjadi sosok yang berbeda dalam sekejap. Dalam diam dan penuh strategi ia berhasil membalas sakit hatinya pada Riya. Di saat suaminya berusaha untuk mengambil kembali hati Sartika, tiba-tiba muncul sosok mantan pacar Sartika saat SMA, yang bahkan belum menikah sampai sekarang karena masih mencintai Sartika. Siapakah yang akhirnya akan ia pilih?
"Aku akan membalas perbuatan mereka yang telah membuat aku dan ibuku menderita. Mulai sekarang aku tak akan tinggal diam. Aku sudah cukup bersabar selama ini, tapi sekarang tak ada lagi yang aku takutkan, karena mereka sudah merenggut nyawa orang-orang yang aku sayangi," kata Azzalyn dengan mata penuh kilatan dendam. ************* Azzalyn tidak pernah menyangka kalau sang ibu memiliki masa lalu kelam, yang membawanya pada kenyataan kalau sosok ayah yang selama ini ia yakini telah meninggal ternyata masih hidup. Takdir yang membawanya kembali bertemu dengan sang ayah. Namun hidupnya mendapatkan banyak masalah yang mengharuskan Azzalyn untuk tetap bertahan dan membalas segala perbuatan jahat yang ia terima.
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?