Keesokan harinya, Dewi mengenakan gaun malam yang disiapkan Kirani untuknya. Itu adalah gaun berwarna merah anggur dengan gaya off-shoulder yang memperlihatkan bahunya. Menatap dirinya di cermin, Dewi berpikir dia tampak seksi namun tetap tampil elegan dan sedikit dingin. Gaun itu menonjolkan figur tubuhnya dengan sempurna.
Saat Dewi berjalan keluar dari kamar pas, rahang Kirani ternganga lebar.
Setiap gerakan yang dilakukan oleh Dewi terlihat sangat mencolok karena lekukan dari gaun itu. Rambut Dewi sekarang digulung menjadi sanggul, dengan dua sulur rambut yang membingkai wajahnya, membuatnya terlihat agak santai. Temannya tampak sangat menawan sehingga Kirani tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.
Selain itu, Dewi dilahirkan dengan temperamen yang dingin, yang membuat orang merasa bahwa dia tidak bisa didekati.
"Astaga... Dewi, kamu sungguh terlihat cantik mengenakan gaun ini!" Kirani tercengang dan hampir tidak bisa berkata-kata.
Jika Dewi mengenakan gaun ini ke pesta, semua pria pasti akan terpesona padanya dan semua wanita akan merasa cemburu!
Peluncuran produk yang dilakukan oleh Grup Hadi digelar di atas kapal pesiar bernama Sang Samudra. Kapal pesiar raksasa yang bisa mengangkut ribuan orang itu berlabuh di tepi pantai di sebelah timur Kota Yoya.
Kapal pesiar mewah bernilai triliunan rupiah ini menjadi pilihan pertama untuk tempat berbagai pesta perusahaan besar.
Begitu Dewi menginjakkan kaki di kapal itu, para playboy tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.
Tapi dia bersikap tidak peduli terhadap tatapan yang diberikan oleh mereka. Gaun berwarna merah anggur membuatnya tampak dingin, mulia, dan terutama memberikan kesan tidak dapat untuk didekati.
Di sisi lain, Kirani sangat ingin berbicara dengan para lelaki lajang di sana. Dia segera meninggalkan Dewi sendirian ketika mereka sudah naik ke atas kapal.
Merasa begitu bosan, Dewi mencari area pojok untuk beristirahat di sana.
Namun, tepat ketika dia berpikir dia bisa mengambil napas, ada orang asing yang datang menyerahkan segelas anggur padanya. "Mau minum bersama denganku, Nona?"
Seorang pria yang mengenakan setelan biru tua berdiri di hadapan Dewi, menilai penampilan Dewi dengan matanya.
Pria ini tampak seperti orang kaya. Semua yang dia kenakan adalah barang-barang dari desainer kondang. Tetapi matanya, memperlihatkan semacam kesombongan yang datang bersama dengan uang yang dia miliki itu.
Pria lain tampak patah semangat ketika mereka melihat bahwa pria itu tertarik pada Dewi.
"Sial! Wanita itu telah menarik perhatian Lutfi. Kita sama sekali tidak punya peluang."
"Betul. Lutfi memang seorang playboy, tetapi keluarganya kaya raya. Aku ragu ada wanita yang bisa menolaknya."
Dewi bisa mendengar diskusi yang berlangsung di dekatnya dan mengangkat alisnya dengan cuek. "Enyah."
Lutfi Kornelis hampir tersedak anggurnya saat mendengar ucapan Dewi. Dia tidak menyangka Dewi akan menolak ajakannya. Senyum yang semula ada di wajahnya berubah menjadi ekspresi cemberut.
"Apa yang baru saja kamu ucapkan kepadaku? Apakah kamu tidak tahu aku ini siapa?"
Dewi mendengus. "Yang aku tahu hanyalah bahwa anjing yang menggonggong hebat biasanya tidak bisa menggigit."
Lutfi menarik napas dalam-dalam dan dengan cepat memaksakan untuk memberikan sebuah senyuman. Dia berpikir bahwa, selama dia memamerkan kekayaannya, dia pasti bisa memenangkan wanita ini. "Tunggu dulu. Jangan langsung berkata tidak kepadaku. Aku selalu murah hati kepada wanitaku, jika kamu tahu apa yang aku maksudkan. Jangan sombong."
Ada sedikit nada mengancam di kalimat terakhir itu. Kemudian, dia sekali lagi mengulurkan gelas itu kepada Dewi.
Sambil tersenyum tipis, Dewi menyipitkan matanya ke arahnya dan mengambil gelas itu.
Lutfi mengira Dewi telah mengambil umpan. Saat senyumnya perlahan berubah menjadi puas, Dewi mengulurkan tangan dan mengarahkan gelas itu ke atas kepalanya. Dia kemudian menuangkan anggur merah ke seluruh rambut dan pakaian Lutfi.
Rambutnya yang telah disisir dengan hati-hati langsung hancur, dan setelan mahalnya ternoda merah karena anggur itu. Lutfi sekarang tampak jauh dari kata elegan.
Semua orang tersentak kaget menyaksikan ini.
Grup Kornelis adalah salah satu dari sepuluh perusahaan teratas yang ada di Kota Yoya. Kekayaan dan status yang dimiliki oleh Lutfi sangat menakjubkan. Namun, ada wanita yang tidak diketahui identtasnya menolak tawarannya dan bahkan memiliki keberanian yang cukup untuk menuangkan anggur ke atas kepalanya.
"Apa-apaan! Beraninya kamu?!"
Lutfi sangat marah sehingga dia mengangkat tangannya untuk menampar Dewi. Namun, sebelum tangannya bisa berayun, pergelangan tangannya ditangkap dan dicengkeram erat.
Mata Dewi sedikit melebar ketika dia melihat siapa yang telah membantunya.
Lutfi berbalik untuk mengutuk siapa pun yang menghentikannya, tetapi ketika dia melihat siapa pria yang telah memegang pergelangan tangannya, semua warna terkuras dari wajahnya.
"Tuan... T-Tuan Hadi!"