img Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati  /  Bab 17 Satu Triliun Rupiah  | 1.28%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Bab 17 Satu Triliun Rupiah
Jumlah Kata:602    |    Dirilis Pada:18/11/2021

Ketika Kusuma mengatakan ini, Dewi tersentak kembali ke dunia nyata.

Dengan tinju terkepal begitu erat sampai kukunya menancap ke telapak tangannya, dia mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.

Kemudian, dia memberikan sebuah senyuman lembut padanya. Matanya yang begitu memikat membuat jantung Kusuma berdetak lebih cepat.

"Satu triliun rupiah." Dewi mengucapkan setiap kata melalui giginya yang terkatup.

Dia ragu pria ini benar-benar akan memberinya satu triliun rupiah.

Dan benar saja, Kusuma tercengang.

Tetapi yang mengejutkan Dewi, dia kemudian mengangkat tubuhnya dan melemparkannya ke tempat tidur. "Jika kamu punya nyali untuk meminta harga setinggi itu, mari kita lihat dulu apakah kamu memang sepadan dengan harga yang kamu minta."

Sambil berbicara, dia merobek pakaian Dewi.

Kulitnya yang halus dan putih langsung terekspos. Dengan amarah yang mendidih, Dewi mengepalkan tinjunya dan melayangkan pukulan ke wajah Kusuma. "Kusuma, apa-apaan! Apakah kamu sudah gila? Turun dari tubuhku!"

Kusuma sepertinya hanya senang melihat Dewi memberikan perlawanan. Dengan senyum licik, dia menekan tubuhnya dan menggoda, "Kamu memiliki keberanian untuk mencoba merayuku, tetapi tidak berani mengakuinya."

Napasnya yang hangat menyentuh kulit telanjang Dewi, membuatnya merinding.

Tapi provokasi yang dilakukan oleh Kusuma sudah cukup untuk membuatnya berpikir jernih. Lagi-lagi, dia tersenyum padanya dan melingkarkan lengannya di lehernya.

Suasananya begitu tegang penuh dengan gairah dan romansa. Kusuma terkejut dengan pelukan Dewi yang tiba-tiba dan lengah. Dewi mengambil kesempatan ini untuk menendang Kusuma tepat pada selangkangannya.

Wajah Kusuma langsung berubah pucat dan cengkeramannya pada tubuh Dewi mengendur.

Senyum Dewi semakin lebar, dan ada binar nakal di matanya. "Tuan Hadi, Anda tidak dapat mencoba barang tanpa memberikan uangnya terlebih dahulu. Tidak mungkin! Selamat tinggal untuk sekarang."

Mengabaikan rasa sakit yang terlihat jelas di wajah Kusuma, Dewi mengibaskan tangan pria itu yang melemas dan merangkak keluar dari bawah tubuhnya. Kemudian, dia berjalan meninggalkan ruangan, membanting pintu di belakangnya.

Tidak jauh dari ruang tunggu ada Kuncara, Kumala dan Kirani, semua menunggu dengan cemas di pintu dengan penjaga keamanan. Jika Dewi tidak segera keluar dalam beberapa menit, Kuncara akan meminta penjaga membobol masuk untuk menyelamatkannya.

"Dewi! Syukurlah, kamu aman!" Kirani berlari dan memeluk Dewi. Saat berikutnya, sebuah pikiran muncul di benaknya dan dengan cepat dia melepaskan temannya untuk melihat dari atas dan ke bawah dengan tergesa-gesa. "Apakah Kusuma sudah melakukan sesuatu padamu?"

"Tidak," jawab Dewi datar.

Mendengar ini, semua orang langsung menghela napas lega.

Dewi ternyata baik-baik saja. Di sisi lain, Kusuma tidak baik-baik saja. Tetapi dia tidak peduli dengan keadaan pria itu.

Kumala membawa Dewi ke ruang tunggu lain untuk berganti pakaian, lalu mengantarnya dan Kirani turun dari kapal bersama dengan Kuncara.

"Beristirahatlah dengan baik ketika kamu sudah sampai di rumah. Aku yang akan berurusan dengan Kusuma!" Kuncara berkata dengan tegas.

Dia tahu bahwa Kusuma tidak akan melepaskan Dewi semudah itu.

"Terima kasih, Tuan Lukito dan Nona Sondakh. Saya minta maaf atas masalah yang sudah saya sebabkan pada pesta hari ini. Pokoknya, saya akan pergi sekarang. Selamat malam!" Mau tak mau Dewi merasa sedikit malu atas keributan yang disebabkannya.

"Tidak usah dipikirkan. Tidak perlu khawatir, oke? Aku yang akan mengurus semuanya. Kamu bisa kembali pulang terlebih dahulu!"

"Terima kasih, Tuan Lukito. Selamat tinggal!"

Ketika Dewi dan Kirani akhirnya pergi, Kumala memegang lengan Kuncara dengan erat dan bertanya, "Mengapa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya padanya?"

Kuncara mengingat betapa bingungnya wajah Dewi, dan tersenyum geli. "Waktunya masih belum tepat."

"Baiklah, jika kamu berkata begitu..."

Kuncara meraih tangan Kumala dan meremasnya dengan lembut. Bersama-sama, mereka kembali ke pesta.

Ketika Kuncara menemukan Kusuma, Kusuma sedang termenung menatap ke luar jendela sambil merokok di ruangan gelap.

"Kusuma, dia masih muda. Jangan berbuat seperti dia."

Ucapan Kuncara itu hanya disambut dengan keheningan. Sedikit yang Kuncara tahu, bahwa Kusuma mengabaikannya karena masih merasa kesakitan.

Sebelumnya              Selanjutnya
img
Konten
Bab 1 Perjanjian Perceraian Bab 2 Tangkap Wanita Itu Bab 3 Memamerkan Cinta Mereka Bab 4 Kamu Tidak Mampu untuk Membelinya Bab 5 Tidak Pantas Untuk Memasuki Mal Ini Bab 6 Berikan Aku Informasi Tentang Wanita Itu Bab 7 Memberimu Pelajaran Bab 8 Aku Tidak Ingin Menjadi Kotor Bab 9 Menabrak Kusuma Bab 10 Keributan Bab 11 Permintaan Maaf Bab 12 Bicarakan Ini Secara Langsung Bab 13 Merasa Ragu Untuk Bercerai Bab 14 Peluncuran Produk Bab 15 Merayu Pria Kaya Bab 16 Terjatuh Bersama Bab 17 Satu Triliun Rupiah Bab 18 Video
Bab 19 Ke New York
Bab 20 Apakah Dia Bertemu Lawan Sepadan
Bab 21 Kusuma Menggoda Dewi
Bab 22 Kusuma Tahu Kebenarannya
Bab 23 Pindah Rumah
Bab 24 Diantar Ke Universitas
Bab 25 Bukan Seorang Pria
Bab 26 Kakak
Bab 27 Markas Besar Grup Hadi
Bab 28 Saya Ingin Anda Mencicipinya
Bab 29 Hangus
Bab 30 Kado untuk Kusuma
Bab 31 Siapa yang Menindas Pacarku
Bab 32 Tomboi Apa-apaan Ini
Bab 33 Aku Ingin Meminta Maaf Kepadamu
Bab 34 Sebuah Pertarungan
Bab 35 Dia Layak Mendapatkannya
Bab 36 Jiwa Pemberontak
Bab 37 Menjauh Dari Kusuma, Sang Dosen
Bab 38 Sayangku
Bab 39 Hukuman
Bab 40 Di Kuburan
Bab 41 Aku Pria yang Sudah Menikah
Bab 42 Dia Sangat Tampan
Bab 43 Aku adalah Suamimu
Bab 44 Kelas Menari
Bab 45 Kelas Bahasa Inggris
Bab 46 Pelajaran Bahasa Inggris
Bab 47 Kamu Menang
Bab 48 Kembali Dari Singapura
Bab 49 Sakit Kepala
Bab 50 Kebenaran Telah Terungkap
Bab 51 Tidak Tahu Malu
Bab 52 Pencium yang Baik
Bab 53 Mereka Bersama-sama Menipuku
Bab 54 Sebuah Konfik
Bab 55 Tidak Ada yang Boleh Keluar
Bab 56 Berlutut Dan Minta Maaf
Bab 57 Kamu Tidak Perlu Melakukan Apapun Selain Menghitung Uang
Bab 58 Seorang Pria Yang Picik
Bab 59 Apa Kamu Tinggal Dengan Seorang Pria
Bab 60 Sungguh Kejutan yang Hebat!
Bab 61 Pengertian dan Kartu VIP
Bab 62 Kamu Bernilai Sepuluh Triliun
Bab 63 Lepaskan Sepatumu
Bab 64 Aku Sudah Menikah
Bab 65 Tertangkap Basah
Bab 66 Tenangkan Suamimu
Bab 67 Di Bioskop
Bab 68 Hati yang Patah
Bab 69 Datang Untuknya
Bab 70 Hancurkan Toko Sialan Ini
Bab 71 Pria yang Tidak Fleksibel
Bab 72 Kamu Berani Menyebut Kusuma Hadi
Bab 73 Menikahi Galila
Bab 74 Lebih Sering Mengenakan Gaun
Bab 75 Ini Istriku
Bab 76 Berhati-hatilah Dengan Megan
Bab 77 Pertengkaran
Bab 78 Hadiah
Bab 79 Lakukan Apa Pun Untuk Kalian
Bab 80 Tiga Syarat
Bab 81 Berjalan Di Atas Landak Tanpa Alas Kaki
Bab 82 Memberi Tamparan Di Wajahnya
Bab 83 Tamparan
Bab 84 Maafkan Aku
Bab 85 Seorang Pria yang Tidak Bersalah
Bab 86 Bersikap Baiklah Pada Dirimu Sendiri
Bab 87 Terluka
Bab 88 Jatuh Cinta
Bab 89 Rayuan
Bab 90 Di Rumah Sakit
Bab 91 Hati-hati
Bab 92 Kusuma, Aku Menyukaimu
Bab 93 Aku Sudah Mendengar Apa yang Kamu Katakan
Bab 94 Ayo Pulang
Bab 95 Apa yang Hendak Kamu Beli
Bab 96 Beraninya Kamu
Bab 97 Kamu Tidak Membutuhkan Seorang Istri
Bab 98 Apakah Kamu Sedang Mencoba untuk Meminta Maaf
Bab 99 Biarkan Aku Menghangatkanmu
Bab 100 Istriku yang Keras Kepala
img
  /  14
img
img
img
img