/0/6673/coverbig.jpg?v=20376ae11ae592b7bca4652e223a7b76)
Dewi tidak pernah menyangka, takdir mempertemukannya dengan Alex Catalano, bosnya yang dingin dan penuh rahasia. Pernikahan yang terpaksa karena kehamilan tak disengaja membawa Dewi ke dalam dunia penuh luka dan cinta bertepuk sebelah tangan. Saat Lucas, adik Alex, hadir dengan ketulusan, Dewi dihadapkan pada pilihan: bertahan demi cinta yang sulit, atau membuka lembaran baru. Akankah Dewi memberi Alex kesempatan kedua, atau memilih jalan lain?
"Ada apa, Wi?"
Dewi mengigit pelan bibirnya sembari memainkan jemarinya. Kebiasaan yang dilakukannya ketika sedang gelisah. Perlahan ia mendongak. Pandangan matanya langsung bertemu dengan mata Alex yang juga tengah menatapnya.
"Saya hamil, Pak."
Hening...
Alex terganga keheranan. Bibirnya yang semula terkatup rapat, kini terbuka sedikit. Kedua alisnya saling bertaut dengan mata yang memandang lurus pada wanita dihadapannya. Cukup lama lelaki itu memandangi Dewi, hingga ia mengedikkan kedua bahunya.
"Well, Congrats ya."
Dewi seketika melongo. Wajahnya nampak tertegun melihat respon Alex yang nampak datar dan sangat biasa. Setelah berbasa-basi mengucapkan selamat, lelaki itu bahkan telah kembali menatap layar komputer di samping tempat duduknya. Tidak ada wajah syok seperti dirinya ketika baru pertama kali mendengar kabar ini. Sungguh jauh di luar bayangan wanita itu.
"Janin yang di perut saya ini anak bapak."
"Apa?"
Bagai tersambar petir di siang bolong, Perkataan Dewi barusan serasa menghantam belakang kepala Alex. Lelaki itu terbelalak. Bola matanya membulat, menatap Dewi tak percaya dengan perkataan yang baru saja di dengarnya. Namun sedetik kemudian, ia tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha... Hebat kamu, Wi. Bisa mengerjai saya dengan lelucon seperti itu. Oke. April mop, Right?"
Dewi tersenyum getir begitu menyadari kalau saat ini tanggal 1 April. Wajar saja kalau Alex beranggapan ia sedang melempar lelucon seperti yang banyak dilakukan orang-orang untuk memperingati perayaaan April Fools Day. Sepertinya ia telah berharap terlalu tinggi.
"Saya tidak sedang mengerjai pak Alex. Saya serius, Pak."
Tawa Alex perlahan hilang. Wajahnya yang semula mengejek kini berubah datar. Bola matanya menyorot tajam ke arah Dewi.
"Coba ulangi sekali lagi. Apa yang barusan kau katakan?"
"Anu... Saya...."
Ditatap seperti itu, Dewi jadi tergagap. Lidahnya mendadak kelu. Belum lagi bibirnya yang mengering, seakan membuatnya kehilangan kata-kata yang hendak diucapkan. Ia mengerakkan mulutnya dengan terbata-bata.
"Saya sedang mengandung darah daging bapak," ulang Dewi seraya menunduk.
"Kamu tidak asal bicara bukan?"
Dewi hanya bisa tertunduk sembari mengangguk pelan. Tak sanggup melihat wajah Alex yang terasa sangat mengintimidasi.
"Argh... Sial."
Alex seketika terhuyung, menyandarkan punggung ke sandaran kursi sambil memijat pelipisnya. Kepalanya terasa berdenyut setelah mendengar pengakuan Dewi yang sangat mengejutkan baginya.
"Tidak mungkin. Ini tak masuk akal."
Lelaki itu berulang kali mengeleng. Ia tak bisa percaya begitu saja.
"Jangan mengada-ada, Dewi. Saya bahkan tak pernah menyentuh satu ujung kukumu. Bagaimana bisa anak itu darah daging saya?"
"Tak pernah bagaimana, Pak?"
Dewi menyela dengan cepat. Hatinya seperti tertancap belati. Bagaimana bisa lelaki itu mengelak setelah berusaha memperdayanya.
"Apa Pak Alex sama sekali tak mengingat kejadian waktu itu?"
Dewi mendesah pelan ketika Alex hanya terdiam menatapnya.
"Tiga bulan yang lalu, Pak Alex meminta saya mengantikan rapat client dengan alasan sedang sakit. Saya bahkan menyanggupi datang saat bapak meminta agar saya secepatnya melaporkan hasil rapat itu. Tapi apa yang saya dapatkan ketika menemui pak Alex. Bapak malah..."
Dewi tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Matanya seketika berkaca-kaca ketika menyadari tatapan Alex nampak kosong seperti tak mengingat sama sekali kebersamaan intim mereka.
"Baiklah. Kalau pak Alex tak mengingatnya. Saya kesini hanya sekedar ingin memberitahu kabar kehamilan ini. Permisi."
Dewi membungkuk hormat. Wanita itu berpikir mungkin Alex perlu waktu lebih lama untuk mencerna semuanya. Dengan berat hati ia berbalik badan, berjalan meninggalkan ruang kerja Alex.
☆☆☆
Dewi yang hendak menyeberang jalan, tiba-tiba di kagetkan dengan suara mobil yang berbunyi. Ia ingin mengumpat, namun teringat kalau tengah hamil dan tidak boleh bersikap sembarangan.
Alhasil Dewi hanya bisa mengelus dadanya. Padahal ia sudah menyebrang pada tempatnya, tapi masih juga di salahkan.
Matanya kini tertuju pada mobil kuda jingkrak yang berhenti tepat di depannya. Ketika kaca depan terbuka, Dewi berusaha mengintip ke dalam mobil. Ia sangat penasaran dengan pengemudi yang tadi membunyikan klakson.
Alangkah terkejutnya Dewi begitu melihat Alex yang berada di kursi depan mobil itu.
"Masuk ke mobil saya sekarang," teriak Alex dengan lantang.
Walau awalnya sempat ragu pada akhirnya Dewi tetap menurut, membuka pintu samping dan duduk di sebelah Alex.
"Rumahmu ada dimana?" tanya Alex sembari melihat layar GPS.
"Hah?"
Dewi mengernyit dahi setelah mendengar pertanyaan Alex. Ia tidak pernah menyangka lelaki itu menanyai alamat tempat tinggalnya. Matanya mengerjap berulang kali, memastikan kalau dirinya tak sedang bermimpi.
"Kau tak dengar? Saya tanya dimana rumahmu?" ulang Alex mulai terdengar tidak sabar.
Dewi tersentak dari lamunannya. Dengan sedikit terbata-bata, ia memberitahukan alamat tempat tinggalnya, sementara Alex sibuk mengetik pada layar GPS yang terpasang di mobilnya.
"Oke. Sudah."
Mata Alex tidak sengaja melirik ke arah dada Dewi, lalu beralih ke arah jalan raya.
"Apa kau tidak tahu kalau naik mobil harus pakai selt belt dengan benar?"
Pertanyaan Alex membuat Dewi tersadar belum memakai selt belt. Dengan cepat tangannya bergerak mencari seltbelt yang terselip di pinggiran kursi. Karena tidak pernah mengunakannya, ia bingung dan terlihat kesulitan.
Alex yang sedari tadi mengawasi gerak-gerik Dewi melalui lirikan mata, lantas mendesah pelan. Perlahan ia bergerak membantu Dewi memasangkan selt belt.
Posisi kepala Alex yang tiba-tiba berada dekat dengan Dewi, membuat wajah wanita itu memerah. Dari jarak sedekat ini, Dewi dapat melihat dengan jelas wajah Alex yang sangat menawan.
Selain itu Dewi dapat mencium wangi parfum yang di kenakan oleh Alex. Aroma menthol terhirup kuat melalui indera penciumannya. Aroma yang sangat Dewi sukai.
"Lihat apa kau?"
Alex memundurkan kepalanya setelah selt belt itu terpasang, beralih menyalakan mesin mobil. Tatapan dingin lelaki itu seketika menyadarkan Dewi.
Dewi hanya mengeleng pelan. Dalam hati ia merutuki tindakan bodohnya yang tertangkap basah tengah mengagumi ketampanan wajah Alex.
Tak lama kemudian mobil pun melaju dengan kecepatan sedang.
Hening...
Tak ada kata yang terucap dari mulut keduanya. Hanya terdengar samar-samar suara mesin di dalam mobil. Mereka saling membisu, seakan larut dalam pikiran masing-masing. Sesekali Dewi menoleh sekilas ke Alex yang sedang menyetir. Begitu juga dengan Alex yang diam-diam melirik melalui cermin diatas kepalanya. Dan ketika mata mereka tak sengaja bertemu pandang, Dewi segera mengalihkan pendangan ke arah lain.
Dewi berusaha memecah keheningan dengan menyetel musik.
Lirikan matamu menarik hati
Oh, senyumanmu manis sekali
Sehingga membuat aku tergoda
Keningnya seketika mengkerut saat mendengar lantunan lagu yang keluar dari speker mobil.
"Maaf, Pak. Saya matikan saja ya musiknya."
Alex hanya melirik ketika Dewi mematikan musik.
Setelah Dewi mematikan musik, keheningan kembali menyelimuti keduanya. Akibat dari suara musik tadi, makin menambah kecangungan diantara mereka. Hingga Alex berdeham pelan.
"Ada yang ingin saya katakan ke kamu," ucap Alex tanpa menoleh.
BERSAMBUNG...
Evelyn Hawkins tak pernah membayangkan, hidupnya berubah kacau hanya dalam hitungan jam. Kekasihnya, Victor, menghilang tanpa jejak di hari pernikahan mereka. Ketika segalanya tampak runtuh, muncul Vincent, saudara kembar Victor, menawarkan diri menjadi "suami alternatif." Namun, bisakah Evelyn menerima lelaki asing yang wajahnya begitu mirip cinta pertamanya? Atau justru takdir menyimpan rahasia lain yang lebih mengejutkan?
Kris (kapten tim basket yang populer) diam diam suka pada Cathy (cewe cantik yang pintar dikelasnya) tapi (sifat Cathy yang dingin dan cuek membuatnya susah untuk mendekatinya). Suatu hari ada anak baru bernama Jun (teman masa kecil Cathy) yang mendekati Cathy, sehingga Grace (anak cheerleader yang sudah lama naksir Kris) memanfaatkan kesempatan untuk merebut Kris, sehingga Kris harus memilih antara Grace atau Cathy.
Karena ketauan one night stand oleh sang ayah, Dave terpaksa di nikahkan dengan Rachel. Dave yang baru mengenal Rachel itu jadi membenci istri dadakannya. Ia menganggap Rachel telah merengut kebebasan dan segala hal yang dimilikinya. Padahal Rachel sendiri telah memiliki kekasih sebelum menikah dengan Dave. Lalu, apa yang akan terjadi pada pernikahan Dave dan Rachel kedepannya?
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."